Mata pelajaran pertama adalah Matematika, aku dengan cepat menguasai apa yang dijelaskan oleh Bu Nina.
"Nja.." kata Dian
"Apa Di, kamu sudah paham yang dijelasin Bu Nina tadi?"
"Lumayan"
"Aku belum paham"
Aku menoleh melihat Dian yang nampak putus asa.
Aku berusaha menjelaskan satu persatu.
"Kamu cerdas banget ya nja"
"Makasih atas pujiannya" kami tertawa.
Dikelas ini yang baik denganku hanya Dhevan dan Dian. Yang lain hanya memandangku sebelah mata. Aku mulai terbiasa dengan sikap teman-temanku.
"Oya Nja, jangan tersinggung ya"
"Hmmm"
" Gimana, berangkat dan pulang sekolah kamu bareng aku aja?, aku gak niat apa-apa kok. Kamu jangan salah paham"
Aku tersenyum mendengar ucapan Dian yang polos.
"Aku gak pa pa kok di, kenapa kamu kasian ma aku?"
"Gak gitu juga nja" Dian nampak kebingungan.
Aku mengerti perasaan Dian terhadapku. Dia pasti kasian melihat ku mengayuh sepeda setiap hari.
Dian menggenggam tanganku, tampak matanya berkaca-kaca.
"Harusnya aku lebih banyak bersyukur ya nja, dengan melihat kegigihanmu seperti ini"
"Iya Di, apa pun itu kita wajib bersyukur ya"
Waktu terasa cepat berlalu tibalah waktu pulang. Saat diparkiran betapa terkejut aku melihat ban sepedaku kempes semua. Padahal tadi pagi masih bisa kupakai.
Aku tuntun sepedaku, berharap ada bengkel sepeda terdekat. Tiba-tiba ada motor berhenti disampingku.
"Kenapa nja?"
" Sepertinya banku bocor Dhev" kataku lemas
"Yaudah yuk kamu naik dulu dimotorku, dan kamu duduk sambil memegang stir sepeda"
Aku ragu-ragu mengikuti arahannya.
"Pelan-pelan, ayo coba"
kata Dhevan sambil menahan sepedaku.
"Bisa kan"
Dia mulai menyalakan motornya.
"Pelan-pelan ya Dhev"
"Iya tenang aja"
Aku mencium wangi parfum yang dia pakai. Parfum dengan wangi maskulin. Baru kali ini aku boncengan dengan laki-laki. Hatiku berdebar tidak karuan.
Tak berapa lama terlihat ada bengkel sepeda motor. Dhevan menghentikan motornya. Aku turun, dan dia membawa sepedaku masuk ke bengkel itu.
"Senja, nggak pa pa kan sepedanya ditinggal? kalau ditungguin lama"
"Trus besok aku gimana berangkatnya dong Dhev?"
"Besok aku jemput kamu ya"
"Nggak-nggak usah Dhev, aku bisa naik angkot"
"Kita kan satu arah, nggak pa pa, pokoknya setengah tujuh aku jemput kamu"
Entah kenapa aku hanya bisa diam dan meng-iyakan.
Aku dan dia kembali menaiki motornya menuju rumahku.
"Senja, kalau aku bonceng kamu nggak ada yang marah kan?"
HAHHHHH
"Maksudnya apa Dhev?"
"Aku takut kamu sudah punya pacar?"
"Aku belum punya kok?"
" Ohhh syukur deh"
Beberapa menit kemudian kami sampai dirumah.
"Mampir dulu, minum"
"Makasih, lain kali aja ya nja"
Dhevan berpamitan dan segera melajukan motornya.
Keesokan harinya Dhevan benar-benar menjemputku. Aku mengintip dari jendela kamar. Dia nampak sedang menungguku.
"Ibu aku pamit ya"
"Hati-hati ya nja"
"Iya bu"
Ibu mengantarkanku sampai depan rumah dan menghampiri Dhevan.
"Mas Dhevan makasih ya, udah bantu Senja. Maaf merepotkan"
"Nggak pa pa bi, kita kan searah rumahnya"
"Udah ya bi pamit dulu"
"Ibu, Senja berangkat dulu"
"Iya hati-hati"
Hatiku sangat bahagia, entah sejak kapan perasaan ini tumbuh dihatiku. perasaan berbunga-bunga ketika dia didekatku. Sejenak aku teringat kembali siapa aku. Aku buang jauh-jauh perasaan ini.
Begitu sampai diparkiran, dia membantuku melepas helm yang kupakai.
"Makasih banyak ya Dhev"
"Iya Senjaku" kata dia mendekatkan wajah dan mengacak-acak poniku.
Diperlakukan seperti itu membuat jantungku berdetak dengan cepat.
Ya Tuhan sadarkanlah aku kalau ini cuma mimpi.
Dari kejauhan kulihat Gisca menatapku dengan kesal. Tampak wajahnya memerah menahan marah. Dia menghentakan kakinya dan pergi menjauh.
"Ayooo"
Kata Dhevan sambil menarik tanganku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Raulan Rajahukguk
rupanya ada yg kepo
2022-02-07
0
Suyatno Galih
bagus ceritanya, ada ulet bulu juga
2021-11-19
0
Lilis Nurhayati
sprtinya akan bagus nih cenritanya
2021-04-24
0