Wanita itu.....wanita yang selama ini, telah
aku singkirkan dari hati dan pikiran. Bagaimana tidak, dia sudah meninggalkan
kami begitu saja.
Dialah Rosyanti, teman
sekolahku yang sudah menjadi mantan istri.
Langsung saja aku masuk ke kamar setelah
sampai dirumah dan memberikan salam,
tak kuhiraukan Annisa yang merengek
minta gendong.
Di dalam kamar langsung saja aku
menghempaskan diri dikasur yang nyaman,
pandanganku menatap langit-langit kamar,
tapi pikiranku melayang jauh di kehidupan lalu.
Dimana wanita itu mulai terbongkar semua
kebohongannya.
Kuhela nafasku, menghembuskannya
perlahan, seolah-olah meringankan beban
di pundak.
...----------------...
-- Flashback---
"Gak mungkin kamu sering keluar rumah
walaupun sore hari, kamu kan gak punya
kerjaan selain ngurusin Nisa!," bentakku
kasar pada Ros.
"Ya....aku emang gak punya kerjaan mas,
tapi aku punya temen, masak ketemu
temen sendiri ajah gak boleh sih." Belanya
tak terima.
"Temen, kamu bilang? emang ketemu temen
harus setiap hari? gak masuk akal kamu Ros,
kamu tuh punya anak bayi, dia butuh belaian
mu. Kalo setiap sore kamu keluar siapa yang
rawat nissa....ha?, apalagi setiap kamu keluar
hampir 3 jam kamu habiskan diluar." Aku
sudah berada diambang batasku.
"Kan ada ibuk mas, lagian 3 jam itu kan gak
lama, aku ada urusan sama temen makanya
aku keluar rumah." Sungutnya kesal.
"Aku tau kamu keluar sama siapa. Aku
pernah melihatmu dengan seorang lelaki."
Kataku mulai tak sabar.
"Lelaki? siapa mas? selama ini aku ketemuan
sama Nani kok," kilahnya.
"Sudahlah gak usah banyak alasan......."
oeeekkkkk.....oeeekkkk.....
Terdengar suara tangisan bayi, dan
perkataanku langsung terhenti ketika
menoleh ke arah Annisa yang tengah
menangis.
Ros langsung menepuk punggung nissa
perlahan dan mulai menyusuinya.
Kuurungkan niatku untuk mengekspos
Rosyanti dengan pria itu, walaupun aku tidak
tau wajahnya tapi aku sudah tau dimana dia
tinggal, rumahnya ada di desa sebelah yang
jaraknya tidak jauh dari kampung ini.
...Kuselidiki mereka berdua disuatu hari, dan...
firasatku tepat, Ros benar-benar tega
menghianatiku. Memang aku bukan
orang kaya, tapi aku selalu berusaha
memenuhi kebutuhannya selama ini.
Dan satu lagi yang membuat aku kecewa
berat dengannya karena dia tega
berselingkuh dengan pria lain, padahal anak
kami masih bayi dan perlu perhatian lebih
darinya.
Ataukah mungkin ini takdirku? entahlah aku
sudah diambang batasnya. Sudah sebulan
dia seperti ini. Membuat alasan keluar rumah
dan selalu saja berkilah kalau aku
membahasnya dengan pria lain.
...----------------...
Adzan shubuh berkumandang, berat
sekali rasanya membuka mata. Biasanya
Ibu dan bapak selalu mengetuk pintu kamar
ketika sudah shubuh.
Tok....tok.....tok....tokk....
Terdengar suara ketukan pintu yang tak sabar.
Kubuka mata perlahan dan mengerjab-ngerjab
beberapa kali supaya rasa kantukku
menghilang.
"Nak, mana istrimu?." Ibuku langsung
bertanya ketika pintu sudah kubuka.
"Adalah buk, dia..........," sambil ku tunjuk
arah kasur.
"Apa..?? kemana dia? bukankah semalam
dia tidur disini?," aku melongo tak percaya.
"Sebelum adzan shubuh, Ibu dengar ada
suara motor di jalan depan rumah nak, ibu
pikir mungkin orang lewat, jadi ibu gak
periksa. Setelah adzan, ibu keluar kamar.
Ternyata pintu depan tidak terkunci dan
pagar kayu kita juga terbuka, makanya ibu
tanya istrimu ada apa tidak di kamarmu?."
jelas ibuku panjang lebar.
"Ya sudah buk, biar aku cari dia di rumah
pria itu, dasar perempuan kurang ajar,
berani-beraninya dia....," sambil kukepalkan
tanganku tanda tak terima.
"Sabar dulu nak, sholat dulu sana, barulah
kamu pergi cari dia, kalo dia tak ada disana,
gak usah kamu cari kemana-mana lagi!, ibu
yang baik tidak akan pernah menelantarkan
anaknya. Apalagi, Nissa masih bayi yang perlu
ASI dan seorang Ibu yang memberinya
kehangatan."
Ibuku menasehati dengan sabar.
...----------------...
Aku sudah berada di depan rumah pria itu.
Ku ketuk pintu rumahnya berkali-kali, tapi
tidak ada siapapun yang menyahut.
"Cari siapa ya nak? temennya si Aan ya?,"
tanya seorang bapak tua yang melintas.
"Emmm....Aan... i- iya pak, nyari Aan, tapi
gak ada orang di dalam rumahnya pak."
Jawabku pada si bapak.
"Kayanya Aan udah pindah nak, seminggu
yang lalu orangtuanya berangkat ke kota,
tapi kalo Aannya pindah tadi malam
kayaknya." Jelas bapak tua.
"Pindah ke kota? kota mana pak? kenapa
pindah?," tanyaku mulai tak sabar.
"Kalo itu bapak tidak tau nak," lanjutnya lagi.
"Terimakasih pak atas waktunya, maaf
mengganggu," senyumku ramah.
"Ya sudah, bapak tinggal dulu nak," sambil
berlalu pergi meninggalkanku sendiri.
"Kurang ajar mereka berdua, sepertinya
mereka sudah merencanakan ini semua!,"
kataku sambil menggeletukkan gigi
tanda emosi yang sudah memuncak.
AKu kembali ke rumah dengan langkah
gontai dan wajah kecewa.
Ibu menghampiri dan menepuk
pundakku pelan.
"Ikhlaskan saja nak. Kalau sudah begini,
ya mau dilanjutkan bagaimana lagi.
Kamu sudah berusaha sebisamu, tapi
hasilnya nihil." Beliau menasehati sambil
menguatkan aku.
"Itu sudah jadi keputusan Rosyanti buk, aku
sudah jenuh membahas pria itu dengannya.
Kalau dia sudah memilih pria itu, mau
gimana lagi. Insya Allah Malik pasrah buk."
Sambil memeluk Ibu yang selama ini telah
membuatku lebih kuat dan tabah.
------Flashback off-------
Kehadiran wanita itu di kampung ini.
Menghadirkan luka lama yang sudah
hampir tertutup.
...Kuhempaskan pantatku diatas kursi kayu...
beralas kapuk. Aku tak mau lagi memikirkan
wanita itu.
"Sudah pulang nak, kenapa wajahmu gusar
gitu? apa ada masalah yang
mengganggumu?," tanya ibuku bertubi tubi.
"Sebenernya bukan masalah besar buk,
hanya saja.....," sambil menghela nafas.
Dan kembali melanjutkan perkataanku.
"Ros, aku melihat Rosyanti di jalan tadi,
waktu mau pulang kesini."
"Wanita tak tau diuntung, pergi tanpa
pamit hanya karena terbuai hawa nafsu.
Buat apa dia kembali ke kampung ini lagi?
emang dia masih punya muka untuk
menginjakkan kakinya di kampung ini?
orangtuanya saja sudah tidak peduli
dengan wanita murahan itu," sambil
menahan amarahnya ibuku
mengepalkan tangannya.
"Aku udah gak peduli dengannya lagi buk.
Aku hanya peduli dengan Anissa ibu dan
bapak. Malik hanya mau ibu dan bapak
menjaga Nissa kalo aku berangkat kerja
dan tidak ada dirumah, jangan sampai
wanita itu bertemu dengan Nissa, anakku!,"
tegasku pada ibu.
"Tenang saja nak, Nissa gak akan pernah
bertemu dengan wanita itu, dia bukan ibu
Nissa lagi. Nissa hanya butuh sosok ibu
yang memprioritaskan nya selalu.
Apalagi di umurnya sekarang yang
sedang tumbuh dan berkembang." Jelas ibuku.
"Bapak kenapa gak keliatan bu?, biasanya
jam segini udah ngopi diteras rumah. Bapak
belum pulang ya bu." Cecarku sambil
melihat-lihat ruangan rumah.
"Bapakmu bawa Annissa kerumah pak Ahmad,
tadi bu Zainab telpon, ada baju bekas
keponakannya, masih bagus-bagus katanya.
Jadi, ibu suruh bapak antar nissa kesana, ibu
kan harus masak. Ibu pikir kalian ketemu
dijalan dan pulang bersama tapi ternyata,
malah kamu pulang duluan." Jawab ibu.
"Tapi tadi pas setoran, aku gak liat tuh ada
bapak atau Nissa. Pak Ahmad juga gak bilang
apa-apa." Aku mengernyit heran.
Ada suara memberi salam dari arah luar.
"Assalamualaikum." salam terdengar
bersamaan.
"Waalaikumsalam.... baru aja diomongin,
udah sampe aja dirumah," jawabku
tersenyum pada bapak dan Nissa.
Aku menggendong Nissa dan menciuminya
bertubi-tubi. Kucubit pipi gembulnya gemas.
"Ayah kangen sama kamu, nak!,"
"Yah, Nissa kan gak kemana-mana, kok bisa
kangen sih?," Nissa bertanya heran.
Tak kuhiraukan tampang lucunya disaat
memikirkan perkataanku tadi, aku
melanjutkan mencium dan mengelus
pucuk kepalanya dengan lembut.
Berharap anakku mendapat Ibu sambung
yang peduli dan sayang padanya
suatu saat nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Suyatno Galih
kisah MJ yg pahit menyayat leher, ini cm cerita apa lagi kl kisah nyata, hmmm pahit madu n gula pun jd pahit apalagi Brotowali /Sob//Sob/
2024-01-17
0
👑
moga dapet pengganti ny yahh
2022-04-11
0
Djibril Omar
anak 3 tahun ngomongnya lancar amat yak...??? aku punya anak 3 pas umur 3 tahun belum selancar itu ngomongnya...?? 😁😁
2022-01-06
0