Terlihat sebuah kendaraan bermotor
berhenti mendadak....dan....
Bruaaakkkkk......
Mobil itu bermanuver dan langsung menabrak
pembatas jalan raya.
Orang-orang menghampiri, mengerumun
melihat kondisi sang pengendara.
Di balik kaca mobil terlihat seorang
perempuan tak sadarkan diri, kepalanya
berdarah setelah terbentur setir mobil di
depannya.
Selang beberapa puluh menit, Mobil
ambulance datang membawa brankar beroda.
Mengangkat tubuh perempuan itu, memasang
oksigen dan langsung menuju rumah sakit
terdekat dari tempat kecelakaan.
...----------------...
Zainab yang baru saja selesai pengajian,
keluar dari masjid mencari Malik, entah
mengapa firasatnya tak enak. Dia hanya mau
segera pulang ke rumahnya.
Setelah semua anggota pengajian masuk,
Malik langsung melesatkan angkotnya
kembali.
Mungkin karena letih mendengarkan ceramah
pak Ustadz di acara pengajian tadi, semuanya
diam dengan pikiran masing-masing,
memikirkan bekal akhirat kelak.
Sebuah suara memecah kesunyian isi angkot
"Nak Malik....bisa ngebut dikit lagi gak?
firasat ibu kok gak enak ya? semoga gak ada
pa-pa sih , cuma ibu was-was pengen cepet
pulang," seru Zainab.
"Iya buk...mumpung jalanan sepi, jadi saya
bisa menambah kecepatan," sahut Malik.
"Sabar bu Zainab...berdoa saja supaya gak
kenapa-kenapa dengan semuanya," Sambung
ibu bergamis merah.
Ibu-ibu yang lain hanya mengangguk dan
mengiyakan saja.
Tak lama, terlihat pak Ahmad yang tidak sabar
menunggu kepulangan istrinya.
Sambil mondar-mandir dengan perasaan
gelisah, beliau memandang jalan raya,
berharap istrinya cepat pulang.
"Ya Allah....akhirnya Zainab pulang juga,"
setengah berlari menghampiri angkot yang
mulai masuk halaman rumah.
Sebelum orang-orang turun, pak Ahmad
langsung mencari istrinya.
"Ibuk....ayo kita kerumah sakit, cepat turun!"
sambil menggandeng lengan istrinya agar
keluar dari angkot.
Zainab hanya mengikuti suaminya yang
menuntun menuju mobilnya, tanpa
memberitahukan kenapa mereka pergi
kerumah sakit.
Malik dan lainnya hanya menatap heran
kepada pasangan suami istri itu. Kehadiran
mereka disana seolah tak dipedulikan.
Mereka saling menatap sambil
bertanya-tanya ada apa gerangan.
Derttttttt......derttttt....
Terdengar suara ponsel bergetar, Malik
mengeluarkan ponselnya, dahinya mengernyit
melihat nama dilayar ponsel bututnya.
"Bu Zainab, kenapa nelpon aku ya? lirihnya
sambil menekan tombol hijau ponselnya.
"Assalamualaikum....kenapa buk?" sapaku
tanpa basa-basi.
"Waalaikumsalam nak Malik, begini nak....Ibu
sama bapak sekarang menuju rumah sakit
Harapan Bangsa, Fatma kecelakaan dan
sekarang dirawat disana, makanya kami
cepat-cepat pergi melihat keadaan Fatma.
Ibu dan bapak sudah menghubungi Toni, tapi
ponselnya gak aktif, nanti tolong nak Malik
sampaikan kalo Toni pulang, beritahukan
dia nak keadaan Fatma dan kami berada,"
suruh Zainab pada Malik.
"Iya buk...nanti saya kesini lagi mencari mas
Toni, kalo sudah ketemu orangnya....saya
sampaikan pesan ibu, ibu dan bapak hati-hati
dijalan! jangan tergesa-gesa! salam buat
bapak." Aku mengiyakan permintaan bu Zainab.
Aku menghela nafas dan menghembuskannya
perlahan, banyak pasang mata menatapku.
Seakan bertanya-tanya keberadaan bu Zainab
dan pak Ahmad.
"Kenapa gusar nak Malik?" tanya ibu
bergamis merah.
"Fatma bu....dia kecelakaan dan dirawat di
rumah sakit Harapan Bangsa, bu Zainab dan
pak Ahmad pergi melihat keadaannya disana,"
jawabku menjelaskan.
"Innalillaahi wa inna ilaihi raajiuun," seru
semuanya kompak.
"Ya sudah mas, nanti kalo sudah ada
perkembangan tentang keadaan Fatma,
kamu kasih tau kita ya! ini nomer telpon ku
kamu simpan dulu! jangan lupa kasih tau
kami, insya Allah kami menjenguk kesana."
Aisyah menyodorkan ponselnya.
Setelah bertukar nomor, mereka semua
membubarkan diri menuju rumah
masing-masing.
"Aku harus nyoba menghubungi mas Toni,
biar dia bisa melihat keadaan Fatma,"
gumamku seorang diri.
"Ck...masih gak aktif ponsel mas Toni,
biarlah...aku pulang dulu, nanti setelah
maghrib aku kesini lagi," gumamku seorang
diri seraya mengendarai motor butut
kesayangan kembali pulang.
...----------------...
Sampai dihalaman rumahku yang sederhana.
Aku mengucapkan salam dan seperti biasa,
Nissa yang selalu menunggu kepulanganku,
melebarkan tangannya ke arahku.
Sambil menggendong Nissa, aku menceritakan
kejadian yang menimpa Fatma, kami semua
khawatir karena sampai sekarang belum
mendengar kabar lebih lanjut mengenai
keadaan Fatma.
Nissa mendengarkan kami mengobrol
tentang Fatma, wajahnya berubah jadi sedih
karena tante sekaligus temannya sedang
berada dirumah sakit.
Suara Nissa tertahan sambil berkata.
"Ayah...kita hayus ke yumahcakit yah... aku
mau liat tante Fatma."
Sambil mengusap kepalanya.
"Biar ayah yang
kerumah sakit, anak kecil kan gak boleh
menjenguk orang di rumah sakit, nanti
malah ketularan sakitnya lho." Bujukku pada
Nissa.
Nissa hanya mengangguk lemah karena aku
sudah menolak permintaannya.
Aku tersenyum dan menambahkan.
"Nissa nanti boleh kok jenguk tante Fatma,
tapi kalo tante Fatma sudah pulang kerumah ya."
Wajahnya kembali lebih ceria setelah aku
mengatakan itu kepadanya.
Nissa hanya menganggukkan kepalanya
semangat sambil sumringah.
"Sudah sore nak, kita mandi dulu yuk...biar
ayah yang mandikan Nissa!" masih
menggendong Annisa aku melangkah
kebelakang menuju kamar mandi yang
sempit di rumah ini.
...----------------...
"Bu, aku harus ke rumah Fatma, udah
berkali-kali aku menelpon mas Toni, tapi
ponselnya masih gak aktif. Dia belum tau
kalo orang-orang dirumahnya ada dirumah
sakit semua," pamitku pada ibu yang berada
di dipan kayu teras rumah. Sementara bapak
dan Nissa menonton acara kesayangan
mereka.
"Kalo Toni belum pulang juga, lebih baik
kamu langsung hubungi bu Zainab," saran ibu.
"Siap bu...sekarang aku berangkat dulu ya!"
sambil melangkah pergi setelah
mengucapkan salam.
......................
Ku letakkan motorku di depan teras rumah,
terlihat lampu sudah menyala terang
di rumah ini.
"Mobil mas Toni gak ada, tapi kenapa
lampunya udah nyala? mas Toni apa
bu Zainab yang di dalam ya?" batinku
bertanya-tanya.
"Assalamualaikum....," sambil mengetuk pintu
rumah Fatma.
Tidak ada suara menyahut didalamnya.
Kuulangi lagi ketokan semakin sering dan
keras.
"Iya....iya...bentar!" terdengar sebuah teriakan
dari dalam rumah.
Click....ceklek...
Kenop pintu memutar tanda kunci sudah
dibuka dari dalam.
Pintu terbuka lebar, mas Toni dengan wajah
kusutnya khas bangun tidur keluar dengan
malas.
"Syukurlah mas Toni udah pulang, kenapa
ponselnya mati mas? susah banget di
hubungin," cecarku padanya.
"Aku lupa bawa ponsel Lik, ponselku ada
diatas nakas, mati sendiri kali, baterainya
abis mungkin," jelas mas Toni sambil
menguap, pertanda ngantuk masih menguasai.
"Emang mas tuh gak kepikiran ya...ibu sama
bapak kenapa gak ada dirumah?" tanyaku.
"Palingan mereka lagi melipir Lik," jawabnya
enteng.
"Ibu sama bapak ada dirumah sakit mas,
mereka.......," sebelum melanjutkan
perkataanku, mas Toni sudah memotong
dengan tak sabar.
"Ibu sama bapak....sakit apa Lik? dirumah
sakit mana? kenapa mereka bisa disana?"
cecar mas Toni kepadaku.
"Sabar dulu mas... biar aku jelaskan, kalo
sebenarnya yang sakit bukan ibu dan bapak,
tapi Fatma mas, Fatma kecelakaan." Terangku
padanya.
"Duh...anak itu kenapa bisa dia...ah....
sudahlah, aku mandi bentar Lik, kamu masuk
dulu....kita susul mereka ya!" sambil beranjak
meninggalkanku.
Aku duduk di sofa ruang tamu yang empuk,
kuperhatikan ruangan dalam rumah ini.
"Ehmmm...ternyata perabot rumah ini
bagus-bagus ya. Pasti mahal, selama ini
aku hanya keluar masuk kalo mau ngambil
kunci angkot tanpa memperhatikan
perabotnya," batinku seorang diri sambil
mengedarkan pandanganku ke sekeliling
ruangan ini.
Mas Toni sudah rapi dan siap untuk berangkat,
tapi dia tiba-tiba saja teringat sesuatu.
"Ah...mobilku, aku lupa kalo dipake Cindy,"
sambil menepuk jidatnya.
"Kenapa mas?" tanyaku ketika mendengarnya
bergumam.
"Mobilku....Lik, dipake Rudi....tadi dia yang
anterin aku pulang," jawabnya.
"Kirain ada apa mas, kan kita bisa naik
motor mas, atau naik angkot juga boleh kok,"
cengirku .
"Motor di garasi lama gak aku pake, aku
khawatir nanti kalo dipake malah mogok di
tengah jalan.
"Pake motorku aja mas," tawarku pada
mas Toni.
Mas Toni melihat motor bututku yang selama
ini aku pakai.
"Aku juga takut Lik....nanti kita malah gak
sampe-sampe," senyumnya lebar.
"Berarti jalan satu-satunya kita pake angkot
kerumah sakitnya mas, ayo biar aku yang
nyetir! mas Toni bisa lanjut tidur di sebelah,"
tawarku padanya.
Kami mengendarai angkot menuju rumah sakit,
angin malam yang semilir menerpa wajahku,
ketika aku membuka jendela kaca
disampingku.
Mas Toni yang duduk di sebelah, sudah
memasuki alam mimpinya.
Aku hanya fokus menyetir sambil memikirkan
keadaan Fatma.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
fifa
ceritanya kok bertele" Thor jdi bosen baca'y,,,
2022-01-20
0
🎐Tsubaki
ngapa bukan si Toni aj lah yg celaka..
2022-01-16
0
netizen maha benar
kpn si maliknya ini ke kota thor
2021-10-08
0