Pagi ini ibu mengajakku kerumah Dhevan. Aku ingin sekali menolak tapi tidak ada alasan yang tepat untukku. Akhirnya aku memutuskan ikut ibu kerumahnya.
Sampai dirumahnya ibu menyuruhku untuk menyiram bunga di taman depan rumah Bu Dewi. Karena Pak Kasim tukang kebunnya sedang sakit. Aku melirik kamar Dhevan di lantai dua yang masih tertutup.
Mungkin dia belum bangun jam tujuh segini pikirku.
Aku melanjutkan menyirami bunga-bunga ini. Kuhirup udara segar pagi ini. Aku masih berkutat menyirami semua bunga disini. Setelah selesai aku masuk ke dapur hendak membantu ibu.
"Nja, tolong ambilkan brokoli yang ada dikulkas ruang makan ya"
"Iya bu, Senja ambilkan"
Ketika aku sedang berdiri hendak membuka kulkas, aku mendengar suara langkah kaki. Seketika Dhevan membuka pintu kulkas dan mengambil air minum.
Tanpa sepatah kata pun, dia mengambil air minum. Dia menganggap aku tak ada.
Hiksssss sedih, mungkin aku dianggap mahluk tak kasat mata.
Dia berlalu begitu saja tanpa menghiraukan keberadaan ku yang berdiri mematung.
Aku mengambil brokoli di dalam kulkas. Aku kembali kedapur dan menyerahkan pada ibu.
"Bibi lagi sibuk ya" kata bu Dewi tiba-tiba muncul.
"Iya bu, ada yang bisa saya bantu"
"Kalau lagi sibuk biar Senja aja bi, Senja tolong buatkan Coklat panas buat Dhevan ya. Itu anaknya lagi duduk di pinggir kolam" perintah Bu Dewi
DEGG
Jantungku berdegub kencang. Aku disuruh membuatkan coklat panas untuk Dhevan?? Aku harus gimana ini. Aku tidak bisa menolak perintah Bu Dewi sebagai majikan ibuku.
"Baik bu, akan Senja buatkan"
"Makasih ya senja" Kata Bu Dewi sambil memegang pipiku dan berlalu meninggalkanku dan ibu.
Oke, baiklah aku harus profesional. Dhevan dan Bu Dewi adalah majikanku juga. Jadi aku harus menuruti semua perintahnya.
Tak berapa lama coklat panas pun sudah jadi. Aku berjalan menuju pinggir kolam dimana Dhevan sedang duduk santai.
"Dhev, ini coklat panasnya. Ada yang dibutuhkan lagi?" suaraku tercekat.
Dia hanya diam kemudian menggelengkan kepalanya. Dia mengacuhkan keberadaanku. Mungkin dia begitu membenciku.
HUFFFFFFTT
Aku kembali kedapur dan berkutat bersama ibu. Aku mencuci piring dan merapikan ruang makan.
Bu Dewi muncul lagi dari ruang tamu.
"Senja, tadi Dhevan minta tolong untuk mengganti sprei dikamarnya. Tolong gantiin ya"
Hahhh, aku disuruh masuk ke kamarnya dan mengganti spreinya. Bagaimana aku bisa melakukannya jika Dhevan bersikap acuh padaku. Tapi aku tidak mungkin mengatakannya pada Bu Dewi.
"Dhevan, ada dikamarnya. Kamu ketuk aja pintunya"
Apalagi ini, kenapa harus ada dia dikamarnya. Aku pasti gugup berada diruangan hanya berdua dengannya.
"Baik bu"
Aku melangkahkan kaki ku pelan-pelan menuju lantai atas. Kedua kakiku mendadak lemas seperti tak bertulang.
Ya ampun
TOK TOK TOK
Kuketuk pintu kamarnya. Ada sahutan suara Dhevan.
"Masuk"
Aku tidak mau berlama-lama satu ruangan dengannya. Aku melihat tumpukan sprei yang sudah tersedia diranjangnya. Aku tidak mau melihat-lihat kamarnya. Aku fokus pada ranjang yang berukuran besar miliknya.
Aku mulai melepas sprei yang akan diganti. Ujung mataku melirik Dhevan yang tengah tiduran di sofa yang ada disudut kamarnya. Dia sedang memegang majalah.
Tak ada suara sedikit pun dari mulut kami berdua. Aku sedang mengganti sprei dan dia sedang membaca majalahnya.
Dia berjalan kearahku. Hatiku was was.
Dan SRETTTT dia menarik bantal yang sudah kuganti. Jarak kami sangat dekat mungkin sekitar lima puluh senti meter. Aku mencium wangi parfum dan shampo yang dipakainya. Setelah itu dia berjalan lagi ke sofa disudut kamarnya.
Setelah selesai mengganti seprei, aku berjalan keluar dari kamarnya. Lega rasanya.
***
Pengalaman pertamaku membuat novel. Maaf jika kata-katanya masih acak-acakan ya 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Raulan Rajahukguk
lanjut semakin menarik
2022-02-07
0
Lantasi Sudaryanto
untuk pemula cukup bagus
2021-11-07
0
Zefanya Natali
pertama aja udah keren
apalagi nanti.... smangat thor
2021-04-06
0