Kini hari-hariku terasa hampa tanpa canda tawanya. Kami saling diam, tidak bertegur sapa seperti biasanya. Aku lebih memilih duduk dikursi. kadang aku berbincang-bincang dengan Dian.
Aku melihat Gisca dan Dhevan akhir-akhir ini lebih dekat. Mereka kelihatan begitu serasi. Sebenarnya hatiku seperti diiris melihat kedekatan mereka. Tapi bagaimana pun aku tidak mau mengecewakan ibu lagi.
"Liat deh nja, Gisca nempel terus sama Dhevan" bisik Dian
"Mereka serasi" celetukku
"Serasi apaan, gatel kayak gitu"
"Biarin sih di, suka-suka mereka" aku pura-pura tertawa meskipun hatiku sakit.
"Tapi dulu kan Dhevan deket sama kamu, ku kira kalian pacaran"
"Siapa aku di, aku nggak pantas jadi pacarnya"
"Nggak lah, kamu cantik dia tampan" Dian mencubit pinggangku.
Kami tertawa, Dian cukup bisa menghiburku. Disaat-saat seperti ini.
***
Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa aku sudah di akhir semester dua di kelas satu SMA.
Antara aku dan Dhevan sudah tidak ada kedekatan lagi. kami tidak pernah saling bertegur sapa. Kulihat banyak yang berubah dari dirinya. Dia bukan Dhevan yang dulu.
Pernah ketika pelajaran telah berakhir. Aku pulang terakhir seperti biasanya. Aku berjalan menuju parkiran dan melewati ruang-ruang kelas yang telah kosong. Aku berhenti ketika melihat sosok bayangan Dhevan dibalik kaca kelas itu.
Tampak dia sedang berciuman dengan Resha teman satu angkatan denganku. Aku segera memalingkan wajahku. Kenapa dia bisa seperti itu. Dia tampak seperti pria dewasa.
Aku buru-buru pergi dan tak kusadari aku menabrak kotak sampah.
DUGGGGHH
"Awwwww" aku meringis sambil memegang lututku.
Dengan cepat aku segera berlari menjauh. Dari jauh kudengar pintu kelas tadi dibuka.
Aku sangat kecewa padanya, kenapa bisa-bisanya dia berbuat seperti itu. Padahal belum lama ini dia dekat dengan Gisha. Kenapa sekarang malah berciuman dengan Resha pikirku.
***
Aku mengikuti ujian akhir semester dua, aku berharap nilaiku tetap bagus. Aku berusaha tidak memikirkan Dhevan lagi. Aku harus tetap fokus dengan sekolahku.
Ujian telah berakhir, beberapa hari lagi pengumuman rangking kelas dan pembagian rapor.
***
Aku tidak menyangka begitu besar pengaruh Dhevan dalam hidupku. Aku rangking empat, baru kali ini aku mendapatkannya. Aku sedih melihat nilaiku yang merosot seperti ini. Bagaimana kalau sampai ibu tahu nilaiku. Aku cemas memikirkanya.
Dhevan rangking enam, dia juga merosot nilainya. Itu karena kebanyakan pacaran pikirku. Wajar saja nilainya anjlok.
Lah kalau aku??? kebanyakan mikirin Dhevan gerutuku.
HUHHHHHH
Masih ada kesempatan lagi untuk memperbaiki nilaiku. Aku harus jujur kepada ibu.
Setelah pengumuman rangking dan pembagian rapor. Kami berkumpul di depan papan pengumuman untuk melihat pembagian kelas. Aku dan Dhevan tidak satu kelas lagi.
Aku dikelas XI A dan dia di kelas XI B. Memang lebih baik seperti itu aku tidak lagi melihatnya ketika dekat dengan pacar-pacarnya lagi.
Aku berjalan mundur, ketika akan melangkah pergi tas ku tertarik seseorang.
Ketika kulihat gantungan kunci ditasku tersangkut di sweater seseorang.
Dannn
Sialll pikirku, gantungan kunciku tersangkut di sweater yang dipakai Dhevan!
Ya Tuhannnn
Aku menjulurkan tanganku meraih gantungan yang tersangkut itu.
Dengan tidak sengaja tangan kami bersamaan memegang benda sialan itu.
Tangan kami bersentuhan, tidak ada kata-kata yang keluar. Kami saling membisu tanpa kata.
Hiksssssss aku sedih.
Aku seperti orang asing yang tak dikenalnya. Dengan cepat dia menjauhkan tangannya dari tanganku.
Dengan gemetar karena canggung aku berusaha melepaskan gantungan itu.
Dan tidak berhasil!
Dhevan diam dan kembali menjulurkan tangannya. Cepat-cepat aku menyingkirkan tangan ku agar tidak bersentuhan dengan tangannya.
Tak lama dia bisa melepaskan gantungan itu.
"Terima kasih" kataku pelan
Dia pergi meninggalkan aku tanpa sepatah kata pun. Aku ibarat orang asing baginya sungutku. Aku pun bergegas pergi.
***
Malam harinya aku cerita pada ibuku bahwa aku ranking empat.
"Ibu, maafin ya, Senja ranking empat" kataku takut-takut.
Ibu sedang membersihkan meja makan, dia menoleh kearahku. Kulihat tampak sedikit kekecewaan diwajahnya.
Ibu mengelus pipiku.
"Ibu tidak kecewa padamu, masih ada waktu untuk memperbaikinya, ibu yakin apapun hasilnya kamu sudah berjuang nak"
"Makasih ya bu" aku peluk ibuku.
Ibu tidak marah padaku, aku bersyukur sekali dibalik perjuanganku ibu selalu mendukungku.
Please donk yang baca karya aku koment 🤭 apa aja yang harus kuperbaiki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Raulan Rajahukguk
semangat nja
2022-02-07
0
Umi Zahwa
maaf ya thor... ceritanya mirip2 sama cerita dari penulis lain... serupa tapi tak sama
tp sejauh ini aku masih baca dan like
2021-05-16
0
Lilis Nurhayati
kasian SM Devan,, cara senja ngejauhin Devan terlalu berlebihan Ampe segitunya sedih kan aku jd nya SM Devan
2021-04-24
0