Setelah kepergian Argian yang sudah menghilang dari balik pintu. Kini hanya tinggal Malla dan Ginara yang berada dalam ruangan meeting.
"Bu Ginara harus sabar ya, kalau bekerja sama boss saya," pesan Malla.
Ginara malah mengerutkan kening mendengar omongan Malla. Apa maksudnya? Ginara masih menebak-nebak maksud dari wanita disampingnya.
Bukannya apa, tetapi yang dia tahu Argian orangnya sangat baik. Memang Argian sifatnya dingin, dulu waktu mereka masih SMA, Argian sering dijuluki dengan manusia es.
"Memang ada apa dengan pak Argian?" tanya Ginara penasaran.
"Ya, bu Ginara bisa liat sendirikan sikap boss saya tadi. Dingin banget, mana datar lagi," ucap Malla.
Ginara malah tertawa mendengar ucapan Malla. Mau bagaimana pun manusia seperti Argian susah akan mencair. Sikap datarnya? Ginara merasa saat mereka bersama Argian tidak menunjukkan sikap datar, seperti dibilang oleh Malla. Bahkan dulu Argian suka sekali bercanda dengannya.
"Loh, kok bu Ginara malah ketawa. Memangnya ada yang lucu dari ucapan saya," dengus Malla, ia sangat tidak suka jika sedang bicara serius orang lain malah tertawa. Dipikirnya perkataannya lucu, disini ucapan tidak mengandung candaan.
"Ehem! Maaf kalau saya tertawa, sebenarnya saya sudah mengenal pak Argian, jadi saya pikir sikap baik baik saja menurut saya sendiri."
"Wow... Benarkah bu Ginara telah mengenal pak Argian. Apa kalian punya hubungan spesial," Malla malah menjadi kepo akan hubungan bossnya dengan wanita didepannya. Karena yang diketahuinya bossnya memang masih lajang.
"Maaf kalau itu tidak bisa saya jelaskan, karna soal hubungan adalah privasi," kata Ginara baik-baik, agar tidak menyinggung.
"Hehe, tidak apa-apa bu, saya juga paham."
Ginara tersenyum."Bolehkan jika kita tidak usah bicara formal lagi, karna sungguh tidak nyaman,"
Malla mengangguk."Bagaimana kita saling memanggil nama saja, aku juga merasa tidak nyaman bicara formal. Oh ya, umur kita juga sepertinya tidak jauh,"
"Iya Malla, sepertinya begitu...Omegat! Malla, aku baru ingat tadi pak Argian menyuruh ke ruangnnya," ujar Ginara baru mengingatnya.
"Sana sudah kamu keruangan boss, nanti lambat sedikir kamu akan mendengar omelan mautnya."
"Aku mau kesana, tetapi aku tidak tahu letak ruangannya,"
"Yasudah, kita bareng saja kesana. Ruanganku juga berada didepan ruangan boss," ajak Malla. Keduanya pun melangkah keluar.
.
.
Seorang pria bertubuh tegap melihat pemandangan dibawah dari jendela hotel. Pria itu adalah Argian, ia tengah menunggu Ginara.
Tokk...tokk!
Terdengar ketukan pintu dari luar, Argian yakin bahwa yang mengetuk itu pasti Ginara.
"Masuk," serunya.
Orang berada diluar pun masuk ke dalam. Ginara melihat-lihat ruangan yang sedang dimasukinya.
"Gina, duduklah," Argian berbalik dan mempersilahkan Ginara untuk duduk.
Ginara yang disuruh untuk duduk pun menuruti. Dengan anggunnya ia duduk disofa. Argian ikut duduk, tetapi memilih duduk di sofa single.
"Ada apa kamu memanggilku Gian," ujar Ginara memanggil dengan nama kesayangannya.
"Ehem! Sebenarnya saya ingin berbicara, tetapi bukan tentang proyek-..."
"Sutt," Ginara berdiri membawa jari telujuknya pada Argian. "Aku tahu kamu ingin membahas kenapa aku pergi ninggalin kamu kan."
Argian mengangguk. Sebelum berbicara kembali, Ginara duduk di sofa kembali, tapi lebih dekat.
"Aku minta maaf soal itu! Aku pergi karena harus melanjutkan cita-cita ku menjadi seorang arsitek. Aku juga ingin jika nanti kita bersama, kamu tidak malu mempunyai kekasih miskin sepertiku. Setidaknya aku berpendidikan," jelas Ginara.
"Terus kenapa baru sekarang kamu menjelaskannya? Kenapa tidak dari dulu, sebelum kamu pergi, biar aku tidak berpikir macam-macam tentang kamu," ungkap Argian.
"Ka-kar..karena a-aku... Mendadak perginya... Maafin aku hiks," gugup Ginara berkata, hingga berakhir menangis.
Argian berdiri, berpindah duduk dekat Ginara. Dia merangkul Ginara dan merebahkan kepala Ginara ke bahunya.
"Jangan nangis, saya udah maafin kamu," ucap Argian dengan gampang memberi maaf.
"Makasih, udah maafin aku," Ginara tersenyum, melingkarkan tangan dipinggang Argian memeluk dengan eratnya.
Akhirnya keduanya berbaikan, tetapi hubungan mereka entahlah susah untuk dijelaskan. Argian juga tidak memberitahukan pada Ginara bahwa sebenarnya dia sudah menikah.
"Em, gimana malam ini kita ke cafe yang sering kita kunjungi dulu," ajak Ginara.
"Boleh," ucap Argian menerima ajakan Ginara.
"Okk... Kalau gitu aku pulang dulu ya," pamit Ginara.
Argian berdiri mengantar Ginara sampai ke depan pintu.
"Nanti aku jemput jam tujuh," ucap Argian.
Ginara mengangguk, lalu spotan dia mencium pipi Argian.
'Cup'
"Dah, aku tunggu jemputannya," bisik Ginara, lalu membuka pintu dan keluar. Sedang Argian masih berdiri dibalik pintu, bibirnya sedikit menyunggingkan senyuman.
.
.
Bersambung. . .
Follow juga ya!!
Like, comennt, rate 5. jangan lupa gifts+vote nya.
Terimakasih💓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Yuni
dasar suami gk tahu diri gk tau d i untungg semoga nara bisa wanita yg tangguh jangan mau di injak2 harga dirinya
2022-09-03
0
Miah oke
Udh muncul pelakor😔😔😔
2021-08-26
1
Ida Ismail
laki-laki murahan
2021-08-25
1