"Akhirnya...sampai juga di bengkel mas Kadir,"
aku menghela nafas sambil berkata lirih.
Ku dekati Mas Kadir yang tengah sibuk
mengamati mesin mobil yang baru saja
selesai di kerjakannya.
"Mas kadir, apa kabar bos? masih sibuk ajah
nih, kapan nyantenya mas? mbok ya sekali kali
ngopi bareng!" aku menyapa Kadir, pemilik dari
bengkel ini.
Sejurus dia menoleh ke arahku tanpa beranjak
dari tempatnya berdiri.
"Banyak kerjaan Lik, tuh kamu liat aja," tunjuk
kadir kearah mobil dan motor yang berdekatan.
"Wah...jadi nanti angkotku belakangan dong
mas, padahal besok harus narik lagi mas," aku
berkata sambil menyengir kearah kadir.
"Tenang saja Lik, asalkan rusaknya gak parah
pasti mas duluin kok," Mas kadir tetap saja
berkata tanpa beranjak dari tempatnya.
"Kayaknya gak parah kok mas, ada suara
dengung kalo mesinnya di nyalain, tau deh
apanya yg bermasalah," lanjutku lagi.
"Oh...kalo cuma gitu doang sih gampang Lik,
Biar karyawan baru mas nanti yang benerin, dia
masih di kamar mandi, udah tinggal aja!" Kadir
kemudian mengambil kunci angkotku.
"Kalau gitu, aku pulang dulu mas. Kabarin ya kalau
udah kelar, katanya sih mas Toni yang mau
ngambil." Kataku sambil berlalu pergi.
...----------------...
Ku langkahkan kaki di jalanan yang berdebu.
Aku harus pergi ke rumah pak Ahmad, untuk
mengambil motor kesayangan yang
memang aku titipkan disana setiap kali
berangkat narik angkot.
Tampak sepi. Tak ada satu orangpun di
halaman rumah pak Ahmad. Tiba-tiba ada suara deritan pintu terbuka.
Fatma menghampiriku. Dia
membawa sebuah bungkusan plastik di
tangannya. Disodorkannya plastik tersebut
kepadaku.
"Lauk lebih buat kamu mas," katanya
tersenyum lebar.
"Aduh... aku gak enak nih Fat. Masak hampir
tiap hari dapat lauk terus. Kok jadi ngerepotin
kamu ya." Kataku tak enak hati.
Fatma menyunggingkan senyum manisnya.
"Gak repot kok mas, lha...ini aja lebihan lauk kok, lagian kalo berlebih nanti nyisa, gak ada yang makan mas." Tambahnya lagi.
"Makasih banyak Fat. Aku sudah banyak
dibantu olehmu dan keluargamu," ucapan
terimakasih yang tulus dariku.
"Ya udah.... aku pulang dulu, salam buat bapak
dan ibuk ya, hari ini gak bisa ngobrol bentar,"
lanjutku lagi.
Fatma hanya menganggukkan kepalanya.
Ku arahkan motor menuju rumah yang
berjarak sekitar 5 km dari rumah Fatma.
Aku kasian sama Fatma. Kenapa dia, yang
berpendidikan tinggi dan sebentar lagi mendapatkan pekerjaan serta umur yang
cukup untuk menikah. ma2sih saja melajang
sampai sekarang. Tidak mungkin dia seperti
ini hanya mau menungguku.
Bukankah pria yang mendekatinya juga bukan
dari sembarang orang. Pikiranku melayang
entah kemana.
Suara motorku yang berisik, mengalihkan
perhatian Annisa yang tengah bermain
bersama neneknya.
"Yeeyyyy...... Ayah udah pulang, Nissa bisa
minta gendong kalo gitu," matanya berbinar
sambil berlari menghampiriku di halaman
rumah.
" Aduh...duh... anak ayah kok tambah gede ajah
sih, makan apaan ya kok bisa tambah gede
kaya sekarang?" aku bertanya sambil
memajukan mulutku.
"Makan nasi dong Yah, o iya.... makan esklim
juga dong," jawabnya sambil terkekeh.
Dia melebarkan tangannya ke arahku, tanda
minta di gendong.
"Weiii....anak ayah tambah gede tambah berat
ya," ucapku sambil menggendong Nissa dan
mengelus elus kepalanya.
"Kan bental lagi Annissa mau sekolah Yah,"
seringainya lebar.
Kami masuk ke dalam rumah masih dengan
Nisa di punggungku. Ku berikan bungkusan
plastik dari Fatma tadi ke tangan ibu.
"Pasti dari Fatma ya nak?" ibuku sudah
menduganya.
"Siapa lagi buk, kalo bukan dia. Selama ini
cuma dia yang selalu ngasih bungkusan
plastik...he...he." kataku sambil menurunkan
Nissa dari punggungku.
"Nissa, jangan ganggu ayah ya nak! Biar ayah
mandi dulu. Udah sore banget ini," seru ibu
pada Nissa.
"Iya Yangti...tapi aku mau salim sama ayah
dulu, tadi kan aku langsung minta gendong,"
cengirnya dengan wajah yang lugu.
Setelah selesai dengan Nissa, aku beranjak ke
kamar mengambil handuk dan langsung
menuju ke kamar mandi di belakang rumah.
...----------------...
Kami bersenda gurau di dipan ruang tamu,
setelah makan malam selesai. Nissa yang
selalu berceloteh. Tak henti-hentinya membuat
kami tertawa dengan segala kelucuannya.
Malam ini, seperti biasa kami mulai tidur pada
pukul 9 malam.
Nissa sudah berada di alam mimpinya. Kubelai
wajah lugu dan polos itu. Aku akan melakukan
yang terbaik untuk masa depannya nanti.
Tiba-tiba......dertttttt.....derttttttt.....
Suara telepon genggam yang kuletakkan di
meja. Kulihat di layar sambil mengernyitkan
dahi.
"Ngapain ya pak Ahmad nelpon malem-
malem gini?" gumamku seorang diri.
"Assalamualaikum, ada apa pak?"
"Waalaikumsalam," jawab pak Ahmad dari
seberang telpon.
"Lik, bapak mau minta tolong! Toni belum
pulang. Tadi dia pamit telat pulang. Mampir
kerumah temennya. Kamu aja ya yang ngambil
angkot di bengkel kadir!"
"Oh...begitu ya pak. Ya sudah pak saya kesana
sekarang."
Ku ambil jaket dan kunci motor, kulajukan ke
arah bengkel mas Kadir.
Setibanya disana kulihat orang baru," pasti ini
karyawan baru mas kadir sepertinya," ucapku
dalam hati.
"Maaf mas ganggu. Saya mau ambil angkot
biru itu, di suruh pak Ahmad kesini," aku
berkata sambil terseyum dan menelisik wajah
di depanku.
"Oh... pasti mas yang namanya Malik ya. Mas
kadir udah pulang dari tadi mas."
"Saya montir baru disini. Kenalin dulu saya
Andi," sambil menjulurkan tangannya ke
arahku.
"Saya Malik mas. Jangan sungkan mas Andi,
panggil saja nama, gak usah pake
mas...he...he," cengirku lebar.
"Panggil juga aku Andi, kayanya kita seumuran
deh, biar cepet akrab gitu mas, eh....Lik,"
tambahnya lagi.
Setelah mengobrol sebentar, aku pamit pulang.
"Ini kuncinya jangan lupa Lik," sambil
menyerahkan kunci ke tanganku.
"Kelamaan ngobrol jadi kelupaan deh," ucapku
terkekeh.
"Kamu lanjutin beberes ajah dulu, nanti kan
aku mampir lagi ngambil motorku," lanjutku
lagi.
Andi hanya mengangguk tanda setuju.
Ku antarkan angkot ke rumah pak Ahmad.
Kuserahkan kunci nya pada beliau. Tanpa basa
basi aku langsung pamit pulang. Karena
malam sudah hampir larut.
Aku melangkah menuju bengkel. Mengambil
kembali motor yang kutitipkan disana.
Untunglah jarak dari rumah pak Ahmad dengan
bengkel tidak terlalu jauh. jadi selang sepuluh
menit kemudian. Aku sudah di depan bengkel.
"Andi, aku langsung pulang aja ya. Kasian
kamu, pasti udah capek seharian kerja."
"Santai aja napa Lik, lagian aku masuk sore
tadi, makanya aku pulang jam segini,"
sahutnya.
"Kapan-kapan kamu mampir ke rumah ya Di,
ngopi bareng gitu. Cerita-cerita hal seru," ajakku
padanya.
"Beres pokoknya, nyantai aja lah. Gue selalu
punya waktu. kalau di hari libur tapi...he...he..,"
cengirnya.
"Bisa aja lu," aku tertawa kecil.
"Ya sudah lah, aku pulang dulu.
Assalamualikum," aku memberi salam.
"Waalaikumsalam," jawabnya.
Ku kendarai motorku di kegelapan malam.
lampu lampu jalan sekitar tidak banyak. Tapi
lumayan buat di jadikan penerang di jalan.
Kulihat para pemuda memadati warung kopi
pinggir jalan.
"Dapet kenalan baru, dapet temen baru nih,"
gumamku seorang diri sambil melajukan
motorku dengan lebih cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Sutikno 23
ambil mobil baru diservis dan pulang
2022-09-30
0
Reo Hiatus
hubungan nissa dan ayahnya baik ya
2022-05-21
0
🎐Tsubaki
Ganbaree authoooorr..
yang semangat ya nulisnya..
2022-01-03
0