Dua jam berlalu dan kini Adel sudah tiba ditempat di depan kafe dengan diantar Linna (Ibunda Adel).
“Hati-hati ya sayang, belajar yang bener jangan berbuat macem-macem. Mamah berangkat dulu ya. Assalamu’alaikum.” ucap Linna
“Iya mah. Wa’alaikumsalam. Hati-hati mah dijalannya, jangan lupa bilang sama ayah kalau Adel sayang ayah,” ucap Adel membalas karena memang sekarang Linna akan pulang ke Bandung bertemu dengan suaminya.
“Iya sayang!”
Adel berjalan menuju kafe, setelah sampai di dalam kafe Adel melihat Devan sendirian di meja pojok dekat jendela. Memang pemandangan di tempat Devan lebih indah karena bisa melihat langsung ke taman. Adel berjalan mendekati Devan dan berharap Adit sudah datang, namun kenyataannya Adit belum datang.
Tanpa sadar Adel sudah berada tepat di depan Devan, dia tanpa sadar terpesona dengan Devan dan gayanya yang menarik. Dengan jaket dan celananya yang serasi ditambah dengan sepatunya yang elegan membuat Devan terkesan keren dan bersemangat.
“Hai Devan, udah lama belum nunggunya? Maaf ya tadi ada sedikit kendala,” sapa Adel ramah.
”Lama banget sih lo. Gue udah nunggu dari tadi,” bukannya menjawab sapaan Adel, Devan malah marah-marah.
“Apaan sih, cuma telat 5 menit. Oh iya, dimana Adit kok belum sampai?” tanya Adel penasaran karena memang tidak terlihat ada tanda-tanda Adit disana.
Tak ada jawaban apapun dari Devan, dia hanya fokus pada ponselnya.
Namun selang beberapa waktu Adit pun datang dengan senyuman manisnya
“Hei udah nunggu lama ya. Maaf banget telat. Ada kendala tadi.” sapa Adit diikuti dengan permintaan maafnya karena telat.
“Udahlah jangan banyak basa basi. Kita mulai aja belajarnya!” tampang Devan yang kesal karena nunggu lama terlihat makin kesal setelah kedatangan Adit.
Setelah semuanya kumpul, pembelajaran dimulai. Terlihat Adit dan Adel yang bekerja sama untuk memecahkan sebuah soal, mereka terlihat akrab namun disisi lain Devan semain kesal melihat mereka berdua, dia merasa tak di anggap
“Apa-apaan sih ini. Kalian cuma belajar berdua, kalian gak nganggap gue disini ya?” pertanyaan Devan yang kesal karena melihat Adel dan Adit hanya belajar berdua.
“Gue balik, percuma gue disini juga gak kalian anggap!” perkataan Devan yang disusul langkah kakinya meninggalkan kafe.
“Devan kenapa sih, kok kayanya kalo ketemu kamu, raut mukanya jadi kesal gitu?”
“Hmm..Mungkin karena kejadian waktu itu." ujar Adit membuat Adel pemasaran.
Adit menceritakan semua tentang dia dan Devan, tentang mereka yang sebelumnya adalah sahabat karib, dari TK sampai SMP mereka selalu bersama, bahkan ada yang bilang kalau “Dimana ada Adit disitu pasti ada Devan”. Perkataan itu benar adanya, namun tidak sampai saat ada olimpiade tingkat SMP di sekolah mereka. Olimpiade yang sangat ditunggu-tunggu oeh Devan, dia terpilih namun sayang 3 hari sebelum hari itu tiba, Devan jatuh sakit, dokter bilang kalau Devan tidak boleh setres ataupun berfikir berat yang bisa mempengaruhi kesehatannya.
Mendengar hal itu, ibunya Devan khawatir dia tidak ingin sakit anaknya tambah parah. Akhirnya ibu Devan datang ke sekolah dan meminta agar seseorang menggantikan Devan dan dia memilih Adit, karena ibu Devan tau kalau Adit juga sangat pintar.
Mendengar hal itu Adit awalnya menolak karena dia tau pasti sahabatnya akan marah, namun ibu Devan memaksa dan akhirnya Adit menggantikan Devan.
Saat hari olimpiade tiba Devan memaksakan diri untuk datang ke tempat berlangsungnya olimpiade, dia melihat bahwa posisinya direbut oeh sahabatnya sendiri, dia merasa dikhianati, dia tidak bisa berikir jernih dia menyalahkan semua ini pada Adit sampai persahabatan mereka putus, sampai sekarang Devan tidak tau kalau sebenarnya itu adalah permintaan ibunya, Adit tidak pernah membicarakan ini sampai sekarang, karena itulah sampai sekarang Devan masih membenci Adit.
Setelah kejadian itu, Devan memutuskan untuk pindah dan dia tidak pernah berharap bahwa akan bertemu lagi dengan Adit, namun kenyataan justru sebaliknya, saat masuk SMA Devan dan Adit bertememu lagi, pertemuan itu sangat diinginkan Adit namun tidak untuk Devan, karena itu lah Adit memustuskan untuk tidak membahas masalah waktu itu pada Devan, biar dia menanggung sendiri akibatnya.
“Jadi gitu yah? Tapi ini gak sepenuhnya salah kamu, Devan pun salah. Tidak seharusnya dia marah sampai memutuskan pershabatan kalian seperti ini, kamu harus bilang sama Devan dan menceritakan semuanya,” ujar Adel setelah mendengar semua penjelasan Adit.
“Gak usah, biar semuanya kaya gini aja, mungkin ini lebih baik,” ucap Adit dengan nada pasrah.
Setelah itu Adit menyeruput kopi panas yang sudah ada didepannya dan memalingkan wajahnya ke taman didepanya.
“Gelang siapa ini?” tanya Adel ketika ia mendapati sebuah gelang terjatuh dinawah mejanya.
Gelang itu bertuliskan sebuah huruf yang sangat ia sukai yaitu huruf ''A'', huruf awal dari namanya, Adelia.
“Oh itu milik Devan, dari kecil sampai sekarang dia selalu menyimpan gelang itu.''
Terhentak dengan jawaban Adit, Adel langsung memperhatikan kembali gelang itu.
"Gue rasa ada sesuatu tentang gelang itu, karena Devan selalu membawanya kemana pun.''
“Ohh ya? Terus ada hal khusus apa sama gelang ini?'' mendadak Adel jadi sangat penasaran.
“Kalau itu sih gue juga gak tau, karena setiap ditanya dia gak pernah jawab apa pun.''
''Ohh ya udah deh.''
Karena waktu terus belalu dan sekarang sudah mulai sore Adel dan Adit memutuskan untuk pulang.
“Del lo gak dijemput?” tanya Adit setelah mereka keluar dari kafe.
“Enggak, kayaknya harus nyari taksi.”
“Ya udah naik! Biar gue anter pulang.”
“Gak usah, bisa sendiri kok,” tolak Adel lembut.
“Udah sini, udah sore. Gak baik anak gadis pulang sendirian,” ujar Adit.
Mendengar hal itu, akhirnya Adel menerima tawaran Adit, kini dia sudah sampai di depan gerbang rumah Adel.
Adel tidak tahu kalau sebenarnya dari saat dia keluar dari kafe ada yang memerhatikannya, Adel sempat merasa namun itu hanya khayalannya saja jadi dia tidak menghiraukannya.
“Makasih Adit!" ucap Adel setelah ia sampai didepan gerbang rumahnya.
Hanya senyuman yang berikan kini Adit memarkirkan motornya dan pulang.
“Ahh,, akhirnya sampai juga. Melelahkan!” ucap Adel berbaring di sofa.
“Udah pulang? Eyang nunggu dari tadi. Dari mana aja kamu?''
“Eyang? Ehehehe.. maaf eyang aku ada janji sama Adit dan Devan, belajar bareng buat olimpiade.'' ujarnya menjelaskan.
“Ohh ya udah kalau gitu. Tapi selamat ya sayang kamu terpilih buat olimpiade, kamu harus menang, kamu harus membanggakan sekolah! Oh iya, rekan kamu buat olimpiade Adit dan Devan?” tanya sang kakek.
“Iya eyang, tapi aku susah banget buat belajar sama Devan, dia gak mau diajak kerja sama!” keluh sang cucu manja.
“Tenang aja, dia gak akan ngecewain. Eyang percaya sama dia. Oh iya, untuk kedepannya, kalian belajarnya disini aja ya!” minta sang kakek pada cucu kesayangannya.
“Hmm, boleh. Nanti aku bicara sama Devan dan Adit! Sekarang aku mau ke kamar, cape, mau tidur. Bye eyang!”
Setelah percakapan singkat itu, Adel beranjak dari sofa menuju menuju kamarnya. Adel sangat feminim, terlihat dari gambar yang bertulisan “MY ROOM “ yang tergantung di depan pintu kamarnya dengan ditambah hiasan gambar love dan bunga yang bernuansa pink.
Tidak sampai situ, di dalam kamar pun semua bernuasa pink dengan barang yang sengaja di pesan sendiri.
Adel sangat senang dengan ruangan kamarnya, jika dia sedang kelelahan dia hanya perlu membaringkan tubuhnya di atas kasur dan saat memandang ke langit-langit dia akan disuguhkan dengan gambar pemandangan indah yang membuat Adel bisa melupakan semua masalahnya dan menghilangkan kelelahannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Puan Harahap
pria idola hadir
Salam dan mampir ya thor ke
⚘PRIA IDOLA DAN
MENIKAHI PRIA URAKAN⚘
yuk saling vote n dukung
2021-03-11
0
R_armylove ❤❤❤❤
maaf baru sempet mampir
2021-02-18
0
Ruang Rindu
nyicil, kejak dulu
2021-02-10
1