Hari ini aku berniat akan mendaftar di SMA yang Bu Dewi sarankan. Segala persyaratan sekolah sudah ku bawa semua. Aku sering mendengar lulusan dari SMA ini rata-rata mempunyai karir yang bagus. Aku harap begitu pun denganku.
Aku mengendarai sepeda bututku, tak kuhiraukan tatapan orang-orang yang memandangku sebelah mata. Aku harus tetap semangat. Aku akan membuktikan kalau aku pun bisa sukses suatu saat nanti. Tak berapa lama sampailah aku di sekolah elit yang menjadi favorite di kota ini.
Setelah menaruh sepeda di parkiran motor, aku menuju ruang Administrasi sekolah.
"Permisi" ucapku
"Iya, silahkan" kata ibu itu.
"Bu saya mau mendaftar sekolah"
"Atas nama siapa?"
Aku bingung menjawabnya karena baru pertama datang untuk mendaftar.
"Senja Zevalin Putri"
Tampak ibu itu mengetik di komputernya, tak lama setelah itu.
"Ohhh, kamu sudah didaftarkan oleh Ibu Dewi Wijaya selaku ketua yayasan disini. Jadi kamu tinggal menyerahkan persyaratannya" jelasnya
Aku kaget bukan main, sekolah bagus dan elit ini ternyata punya keluarga Bu Dewi. Aku segera menyerahkan semua persyaratan yang diminta. aku mendengarkan penjelasan dari ibu bagian admimistrasi tersebut.
"Dan perlu kamu ketahui senja, kamu tidak perlu mengeluarkan biaya sekolah dari mulai masuk sampai lulus sekolah nanti. Semua sudah ditanggung oleh Bu Dewi"
Aku terharu mendengar penjelasannya, Bu Dewi membiayai sekolahku sampai nanti aku lulus sekolah. Bagaimana aku bisa membalas semua kebaikan Bu Dewi kepadaku.
"Terima kasih bu, atas penjelasanya" jawabku sambil pamit undur diri.
Aku berniat berkeliling melihat-lihat suasana sekolah. Tampak sekali status sosial mereka ketika dilihat dari cara berpenampilan.
Aku berjalan menelusuri ruangan-ruangan kelas. Tiba-tiba seseorang memegang tanganku.
"Hai" sapanya.
aku menoleh dan melihat sosok abg, seumuran denganku.
"Hai juga" jawabku
"Kamu anak baru yang daftar disekolah ini juga kan?"
"Iya, aku baru selesai mendaftar"
"Kenalkan, namaku Dian"
"Namaku Senja"
Kami saling berjabat tangan.
"Oya, boleh kah aku meminta nomor ponselmu?"
"Boleh" jawabku ragu-ragu sambil mengeluarkan posel nokia jadulku.
Dia nampak biasa aja melihat penampakan ponselku. Mungkin dia memang benar-benar tulus ingin berteman denganku. aku bahagia, punya teman seperti Dian.
Setelah bertukar nomor ponsel, kami cepat sekali akrab. Dian termasuk anak yang baik.
"Hari senin depan kita masuk kan nja"
"Iya"
"Ntar kita bareng ya ke kelasnya, kalau ada kenalan gini kan enak jadi nggak malu" hehee dia tertawa.
Aku meng-iyakan, Kami berdua asyik mengobrol. Tidak kusadari jam menunjukan pukul 11.30 wib.
"Di, aku pulang dulu ya"
"Yaudah, hayu bareng aja ama aku"
"Nggak di, aku bawa sepeda"
"Hmmmm gitu, okelah duluan aja nja, Bye.. sampai ketemu minggu depannya"
Dian melambaikan tangannya padaku.
"Aku duluan yah" aku balas melambaikan tanganku.
Aku berjalan menuju parkiran mengambil sepedaku. Aku kayuh sepedaku. Aku teringat Shanum adikku.
Sampailah aku dirumah sederhana peninggalan ayahku. Ku buka pintu ruang tamu.
"Assalamualaikum" sapaku
"Walakkumsalam" jawab Shanum.
Tampak Shanum keluar dari kamar kami.
"Adek udah makan belum?"
"Udah kak, kak Senja belum makan ya"
" Belum dek"
"Pasti laper, udah buruan sana" katanya
Sejak sepeninggal ayah, kami dituntut harus mandiri. Begitu pula dengan Shanum. Kami terbiasa ditinggal ibu untuk bekerja dipagi hari dan sore hari ibu baru pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Suyatno Galih
enak di baca gak bertele2, josss
2021-11-19
0
Nuniek Nurhandayani
ceritanya bagus. enak dibaca. semoga sampai ke bab2 berikutnya.
2021-10-27
0