"Adel!" ucap seseorang di belakang Adel
Mendengar namanya disebut Adel dengan cepatnya menghentikan langkah kaki dan langsung berbalik.
“Ahh, Adit. Aku kira siapa, ada apa?” tanya Adel setelah tau bahwa yang memanggil namanya adalah Adit.
“Mau kemana, kok kayanya buru-buru?”
“Aku mau ke rumah sakit, jenguk ibunya Devan.”
“Hah, ada apa dengan tante Desi?” tanya Adit yang penasaran.
“Kata Fatur sih dia baru aja di operasi dan hari ini pun Devan gak masuk sekolah, mungkin nemenin ibunya di rumah sakit.”
“Kamu tau rumah sakit mana dan ruangan berapa tante Desi dirawat?” tanya Adit yang sudah panik.
“Tau, rumah sakit Hattarajasa di ruangan Melati 4, tadi Fatur udah cerita.''
Setelah percakapan itu Adel dan Adit pergi bersama ke rumah sakit.
Tak lama kemudian Adit dan Adel tiba di rumah sakit yang sudah di sebutkan Fatur, kini mereka mulai mencari ruangan mana tempat ibunya Devan dirawat.
“Devan!” ucap Adel ketika dia melihat Devan, dia melihat Devan dengan pakaian yang sedikit berantakan.
“Adel? Adit? Ngapain kalian kesini?” tanya Devan yang sedang duduk di depan ruangan ibunya dirawat.
“Dev, gimana keadaan tante Desi?” tanya Adit khawatir.
“Ngapain lo nanya-nanya nyokap gue, gak usah so’ peduli” jawab Devan kasar.
“Apaan sih Dev, Adit kan cuma khawatir” jawab Adel membela.
“Operasinya lancar dan sekarang lagi istirahat, dokter bilang jangan dulu ada yang masuk” ucap Devan terbuka.
Setelah perkataanya itu, Devan pergi meninggalkan Adit dan Adel tanpa sepatah katapun. Adel yang melihat sikap Devan khawatir dan dia mengejar Devan di belakang, Adel meminta Adit untuk menjaga ibunya Devan.
“Ngapain lo ngikutin gue?” tanya Devan yang duduk di kursi taman rumah sakit.
“Kamu kenapa sih gitu banget sama Adit, kesalahan dia yang dulu itu kan bukan kemauan dia. Dia terpaksa menggantikan posisi kamu waktu itu karena ibu kamu minta dia gantiin kamu, ibu kamu gak mau sakit kamu tambah parah.” ujar Adel menjelaskan kesalahpahaman antara Adit dan Devan.
“Gue tau, mamah udah bilang sebelum operasi.” ucap Devan yang mengejutkan Adel.
“Jadi kamu udah tau? Terus kenapa sikap kamu masih gitu sama dia?” tanya Adel dengan nada sedikit tinggi.
“Justru karena gue tau hal itu, gue makin benci sama dia. Sebenarnya dia itu nganggap gue sahatnya atau bukan, kenapa masalah kayak gini dia tutupin dan malah buat persahabatan gue sama dia putus.” jawab Devan dengan nada yang kesal.
Terlihat diwajahnya ada kekecewaan dan rasa bersalah.
Setelah percakapan itu, Devan dan Adel kembali ke dalam rumah sakit, saat hampir tiba disana Adel melihat ada seorang pria yang sedang bercakap dengan Adit, setelah berjalan lebih dekat ternyata pria itu dikenal oleh Adel.
“Om Anggara! Om kenapa disini?” tanya Adel polos.
“Kenapa? Gak boleh ya nemeni istri yang sedang sakit?” jawab Anggara bercanda.
“Tunggu tunggu. Jangan-jangan om itu suaminya tante Desi? Berarti om itu papanya Devan dong?” tanya Adel dan dia hanya mendapatkan senyuman sebagai jawaban.
“Kenapa lo? Syok banget kelihatannya?” tanya Devan yang kesal dengan pertanyaan Adel.
“Abisnya om sama Devan itu beda jauh banget. Om itu kayaknya hangat orangnya tapi beda jauh banget sama Devan yang selalu dingin.” jawab Adel dengan polos.
“Apa lo bilang?” tanya Devan kesal.
Namun pertengkaran mereka terlihat lucu sampai-sampai Anggara dan Adit tertawa melihat kelakuan mereka.
Mereka mengobrol dengan asik sampai saat seorang wanita datang dengan lari kecilnya sambil membawa keranjang buah menghampiri mereka.
“Bianca?” ucap Adel dalam hati.
"Kamu disini Bianca? Makasih ya udah datang!" ucap Anggara pada Bianca.
''Iya, om.''
“Devan, karena papah udah disini mending kamu ajak temen-temenmu makan! Kamu juga belum makan kan?” lanjut Anggara.
“Kamu belum makan Devan? Ya udah yu kita keluar cari makan!” ucap Bianca menyahut.
Ditambah dengan anggukan Adit dan Adel akhirnya mereka pergi keluar untuk mencari tempat makan.
Adel dan yang lainnya sudah mulai makan, Bianca makan dengan anggunnya membuat Adel sangat iri tapi Devan sama sekali tidak memperdulikannya.
“Dev, besok kamu sekolahkan?” tanya Bianca perhatian
“Iya, sekolah!” jawab Devan datar.
“Bagus deh. Oh iya nih, buku cacatan. Kamu bisa salin dan kalo ada yang gak ngerti tinggal tanya aja.” Bianca memberikan buku catatannya.
“Makasih!” jawab Devan menerima buku yang dinerika Bianca.
Adel yang menyaksikan itu tiba-tiba menambah kecepatan makannya sampai dia tersedak makanan yang dimakannya.
“Uhuk uhukk!”
“Kamu kenapa Del?'' Adit yang melihat Adel tersedak langsung menepuk-nepuk punggung Adel.
''Sini minum air!” Adit menyodorkan sebuah gelas.
Entah kenapa suasana seketika menyeramkan. Devan yang menyaksikan itu tiba-tiba juga menambah kecepatan makannya sampai selesai dan kini dia bergegas kembali untuk menjaga ibunya.
“Devan kamu mau kemana?” tanya Bianca spontan saat melihat Devan beranjak dari tempat duduknya.
“Balik jaga mamah!” ucap Devan dengan langkah kakinya yang cepat.
Adel dan Adit heran kenapa Devan buru-buru pergi, tapi sudahlah. Adel melirik jam tangannya, waktu menunjukan bahwa hari semakin sore dan Adel harus segera pergi.
“Adit, udah mau sore nih aku juga lupa beri tahu orang-orang rumah pasti mereka khawatir. Aku harus pulang sekarang!” ucap Adel setelah melihat jam disebelah tangan kirinya.
“Ohh ya udah deh, yuk aku anter!” ucap Adit dan kini Adel sudah ada di jok belakang motor Adit, ini kali keduanya Adit mengantarkan Adel pulang.
“Makasih ya Dit! Mau masuk dulu gak?” tanya Adel sopan setelah sampai didepan rumahnya.
“Gak usah deh, udah sore!” jawab Adit dan kini dia sudah berbalik. Bayangannya sudah hilang ditelan jarak.
“Assalamu’alaikum!” ucap Adel ketika sampai di rumahnya.
“Wa’alaikum salam!” ucap kakek Adel dan Linna bersamaan.
“Kamu dari mana aja sayang?” tanya Linna melihat Adel pulang lebih sore.
“Mamah udah pulang? Seneng banget deh!!” ucap Adel berlari memeluk sang ibu.
“Jawab dulu, kamu dari mana jam segini baru pulang. Gak ngasih kabar lagi!” omel Linna kesal
“Hmm iya iya mah aku minta maaf. Aku abis jenguk tante Desi di rumah sakit, dia abis operasi.” jelas Adel sembari menaruh tasnya di sofa.
“Desi?” tanya sang ibu kaget.
“Iya mah, ibunya Devan, teman sekelasku.” jelas Adel.
Mendengar hal itu Linna benar-benar kaget, entah apa yang terjadi dengan sahabatnya itu.
“Kita harus jenguk dia!” ucap Linna serius, Adel mungkin belum tahu bahwa Desi adalah sahabat karib ibunda tercintanya.
*****
25 tahun yang lalu, saat Linna (ibu Adel) masih di bangku SMA
Di sebuah gang yang sempit, Linna berjalan menuju sekolahnya. Tiba-tiba dia melihat segerombol pria yang sedang duduk di gang tersebut dan para pria itu mulai mendekati Linna dengan maksud yang tidak baik. Linna tidak bisa untuk kembali karena dia sudah tidak sempat, bel masuk akan segera berbunyi.
“Hai adik manis! Sini dong temanin kakak!” ucap para pria itu, mungkin ada 3 atau 4 orang.
Linna berusaha untuk menghindar, tapi tetap saja tidak bisa. Mereka terus mencegat Linna, sampai pada saat dia hendak di sentuh oleh salah seorang pria didekatnya tiba-tiba datang seorang wanita muda yang mengenakan seragam sekolah yang sama dengan milik Linna.
“Hei kalian para pria pengecut!
Berani-beraninya menggangu seorang gadis!” dengan beraninya wanita itu berucap.
“Wahh, mangsa lagi nih. Sikat!” ucap salah seorang pria dan mereka mulai mendekati kedua gadis remaja itu, tapi datang seorang pria tampan yang menyelamatkan mereka.
Pria itu langsung membawa Linna dan gadis di sampingnya pergi setelah dia membuat para pria brandal itu sedikit terluka dan dapat dikelabui.
“Ayo cepat pergi!”
Akhirnya setelah lolos dari para pria brandal itu, Linna dan yang lainnya selamat.
“Hei makasihnya, aku gak tau harus apa kalau gak ada kalian.” ucap Linna tulus.
“Terimakasih itu sama Allah SWT, kami cuma kebetulan lewat aja.” ucap gadis yang menyelamatkan Linna tadi.
“Iya, dan lagi kalau bisa jangan lewati gang itu lagi, takutnya terjadi kejadian yang sama dan lo benar-benar sendirian.” ucap pria di samping Linna.
“Bener tuh. Oh iya, kenalin gue Desi dan ini Anggara, dia pacar gue.” ucap gadis yang bernama Desi.
“Ohh, nama aku Linna. Aku baru pindah kesini, asalku dari Bandung” ucap Linna memperkenalkan diri.
“Ohh pantesan gak pernah liat. Ya udah deh, kita lanjut ngobrolnya di sekolah aja, sebentar lagi masuk” jawab Desi mengajak teman barunya.
Sejak saat itu, Linna, Desi dan Anggara menjadi teman baik bahkan mereka bersahabat sampai sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Puan Harahap
pria idola hadir
Salam dan mampir ya thor ke
⚘PRIA IDOLA DAN
MENIKAHI PRIA URAKAN⚘
yuk saling vote n dukung
2021-03-11
0
Vie
semangat
2021-02-05
0
Zaza ira
aku bawa 5 like dulu kk
salam dari "UMMY AKU INGIN DIA " dan "JE TE DÉTESTE"
2021-01-23
0