Setelah ngobrol cukup lama di cafe bersama Angel. Nari baru sadar jika hari mulai petang. Saat ingin pamit, Angel menawarkan untuk mengantar. Tidak ada pilihan lain, Nari menerima tumpangan yang ditawarkan kepadanya.
Melihat sudah tidak punya cukup waktu, untuk menunggu angkutan umum. Karena jam sebentar lagi masuk waktu maghrib. Apalagi dia belum masak untuk makan malam. Setahunya suaminya sudah pulang jam segini, rasa ketakutan akan dimarahi menghinggapinya.
Selama perjalanan Nari terus berdoa dalam hati. Semoga yang di pikiran tidak terjadi sama sekali.
Sampai didepan rumah bak istana mewah kediaman Bramantio. Membuat mulut Angel menganga tidak percaya rumah semewah ini seperti layaknya istana. Dia tidak menyangka pria tua yang sudah menjadi suami temannya sekaya itu.
"Ini beneran rumahnya Nar, ga salah alamat?" tanya Angel memastikan pengelihatannya.
"Iya Angel, ini rumah suamiku," jawab Nari.
"Makasih ya Ngel udah nganterin aku," saat Nari ingin membuka pintu mobil, suara Angel menghentikannya.
"Nari, tunggu sebentar!"
"Kenapa Ngel?"
"Kapan-kapan boleh ngga aku main kesini," ujar Angel bertanya dengan hati-hati.
Nari memberikan respon mengangguk yang berarti membolehkan."Boleh dong Angel, kamu kan tetap teman aku," ucapnya tersenyum manis dengan menampakan gigi rata putihnya.
"Makasih Nari," bales Angel tersenyum juga, tapi senyuman itu tidak tulus.
"Yaudah aku masuk dulu, assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam,"
Setelah Angel menjawab salamnya, Nari segera turun. Gerbang pun dibuka oleh satpam rumah yang berjaga. Nari juga mengucapkan terimakasih kepada pak satpam yang telah membukakan gerbang tersebut. Lalu ia melanjutkan jalan sampai didepan pintu utama rumah.
.
.
"Pah, mama sama Gea kenapa?" tanya Argian yang baru saja pulang dari kantor.
"Ini semua gara-gara Nari," bukan Felly dan Farhan yang menyahut tetapi Argea menjawab dengan menggeram marah.
"Kenapa dengan gadis itu," ujar Argian duduk di sofa tunggal.
"Gara-gara nyari dia keliling mall, mama sampai kecapekan," ucapan Argea membuat rahang Argian mengeras.
Argian mendekat kearah Felly, yang berada dipelukan Farhan. Lalu ia meraih bahu mamanya dan melihat wajah wanita kesayangan terlihat begitu letih.
"Ma,"
Hampir saja Felly pingsan, Argian langsung mengendong dan membawa mamanya ke lantai atas dimana kamar kedua orangtua terletak.
Farhan ingin menghubungi dokter, dengan cepat Felly mencegahnya. Semua dilakukannya agar tidak ketahuan bahwa ini hanya kebohongannya bersama putrinya.
"Jangan telpon dokter pa, mama cuman butuh istirahat aja."
"Kamu juga Argi istirahat sana gih, baru pulang kerja pasti kamu capek banget."
Dengan lembutnya Felly menangkup wajah putranya. Dan bicara menyuruh Argian untuk berisitirahat.
"Gea juga sana gih istirahat, kamu pasti cape juga. Kan tadi kita keliling bersama nyari Nari."
"Iya ma, Gea balik kekamar dulu. Nanti kalau ada apa-apa panggil aja." kata Argea tersenyum, memeluk dan mencium bergantian pipi kedua orangtuanya.
Sekarang Argian dan Argea sudah keluar menuju kamar mereka masing-masing. Tinggal Felly dan Farhan dikamar. Farhan menuju kamar mandi, tapi sebelum itu ia menyelimuti istrinya agar tidur dengan nyaman.
.
.
Nari membuka pintu utama pelan, saat sudah berada didalam terlihat sangat sepi. Biasanya diruang tamu ada saja yang duduk disana.
Tanpa pikir panjang Nari segara menaiki anak tangga satu persatu untuk sampai diatas. Berjalan menuju ke kamarnya, ketakutkan saat masih berada dimobil tadi. Dirasakannya kembali, ketika ingin membuka engsel pintu. Dengan penuh keberanian, Nari membuka pintu kamar.
"Darimana?"
Tubuh Nari menegang ketika mendengar suara bariton seorang pria. Ya, suara itu berasal dari Argian suaminya yang tengah bersandar di ranjang sambil membaca buku. Kaca mata putih baca yang bertengger di hidung mancung miliknya, semakin membuat ketampanan memancar diwajahnya.
"Kalau orang tanya itu dijawab, bukannya diam aja," tekan Argian.
"Anu itu ma-mas, Na-nari habis dari cafe," jawab Nari terbata-bata.
Argian bangun dari sandaran nyamannya. Berdiri melangkah menghampiri Nari. Mereka berdua saling berhadapan, membuat tubuh Nari keringat dingin.
"Oh, ternyata kamu enak-enak di cafe. Mama saya cape-cape keliling ma nyariin kamu," Argian berkata sinis.
"Dasar gadis gatau diri," lanjutnya mengatakan yang seharusnya tidak keluar dari bibir itu.
"Tunggu mas! Tadi kamu bilang, mama keliling mall nyariin aku. Aku gaada ke mall mas, bahkan ak-..." kalimat Nari terhenti saat memikirkan, tidak seharus dia bilang begitu. Ia tidak ingin dirumah ni terjadi pertengkaran, lebih baik dia diam saja dulu.
"Aku apa, kamu mau bilang apa hahh?" murka Argian mengepalkan tangan. Mengingat wajah letih Felly.
"Ngga ada mas, ma-ma ken-apa ma-mas," ujar Nari.
"Kamu sudah buat mama saya kecapekan. masih tanya kenapa, sini kamu," Argian menarik tangan Nari keluar dari kamar menuju ke kamar orangtuanya. Membuka pintu itu perlahan, disana terlihat Felly sedang tidur dengan wajah pucatnya.
"Sudah lihatkan!"
"Iya mas, ta-tapi-..."
"Gausah kesana, kamu hanya mengganggu mama saya beristirahat."
Nari ingin melangkah menuju mertuanya. Tapi dilarang Argian yang malah menarik tangan keluar dari kamar tersebut. Nari dibawa masuk kekamar, bukan melepaskan. Argian malah semakin kuat menekan tangan Nari dan menarik ke kamar mandi.
Amarah yang menggebu, membuat Argian berlaku kasar. Beberapa kali ia mencelupkan kepala Nari ke dalam air di bathup yang sudah terisi penuh.
"Ber...hen-ti ma-mas, Na-nari su..sah na...fas," Nari berkatan tersenggal-senggal akibat nafas yang tidak teratur.
Argian menghentikan dan melepaskan tangan dari leher Nari. Lalu meninggalkan Nari seorang diri di dalam kamar mandi.
Setelah kepergian Argian. Nari menangis tergugu, ia sama sekali tidak menyangka jika suami bisa melakukan itu padanya. Nari awalnya berpikir jika Argian tidak akan mungkin sekasar itu. Tapi nyatanya dia salah besar. Bahkan Argian mampu melakukan itu terhadapnya.
Malangnya nasib Nari, harus menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Kedua mertua dan adik ipar membencinya. Mereka berbohong dan ia harus menerima kemarahan Argian.
Mengingat kata oma Ayu. Membuat Nari harus bersabar, karna wanita paruh baya itu berharap ia mampu meluluhkan seluruh keluarga ini agar menerimanya sebagai menantu.
"Hiks sema...ngat Nari, ka-kamu pas-ti bi-sa," katanya terendam tangisan.
Nari bangun dari terduduknya, baju telah basah akibat tadi. Melepaskan seluruh bajunya, lalu membersihkan tubuhnya.
Keluar dari dalam kamar mandi. Dia tidak melihat suaminya disudut mana pun.
"Mungkin mas Argi di ruang kerja," pikirnya.
Nari segera memakai baju dan berbaring diranjang. Tubuhnya rasanya sangat lelah sekali, jadinya ia tidak turun ke bawah. Padahal tadi dia ingin memasak sesuatu untuk keluarga ini. Tapi apalah daya tubuh sekarang tidak memungkinan untuk turun ke bawah menuju dapur. Ia memejamkan matanya, supaya bisa terlelap dan melupakan kejadian tadi.
.
.
Bersambung. . .
Follow juga ya!!
Like, comennt, rate 5. jangan lupa gifts+vote nya.
Terimakasih💓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Fatmi Alfarizi
kasiyan tari thòr
2022-07-23
0
Oppo A5s
sabar ya nari,nanti pasti kamu bisa bahagia
2022-02-11
0
lina
semangat tor
2021-11-16
0