Nari masih terlelap nyenyak dalam tidurnya. Sehabis sholat subuh tadi Nari kembali berbaring di ranjang hingga terlelap. Karna badannya sangat lemas, membuatnya tidak bisa untuk turun ke bawah dan memasakkan semua keluarga sarapan pagi.
Sedang dibawah kedua wanita berdecak. Saat tidak melihat Nari, karna mereka sudah mempunyai rencana kembali agar gadis itu tidak betah tinggal disini.
"Ma, tumben sekali gadis kampung itu belum turun. Biasakan dia berada di dapur terus," ujar Argea berbicara dengan Felly.
"Iya sayang, mama rasa dia masih dikamar. Pasti males-malesan," sahut Felly.
"Aaa... Gea punya ide ma, gimana kalau kita bangunin aja. Bilang aja kak Argi minta di masakin sarapan pagi," ujar Argea otak bekerja dengan baik dengan merencanakan sesuatu.
"Benar sayang! Tapi, kalau nanti kakak kamu malah suka masakan dia, gimana dong?" kata Felly mepertanyakan itu.
"Gausah khawatir ma, nanti masakan dia kita masukin garam biar asin."
"Pinter juga kamu sayang."
"Iyalah anak mama gitu."
Kedua ibu dan anak itu bertos ria. Mereka segera naik ke lantai atas kembali. Tapi sebelum itu Felly sudah menyuruh pelayan lainnya sibuk dengan pekerjaan yang diberikannya.
Sudah berada didalam kamar Argian. Felly tidak menemukan putranya dimanapun.
"Kakak mu kok gaada ya ge," guman Felly pelan.
"Mungkin kaka tidur diruang kerja ma," ujar Argea menyahut pelan.
Kedua ibu dan anak tersebut berdia di depan gadis yang sangat nyenyak dalam tidurnya. Keduanya yang melihat itu bersedekap tangan.
"Benar-benar gadis pemalas," ujar Felly, sungguh kesal melihat menantu yang tidak diterima.
"Hehh, pemalas bangun kamu," Argea mengoyang bahu Nari dengan kencang.
Ketika melihat mama mertua dan adik iparnya membuat Nari tersentak dan terduduk.
"Bangun kamu, masak buat sarapan," tintah Felly.
"I-iya ma," ujar Nari.
"Cepat!" teriak Argea, tidak tahan melihat wajah Nari membuatnya muak.
Dengan langkah pasti Nari menuruni tangga berhati-hati. Sebenarnya tubuhnya sangat lemas, tapi tidak mungkin ia menolak perintah mama mertuanya. Dia masih ketakutan dengan kemarahan mas Argian, begitu mengerikan.
.
.
Setelah masakan selesai, Nari menyiapkan makanan diatas meja makan. Nari berniat ingin memanggil suaminya untuk makan tapi dia sudah ada disitu yang sedang duduk dan memainkan iphonenya.
Tanpa bicara terlebih dahulu, Nari mengambilkan sedikit nasi goreng dan menaruhnya dipiring. Lalu meletakkan piring yang sudah berisi di depan suaminya.
"Saya sarapan di kantor saja," Argian berucap dingin. Saat ingin berdiri suara Felly mamanya menghentikannya.
"Argian! Sarapan disini, mama gamau tahu," cegah Felly, membuat putranya duduk kembali. Dan dirinya mengedipkan sebelah mata ke putrinya.
Sedang Nari terlihat senang. Karna suaminya tidak jadi pergi dan akan mencoba nasi goreng buatannya.
"Hargai masakan istrimu," ucapan Felly diberi anggukan oleh Argian.
Sedang sang tuan besar Farhan hanya diam saja memperhatikan interaksi istrinya dan putranya. Ia tidak ingin menimpalinya sama sekali, bahkan dia tidak memakan nasi goreng itu.
Argian bersiap menyuapkan makanan itu ke dalam mulutnya. Nari yang masih berada didekatnya menjadi gugup, kira-kira masakan cocok atau tidak dilidah suaminya.
'Byuuurr' Argian menyemburkan nasi goreng itu dan mengambil air putih. Lalu meminumnya dan mengambil tisu mengelap mulutnya.
"Kamu mau racuni saya ya?" ketus Argian.
"Hah! ngeracuni, maksud mas apa?" Nari malah bertanya balik.
"Ni kamu rasain sendiri, mama, gea. Jangan sesekali makan nasi gorengnya," pesan Argian.
Nari mengambil nasi goreng yang berada di piring Argian dan menyuapkannya ke dalam mulutnya. Dengan cepat ia mengambil tisu mengeluarkan makanan itu.
"Asin," spontan Nari berkata.
"Habiskan, karna ini kamu yang masak. Jadi habiskan nasi goreng ini, jangan membuang-buang makanan," tukas Argian berkata ketus.
"Tapi mas-..."
"Tidak ada kata tapi, cepat habiskan."
Tanpa banyak bicara Argian bangkit dari duduknya. Melangkah keluar, karna nafsu makan sudah hilang gara-gara makanan itu. Sungguh emosinya sekarang tidak stabil, dari pada dia menyakiti wanita tadi seperti semalam dan membuat pekerjaan kantornya terbengkalai. Lebih baik ia memilih pergi.
"Cepat habiskan, jangan bengong aja," ujar Argea.
"Tapi ini banyak sekali, perutku tidak akan muat segini banyaknya. Apalagi nasi goreng asin," jelas Nari berkata lirih.
"Jangan banyak protes, turuti perintah putra saya," ketus Farhan yang baru mengeluarkan suaranya. Membuat senyuman istrinya mengembang mendengat nada bicaranya.
"Mah, papa juga akan ke kantor. Awasi gadis itu, jangan sampai makanannya tidak habis," ujar Farhab berpesan pada istrinya. Sebelum pergi ia mencium kening istri dan putrinya.
Nari melihat itu semua menjadi iri. Selama seminggu sudah pernilahannya, Argian tidak pernah memberikan ciuman kening saat akan berangkat bekerja. Jangan itu, mencium tangannya saja tidak boleh.
'Mas kapan kamu menerima ku sebagai istrimu, bahkan aku sudah menerima takdir ku dan pernikahan kita ini' batin Nari sedih atas semua sikap Argian padanya.
"Makan, jangan bengong lo," ketus Argea. Ia juga baru bisa bicara dengan kata lo, jika tidak ada papa dan kakaknya.
Nari mengangguk, perlahan memakan nasi goreng itu. Karna ini sungguh asin, bukan masakannya sama sekali. Dia berani bersumpah tidak pernah memasak sampai keasinan seperti ini. Nari mencurigai mama mertuanya dan adik iparnya.
'Tidak! mana mungkin mereka. Aku tidak boleh berpransangka buruk,' batinya.
.
.
Bersambung. . .
Follow juga ya!!
Like, comennt, rate 5. jangan lupa gifts+vote nya.
Terimakasih💓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
lina
merayap 👍👍👍
2021-11-16
0
IG : @thatya0316
nari bangunkan jiwa pemberontak dalam dirimu agar tidak mudah ditindas orang
2021-09-28
1
Bunga Syakila
kasian nari enggak yg bela hanya oma ayu
2021-08-29
0