Bab 14. Rumah sakit

Terlihat sebuah kendaraan bermotor

berhenti mendadak....dan....

Bruaaakkkkk......

Mobil itu bermanuver dan langsung menabrak

pembatas jalan raya.

Orang-orang menghampiri, mengerumun

melihat kondisi sang pengendara.

Di balik kaca mobil terlihat seorang

perempuan tak sadarkan diri, kepalanya

berdarah setelah terbentur setir mobil di

depannya.

Selang beberapa puluh menit, Mobil

ambulance datang membawa brankar beroda.

Mengangkat tubuh perempuan itu, memasang

oksigen dan langsung menuju rumah sakit

terdekat dari tempat kecelakaan.

...----------------...

Zainab yang baru saja selesai pengajian,

keluar dari masjid mencari Malik, entah

mengapa firasatnya tak enak. Dia hanya mau

segera pulang ke rumahnya.

Setelah semua anggota pengajian masuk,

Malik langsung melesatkan angkotnya

kembali.

Mungkin karena letih mendengarkan ceramah

pak Ustadz di acara pengajian tadi, semuanya

diam dengan pikiran masing-masing,

memikirkan bekal akhirat kelak.

Sebuah suara memecah kesunyian isi angkot

"Nak Malik....bisa ngebut dikit lagi gak?

firasat ibu kok gak enak ya? semoga gak ada

pa-pa sih , cuma ibu was-was pengen cepet

pulang," seru Zainab.

"Iya buk...mumpung jalanan sepi, jadi saya

bisa menambah kecepatan," sahut Malik.

"Sabar bu Zainab...berdoa saja supaya gak

kenapa-kenapa dengan semuanya," Sambung

ibu bergamis merah.

Ibu-ibu yang lain hanya mengangguk dan

mengiyakan saja.

Tak lama, terlihat pak Ahmad yang tidak sabar

menunggu kepulangan istrinya.

Sambil mondar-mandir dengan perasaan

gelisah, beliau memandang jalan raya,

berharap istrinya cepat pulang.

"Ya Allah....akhirnya Zainab pulang juga,"

setengah berlari menghampiri angkot yang

mulai masuk halaman rumah.

Sebelum orang-orang turun, pak Ahmad

langsung mencari istrinya.

"Ibuk....ayo kita kerumah sakit, cepat turun!"

sambil menggandeng lengan istrinya agar

keluar dari angkot.

Zainab hanya mengikuti suaminya yang

menuntun menuju mobilnya, tanpa

memberitahukan kenapa mereka pergi

kerumah sakit.

Malik dan lainnya hanya menatap heran

kepada pasangan suami istri itu. Kehadiran

mereka disana seolah tak dipedulikan.

Mereka saling menatap sambil

bertanya-tanya ada apa gerangan.

Derttttttt......derttttt....

Terdengar suara ponsel bergetar, Malik

mengeluarkan ponselnya, dahinya mengernyit

melihat nama dilayar ponsel bututnya.

"Bu Zainab, kenapa nelpon aku ya? lirihnya

sambil menekan tombol hijau ponselnya.

"Assalamualaikum....kenapa buk?" sapaku

tanpa basa-basi.

"Waalaikumsalam nak Malik, begini nak....Ibu

sama bapak sekarang menuju rumah sakit

Harapan Bangsa, Fatma kecelakaan dan

sekarang dirawat disana, makanya kami

cepat-cepat pergi melihat keadaan Fatma.

Ibu dan bapak sudah menghubungi Toni, tapi

ponselnya gak aktif, nanti tolong nak Malik

sampaikan kalo Toni pulang, beritahukan

dia nak keadaan Fatma dan kami berada,"

suruh Zainab pada Malik.

"Iya buk...nanti saya kesini lagi mencari mas

Toni, kalo sudah ketemu orangnya....saya

sampaikan pesan ibu, ibu dan bapak hati-hati

dijalan! jangan tergesa-gesa! salam buat

bapak." Aku mengiyakan permintaan bu Zainab.

Aku menghela nafas dan menghembuskannya

perlahan, banyak pasang mata menatapku.

Seakan bertanya-tanya keberadaan bu Zainab

dan pak Ahmad.

"Kenapa gusar nak Malik?" tanya ibu

bergamis merah.

"Fatma bu....dia kecelakaan dan dirawat di

rumah sakit Harapan Bangsa, bu Zainab dan

pak Ahmad pergi melihat keadaannya disana,"

jawabku menjelaskan.

"Innalillaahi wa inna ilaihi raajiuun," seru

semuanya kompak.

"Ya sudah mas, nanti kalo sudah ada

perkembangan tentang keadaan Fatma,

kamu kasih tau kita ya! ini nomer telpon ku

kamu simpan dulu! jangan lupa kasih tau

kami, insya Allah kami menjenguk kesana."

Aisyah menyodorkan ponselnya.

Setelah bertukar nomor, mereka semua

membubarkan diri menuju rumah

masing-masing.

"Aku harus nyoba menghubungi mas Toni,

biar dia bisa melihat keadaan Fatma,"

gumamku seorang diri.

"Ck...masih gak aktif ponsel mas Toni,

biarlah...aku pulang dulu, nanti setelah

maghrib aku kesini lagi," gumamku seorang

diri seraya mengendarai motor butut

kesayangan kembali pulang.

...----------------...

Sampai dihalaman rumahku yang sederhana.

Aku mengucapkan salam dan seperti biasa,

Nissa yang selalu menunggu kepulanganku,

melebarkan tangannya ke arahku.

Sambil menggendong Nissa, aku menceritakan

kejadian yang menimpa Fatma, kami semua

khawatir karena sampai sekarang belum

mendengar kabar lebih lanjut mengenai

keadaan Fatma.

Nissa mendengarkan kami mengobrol

tentang Fatma, wajahnya berubah jadi sedih

karena tante sekaligus temannya sedang

berada dirumah sakit.

Suara Nissa tertahan sambil berkata.

"Ayah...kita hayus ke yumahcakit yah... aku

mau liat tante Fatma."

Sambil mengusap kepalanya.

"Biar ayah yang

kerumah sakit, anak kecil kan gak boleh

menjenguk orang di rumah sakit, nanti

malah ketularan sakitnya lho." Bujukku pada

Nissa.

Nissa hanya mengangguk lemah karena aku

sudah menolak permintaannya.

Aku tersenyum dan menambahkan.

"Nissa nanti boleh kok jenguk tante Fatma,

tapi kalo tante Fatma sudah pulang kerumah ya."

Wajahnya kembali lebih ceria setelah aku

mengatakan itu kepadanya.

Nissa hanya menganggukkan kepalanya

semangat sambil sumringah.

"Sudah sore nak, kita mandi dulu yuk...biar

ayah yang mandikan Nissa!" masih

menggendong Annisa aku melangkah

kebelakang menuju kamar mandi yang

sempit di rumah ini.

...----------------...

"Bu, aku harus ke rumah Fatma, udah

berkali-kali aku menelpon mas Toni, tapi

ponselnya masih gak aktif. Dia belum tau

kalo orang-orang dirumahnya ada dirumah

sakit semua," pamitku pada ibu yang berada

di dipan kayu teras rumah. Sementara bapak

dan Nissa menonton acara kesayangan

mereka.

"Kalo Toni belum pulang juga, lebih baik

kamu langsung hubungi bu Zainab," saran ibu.

"Siap bu...sekarang aku berangkat dulu ya!"

sambil melangkah pergi setelah

mengucapkan salam.

......................

Ku letakkan motorku di depan teras rumah,

terlihat lampu sudah menyala terang

di rumah ini.

"Mobil mas Toni gak ada, tapi kenapa

lampunya udah nyala? mas Toni apa

bu Zainab yang di dalam ya?" batinku

bertanya-tanya.

"Assalamualaikum....," sambil mengetuk pintu

rumah Fatma.

Tidak ada suara menyahut didalamnya.

Kuulangi lagi ketokan semakin sering dan

keras.

"Iya....iya...bentar!" terdengar sebuah teriakan

dari dalam rumah.

Click....ceklek...

Kenop pintu memutar tanda kunci sudah

dibuka dari dalam.

Pintu terbuka lebar, mas Toni dengan wajah

kusutnya khas bangun tidur keluar dengan

malas.

"Syukurlah mas Toni udah pulang, kenapa

ponselnya mati mas? susah banget di

hubungin," cecarku padanya.

"Aku lupa bawa ponsel Lik, ponselku ada

diatas nakas, mati sendiri kali, baterainya

abis mungkin," jelas mas Toni sambil

menguap, pertanda ngantuk masih menguasai.

"Emang mas tuh gak kepikiran ya...ibu sama

bapak kenapa gak ada dirumah?" tanyaku.

"Palingan mereka lagi melipir Lik," jawabnya

enteng.

"Ibu sama bapak ada dirumah sakit mas,

mereka.......," sebelum melanjutkan

perkataanku, mas Toni sudah memotong

dengan tak sabar.

"Ibu sama bapak....sakit apa Lik? dirumah

sakit mana? kenapa mereka bisa disana?"

cecar mas Toni kepadaku.

"Sabar dulu mas... biar aku jelaskan, kalo

sebenarnya yang sakit bukan ibu dan bapak,

tapi Fatma mas, Fatma kecelakaan." Terangku

padanya.

"Duh...anak itu kenapa bisa dia...ah....

sudahlah, aku mandi bentar Lik, kamu masuk

dulu....kita susul mereka ya!" sambil beranjak

meninggalkanku.

Aku duduk di sofa ruang tamu yang empuk,

kuperhatikan ruangan dalam rumah ini.

"Ehmmm...ternyata perabot rumah ini

bagus-bagus ya. Pasti mahal, selama ini

aku hanya keluar masuk kalo mau ngambil

kunci angkot tanpa memperhatikan

perabotnya," batinku seorang diri sambil

mengedarkan pandanganku ke sekeliling

ruangan ini.

Mas Toni sudah rapi dan siap untuk berangkat,

tapi dia tiba-tiba saja teringat sesuatu.

"Ah...mobilku, aku lupa kalo dipake Cindy,"

sambil menepuk jidatnya.

"Kenapa mas?" tanyaku ketika mendengarnya

bergumam.

"Mobilku....Lik, dipake Rudi....tadi dia yang

anterin aku pulang," jawabnya.

"Kirain ada apa mas, kan kita bisa naik

motor mas, atau naik angkot juga boleh kok,"

cengirku .

"Motor di garasi lama gak aku pake, aku

khawatir nanti kalo dipake malah mogok di

tengah jalan.

"Pake motorku aja mas," tawarku pada

mas Toni.

Mas Toni melihat motor bututku yang selama

ini aku pakai.

"Aku juga takut Lik....nanti kita malah gak

sampe-sampe," senyumnya lebar.

"Berarti jalan satu-satunya kita pake angkot

kerumah sakitnya mas, ayo biar aku yang

nyetir! mas Toni bisa lanjut tidur di sebelah,"

tawarku padanya.

Kami mengendarai angkot menuju rumah sakit,

angin malam yang semilir menerpa wajahku,

ketika aku membuka jendela kaca

disampingku.

Mas Toni yang duduk di sebelah, sudah

memasuki alam mimpinya.

Aku hanya fokus menyetir sambil memikirkan

keadaan Fatma.

Terpopuler

Comments

fifa

fifa

ceritanya kok bertele" Thor jdi bosen baca'y,,,

2022-01-20

0

🎐Tsubaki

🎐Tsubaki

ngapa bukan si Toni aj lah yg celaka..

2022-01-16

0

netizen maha benar

netizen maha benar

kpn si maliknya ini ke kota thor

2021-10-08

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 PROLOG
2 Bab 2. Montir baru
3 Bab 3. Dialah Fatma.
4 Bab 4. PSG -- Persatuan supir gesrek
5 Bab 5. Sekelebat bayangan masalalu.
6 Bab 6. Penyesalan
7 Bab 7. kejutan
8 Bab 8. Kesempatan
9 Bab 9. Tidak mau tahu.
10 Bab 10. Membujuk
11 Bab 11. Tak dihiraukan
12 Bab 12. Menghindar.
13 Bab 13. Berkenalan
14 Bab 14. Rumah sakit
15 Bab 15. Terungkap
16 Pengumuman......cuplikan sekilas
17 Bab 16. Cemburu
18 Bab 17. Perasaan
19 Bab 18. Sakit Hati
20 Bab 19. Kenyamanan semu
21 Bab 20. Insiden kecil
22 Bab 21. Lancang
23 Bab 22. Khawatir
24 Bab 23. Lelucon kecil
25 Bab 24. Mainan baru.
26 Bab 25. Kecurigaan
27 Bab 26. Tertangkap
28 Bab 27. Musibah keluarga Wiguna
29 Bab 28. Awal mula
30 Bab 29. Keputusan Zainab.
31 Bab 30. Menuju awal baru
32 Bab 31. Sebuah pengalaman baru
33 Bab 32. Memikirkan
34 Bab 33. Tergiur
35 Bab 34. Sudah ketagihan.
36 Bab 35. Naik turunnya kehidupan
37 36. Bertemu pria tak dikenal.
38 Bab 37. Harus bertahan
39 Bab 38. Sepenggal kisah Elisa
40 Bab 39. Kemanakah aku harus pergi
41 Bab 40. Keinginan
42 Bab 41. Awal kekecewaan
43 Bab 42. Elisa dimasa lalu
44 Bab 43. Kesalahan pertama kami
45 Bab 44. Marshella
46 Bab 45. Rahasia Marshella
47 Bab 46. Kisah singkat Marshella
48 Bab 47. Amarah Elisa
49 Bab 48. Pencarian Fatma menemukan titik terang.
50 Bab 49. Sumiyati bernafas dengan lega.
51 Bab 50. Dendi dan keluarganya.
52 Bab 51. Kebahagiaanku kembali perlahan
53 Bab 52. Kisah singkat Cipto Cahyono
54 Bab 53. Lingkungan kosan
55 Bab 54. Kenyamanan Fatma.
56 Bab 55. Pertengkaran ibu dan anak tiri
57 Bab 56. Rencana yang telah disusun.
58 Bab 57. Berkelanjutan
59 Bab 58. Rencana jebakan
60 Bab 59. Visual Supir untuk sang nyonya
61 Bab 60. Menjalankan rencana jebakan.
62 Bab 61. Pertolongan Elisa
63 Bab 62. Bertemu di rumahsakit.
64 Bab 63. Sudah sadar kembali
65 Bab 64. Kekecewaan yang mendalam
66 Bab 65. Penyitaan hak milik
67 Bab 66. Kecemburuan Alexandra Cahyono.
68 Bab 67. Sembuh total.
69 Bab 68. Ujian datang tanpa henti
70 Bab 69. 2nd Male lead muncul kepermukaan
71 Bab 70. Menjalankan keinginan Sandra
72 Bab 71. Fatma yang berusaha move on
73 Bab 72. Sarapan bersama Shella
74 Bab 73. Berkenalan dengan Evans Anderson
75 Bab 74. Usaha Rexy kembali pada Sandra.
76 Bab 75. Pertemuan pertama Malik dengan Rexy
77 Bab 76. Cipto yang mulai berbicara
78 Bab 77. Kesalahan terbesar dalam hidup
79 Bab 78. Rexy yang khawatir
80 Bab 79. Alexandra yang cemburu
81 Bab 80. Marshella yang sudah tidak ketakutan
82 Bab 81. Kabar yang mengejutkan
83 Bab 82. Malik bersedih
84 Bab 83. Rencana licik kedua Sandra
85 Bab 84. Kecurigaan Marwah terbukti.
86 Bab 85. Cipto yang mulai terpancing
87 Bab 86.
88 Bab 87. Tawaran Evans
89 Bab 88. Cipto punya rencana lain
90 Bab 89.
91 Bab 90. Kegundahan Shella
92 Bab 91. Evans yang sedang galau.
93 Bab 92. Area permainan
94 Bab 93. Tak sengaja bertemu
95 Bab 94. Keputusan Cipto
96 Bab 95. Kehilangan kesempatan dan pekerjaan
97 Bab 96. Tak ada lagi kesempatan
98 Bab 97. Pulang kampung
99 Bab 98. Bertemu dengannya lagi
100 Bab 99. Kesialan Sandra
101 Bab 100. Pertemuan kembali dengan Malik
102 Bab 101. Kesedihan Elisa yang berlanjut
103 Bab 102. Rencana Jessy selanjutnya
104 Bab 103. Mulai melangkah tanpa mu
105 Bab 104. Pengintaian Rexy
106 Bab 105.
107 Bab 106. Rahasia bunda Marwah
108 Bab 107. Menyerah atau bertindak
109 Bab 108. Acara peresmian apotek baru
110 Bab 109. Kesedihan Elisa yang terulang
111 Bab 110. Takdir yang menentukan segalanya
112 Bab 111. Kehidupan yang mulai berubah
113 Bab 112. Kebahagiaan Elisa
114 Bab 113. Masih berencana
115 Bab 114. Rencana Evans yang berhasil
116 Bab 115. Patah hati
117 Bab 116. Cerita dibalik kedatangan Elisa
118 Bab 117. Cerita dibalik kedatangan Elisa part2
119 Bab 118. Jebakan
120 Bab 119. Akhirnya tertangkap.
121 Bab 120. Mendekati anakmu
122 Bab 121. Meyakinkan Annisa
123 Bab 122. Rencana pernikahan
124 Bab 123. Fatma dan Evans telah halal.
125 Bab 124. Janji suci pernikahan
126 Bab 125. Honeymoon
127 Pengumuman bonus chapter
128 B. C Setahun Kemudian.
129 B.C Part 2.
130 B.C Part 3
131 B. C Part 4
132 Bonchap End
133 PENGUMUMAN NOVEL BARU
134 Pengumuman
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Bab 1 PROLOG
2
Bab 2. Montir baru
3
Bab 3. Dialah Fatma.
4
Bab 4. PSG -- Persatuan supir gesrek
5
Bab 5. Sekelebat bayangan masalalu.
6
Bab 6. Penyesalan
7
Bab 7. kejutan
8
Bab 8. Kesempatan
9
Bab 9. Tidak mau tahu.
10
Bab 10. Membujuk
11
Bab 11. Tak dihiraukan
12
Bab 12. Menghindar.
13
Bab 13. Berkenalan
14
Bab 14. Rumah sakit
15
Bab 15. Terungkap
16
Pengumuman......cuplikan sekilas
17
Bab 16. Cemburu
18
Bab 17. Perasaan
19
Bab 18. Sakit Hati
20
Bab 19. Kenyamanan semu
21
Bab 20. Insiden kecil
22
Bab 21. Lancang
23
Bab 22. Khawatir
24
Bab 23. Lelucon kecil
25
Bab 24. Mainan baru.
26
Bab 25. Kecurigaan
27
Bab 26. Tertangkap
28
Bab 27. Musibah keluarga Wiguna
29
Bab 28. Awal mula
30
Bab 29. Keputusan Zainab.
31
Bab 30. Menuju awal baru
32
Bab 31. Sebuah pengalaman baru
33
Bab 32. Memikirkan
34
Bab 33. Tergiur
35
Bab 34. Sudah ketagihan.
36
Bab 35. Naik turunnya kehidupan
37
36. Bertemu pria tak dikenal.
38
Bab 37. Harus bertahan
39
Bab 38. Sepenggal kisah Elisa
40
Bab 39. Kemanakah aku harus pergi
41
Bab 40. Keinginan
42
Bab 41. Awal kekecewaan
43
Bab 42. Elisa dimasa lalu
44
Bab 43. Kesalahan pertama kami
45
Bab 44. Marshella
46
Bab 45. Rahasia Marshella
47
Bab 46. Kisah singkat Marshella
48
Bab 47. Amarah Elisa
49
Bab 48. Pencarian Fatma menemukan titik terang.
50
Bab 49. Sumiyati bernafas dengan lega.
51
Bab 50. Dendi dan keluarganya.
52
Bab 51. Kebahagiaanku kembali perlahan
53
Bab 52. Kisah singkat Cipto Cahyono
54
Bab 53. Lingkungan kosan
55
Bab 54. Kenyamanan Fatma.
56
Bab 55. Pertengkaran ibu dan anak tiri
57
Bab 56. Rencana yang telah disusun.
58
Bab 57. Berkelanjutan
59
Bab 58. Rencana jebakan
60
Bab 59. Visual Supir untuk sang nyonya
61
Bab 60. Menjalankan rencana jebakan.
62
Bab 61. Pertolongan Elisa
63
Bab 62. Bertemu di rumahsakit.
64
Bab 63. Sudah sadar kembali
65
Bab 64. Kekecewaan yang mendalam
66
Bab 65. Penyitaan hak milik
67
Bab 66. Kecemburuan Alexandra Cahyono.
68
Bab 67. Sembuh total.
69
Bab 68. Ujian datang tanpa henti
70
Bab 69. 2nd Male lead muncul kepermukaan
71
Bab 70. Menjalankan keinginan Sandra
72
Bab 71. Fatma yang berusaha move on
73
Bab 72. Sarapan bersama Shella
74
Bab 73. Berkenalan dengan Evans Anderson
75
Bab 74. Usaha Rexy kembali pada Sandra.
76
Bab 75. Pertemuan pertama Malik dengan Rexy
77
Bab 76. Cipto yang mulai berbicara
78
Bab 77. Kesalahan terbesar dalam hidup
79
Bab 78. Rexy yang khawatir
80
Bab 79. Alexandra yang cemburu
81
Bab 80. Marshella yang sudah tidak ketakutan
82
Bab 81. Kabar yang mengejutkan
83
Bab 82. Malik bersedih
84
Bab 83. Rencana licik kedua Sandra
85
Bab 84. Kecurigaan Marwah terbukti.
86
Bab 85. Cipto yang mulai terpancing
87
Bab 86.
88
Bab 87. Tawaran Evans
89
Bab 88. Cipto punya rencana lain
90
Bab 89.
91
Bab 90. Kegundahan Shella
92
Bab 91. Evans yang sedang galau.
93
Bab 92. Area permainan
94
Bab 93. Tak sengaja bertemu
95
Bab 94. Keputusan Cipto
96
Bab 95. Kehilangan kesempatan dan pekerjaan
97
Bab 96. Tak ada lagi kesempatan
98
Bab 97. Pulang kampung
99
Bab 98. Bertemu dengannya lagi
100
Bab 99. Kesialan Sandra
101
Bab 100. Pertemuan kembali dengan Malik
102
Bab 101. Kesedihan Elisa yang berlanjut
103
Bab 102. Rencana Jessy selanjutnya
104
Bab 103. Mulai melangkah tanpa mu
105
Bab 104. Pengintaian Rexy
106
Bab 105.
107
Bab 106. Rahasia bunda Marwah
108
Bab 107. Menyerah atau bertindak
109
Bab 108. Acara peresmian apotek baru
110
Bab 109. Kesedihan Elisa yang terulang
111
Bab 110. Takdir yang menentukan segalanya
112
Bab 111. Kehidupan yang mulai berubah
113
Bab 112. Kebahagiaan Elisa
114
Bab 113. Masih berencana
115
Bab 114. Rencana Evans yang berhasil
116
Bab 115. Patah hati
117
Bab 116. Cerita dibalik kedatangan Elisa
118
Bab 117. Cerita dibalik kedatangan Elisa part2
119
Bab 118. Jebakan
120
Bab 119. Akhirnya tertangkap.
121
Bab 120. Mendekati anakmu
122
Bab 121. Meyakinkan Annisa
123
Bab 122. Rencana pernikahan
124
Bab 123. Fatma dan Evans telah halal.
125
Bab 124. Janji suci pernikahan
126
Bab 125. Honeymoon
127
Pengumuman bonus chapter
128
B. C Setahun Kemudian.
129
B.C Part 2.
130
B.C Part 3
131
B. C Part 4
132
Bonchap End
133
PENGUMUMAN NOVEL BARU
134
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!