Laura menatap Gio yang tengah mencari jas yang cocok untuknya di salah satu butik di mall itu. Tidak ada rasa saat ini yang ia rasakan saat menatap Gio, tidak seperti zaman dia kuliah dulu. Ia selalu mengagumi pria ini, selalu bermimpi dapat bersamanya. Tapi kenapa saat dia mendapatkannya dan kehilangan Liam, dia malah merasa hampa.
"Gimana? yang item apa yang abu-abu?" tanya Gio seraya menyandingkan 2 jas di kedua tangannya. Laura mulai mengamatinya.
"Yang item," jawab Laura, lalu Gio pun menyerahkan jas tersebut pada pelayan untuk di beli dan di kemas. Sedangkan Laura kembali dengan lamunannya. Gio segera menghampiri Laura yang tengah melamun itu.
"Kamu kenapa?" tanya Gio yang membuyarkan lamunan Laura.
"Oh, nggak. Nggak papa, kok," ucap Laura dengan senyuman manisnya. "Kamu udah selesai?" tanya Laura.
"Itu lagi di bungkus sama pelayannya," ucap Gio. Tidak lama pelayan pun datang mengantar jas yang Gio beli tadi dan juga mengembalikan black card nya yang tadi di gunakan untuk membayar. Mereka pun segera keluar dari butik tersebut setelah berbelanja.
Saat tengah berjalan di mall tersebut, Laura melihat ada Renata yang tengah melayani pelanggan. Laura tersenyum penuh arti saat melihatnya, dia pun segera menghampiri nya dan di ikuti oleh Gio.
"Aku mau belanja!" ucap Laura dengan senyuman nya yang menyeringai seraya melangkah cepat menuju rak sepatu. Dia mencari salah satu sepatu yang ia sukai.
Gio tidak begitu peduli dengan apa yang di lakukan Laura, dia segera mencari kesibukan lain. Dia tau betul, saat Laura mulai berbelanja maka itu akan memakan waktu yang lama. Maka ia pun lebih memilih untuk duduk di salah satu bangku yang ada di mall tersebut.
Sedangkan Laura terus menatap kearah Renata yang masih sibuk dengan pelanggannya itu. Tampak Renata yang cantik dengan polesan make up sederhananya itu. Laura memperhatikan kulit putih mulus Renata yang tampaknya juga alami. 'wanita ini kelihatannya cantik dengan kesederhanaan nya, apa karena ini Liam menyukainya. Kelihatannya juga lembut,' batin Laura. Dia terus mendekati Renata.
"Maaf, ini ada nomer 40 nya nggak?" tanya Laura yang membuat Renata menoleh dan sedikit kaget saat melihat siapa yang menyapanya. Tapi Renata mencoba profesional melayaninya.
"Iya, tunggu di cari dulu, ya," ucap Renata lalu pergi mencari sepatu yang diinginkan Laura. Setelah mendapatkannya, Renata pun segera menghampiri Laura.
"Tolong dong pasangin sekalian. Nggak apa kan?" ucap Laura terlihat sedikit menyunggingkan senyuman sinis.
Renata tampak kaget dengan permintaan Luara, tapi sekali lagi dia mencoba untuk profesional. Renata mencoba memasangkan sepatu tersebut di kaki Laura, walau merasa sedikit terhina, Renata mencoba untuk bersabar. Tapi tiba-tiba Laura menaikan kakinya hingga mengenai kepala Renata. Renata pun langsung terjatuh.
"Auwh... Kamu apain kaki saya? Kamu nggak terima saya suruh pasang sepatu itu, bilang aja kalo nggak suka, jangan di paksa gitu masuk ke kaki saya," omel Laura seolah sengaja mencari perhatian agar Renata lebih malu. Benar saja, sebentar kemudian terlihat banyak orang yang memperhatikan mereka. Renata menatap tajam pada Laura.
"Maksud anda apa, sih?" ucap Renata seraya memegang keningnya yang sakit larena di tendang Laura tadi. Laura hanya menatap Renata dengan tatapan yang menantang.
Lusi yang melihat ada keributan pun segera menghampiri sumber keributan. Saat dia melihat Renata yang tengah ribut, Lusi pun segera menghampiri Renata.
"Ada apa, Re?" tanya Lusi.
"Nggak tau nih mbak-mbak-mbak, kayaknya cari ribut," sungut Renata kesal.
"Kamu tuh yang cari ribut, udah tau sepatunya nggak muat, masih di paksa masuk ke kaki saya," teriak Laura yang tidak lama juga di hampiri Gio.
"Ada apa sayang?" tanya Gio.
"Kayaknya saya nggak ngapa-ngapain kaki mbak, bahkan mintak saya pasangin tadi juga saya pasangin, tiba-tiba aja mbak narik kaki mbak dan kayaknya juga sengaja buat nendang saya. Kalo mbak sengaja melakukan itu, saya bisa laporin mbak, kita punya CCTV di mall ini. Kita bisa tau siapa yang salah dari sana," ungkap Renata tidak gentar.
"Laporin aja," tantang Laura juga tidak mau kalah. Sedangkan Gio terus berusaha menenangkan Laura yang tidak mau berhenti membuat keributan itu.
"Ooo... Jangan-jangan, kamu cemburu ya, saya sama Liam, kamu kan mantannya. Dari pada mbak terus cemburuin kita terus cari masalah sama saya disini, mending mbak urus itu pacar mbak yang sekarang. Liam nggak akan mau sama perempuan licik kayak, mbak," tantang Renata terus tidak mau kalah. Pertengkaran mereka pun akhirnya sampai juga ke telinga si manager, hingga ia pergi menemui tempat kejadian, mendapati Renata tengah bersitegang dengan pelanggan. Dia pun dengan langkah terburu-buru segera menghampiri sumber keributan.
"Renata, ikut ke office sekarang," perintah si manager. Dan di ikuti oleh Laura juga. Itu adalah tindakan manager untuk mengatasi keributan yang ada.
Pihak mall pun meminta maaf pada Laura, karena mereka tau betul jika Laura adalah orang yang berpengaruh dengan statusnya yang seorang model papan atas itu. Dan sebagai konsekuensinya Renata lah yang harus menerima akibatnya, dia di skors selama 1 minggu dengan gaji nya yang k
ikut di potong juga untuk mempertanggung jawabkan kejadian tersebut. Laura tersenyum penuh kemenangan, Renata hanya bisa menatap tajam ke arah Laura yang semakin besar kepala itu.
Mereka pun segera meninggalkan ruangan tersebut, dengan Renata yang masih sangat kesal di ikuti oleh rekan kerja nya juga yang terus berusaha menghiburnya.
"Dia yang cari masalah, kenapa gue yang di skors?" sungut Renata masih tidak terima.
"Lawan lo itu model papan atas, tentu aja manager kita pilih ngorbanin lo dari pada dia. Kalo cari ribut sama dia, bisa-bisa mall kita bermasalah lagi. Lo nggak liat, cowok yang sama dia itu siapa. Dia itu pengusaha Argio Alfarabi, pengusaha sukses yang juga punya power yang cukup buat nutupin ini mall kalo macam-macam sama dia," terang salah seorang rekan kerja Renata, yang membuat Renata terdiam.
Ya, apa yang dia miliki hingga berani menentang orang sehebat mereka. Melawan seorang Arman saja dia masih kalah, apalagi Laura yang super model. Renata menitikkan air matanya. Menyadari dirinya hanya lah seperti seekor pungguk kesepian yang selalu merindukan bulan di langit tinggi. Hidup seperti merangkai mimpi yang mustahil untuk di raih.
"Gue kayak sebatang kara, Si. Lagi kayak gini nggak ada tempat gue ngadu, gue sendirian. Sampe semua orang bisa seenaknya sama gue," isak Renata pilu. Lusi pun segera memeluk sahabatnya itu.
"Nggak, Re. Lo punya gue. Gue nggak akan ninggalin lo, gue akan sama lo kemana pun lo pergi selama lo belum ada yang ngelindungin, gue yang akan pasang badan buat lo," ucap Lusi tulus, Renata pun membalas pelukan sahabatnya itu. Mereka semua pun ikut memeluk Renata dan sama-sama menguatkan Renata juga.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Nurmali Pilliang
Aq suka ceritanya
2021-11-11
2
Pena rindu
sedih ceritanya😭
2021-10-30
1