Malam pertunangan akhirnya tiba, Laura yang baru saja selesai dirias oleh Dania -saudara ipar kakaknya- mencengkram erat gaun cantik berwarna nude yang membalut tubuh rampingnya. Sesekali Laura melirik jam yang tertempel di dinding, menunggu dengan gugup kedatangan Kaivan yang malam ini akan menyematkan cincin sebagai tanda pengikat hubungan mereka.
Acara memang akan dilangsungkan satu jam lagi, tapi entah mengapa Laura merasa cemas, takut dan juga perasaan lain yang menghantuinya hingga membuatnya tidak bisa duduk dengan tenang dan itu menyebabkan sepupu-sepupunya yang menemani Laura di kamar berdecak. Menganggap bahwa Laura terlalu berlebihan hanya untuk tunangan saja. Tapi mereka tidak tahu bahwa bagi Laura ini memang sangat mendebarkan.
Hubungannya dengan Kai baru terjalin belum lama ini, meski di masa lalu mereka pernah memiliki kisah indah sekaligus buruk. Tapi tidak membuat Laura siap sepenuhnya untuk melangsungkan sebuah pertunangan yang mana akan membawa hubungan mereka naik ke level yang lebih serius. Sesungguhnya Laura belum sepenuhnya bisa menerima Kai, memaafkan pria itu dan melupakan masa lalu mereka.
Alasannya menerima pertunangan ini beberapa waktu lalu karena ia merasa bahwa tidak siap jika harus benar-benar kehilangan seorang Kaivan. Perasaannya yang dulu terkubur perlahan dibangunkan oleh perubahan Kai, kelembutannya dan ketulusan pria itu, tapi bayangan pengkhianatan dulu ikut membayangi, yang membuat Laura masih sedikit memiliki keraguan. Dan sekarang ia dilanda kebingungan antara mundur atau justru melanjutkan pertunangan.
Andai masa lalu itu tidak ada, mungkin Laura akan menjadi perempuan paling bahagia malam ini. Sayangnya Kai sempat menggores luka yang kadang kala menjadi alasan Laura menutup hati dari pria manapun sampai membuat dirinya menjomlo hingga sepuluh tahun. Tidak menyangka bahwa sosok itu lagi yang akan membukanya.
“Dek, kamu baik-baik aja ‘kan?” Queen yang sejak tadi memperhatikan adiknya itu menegur, khawatir sekaligus heran dengan diamnya Laura yang terlihat menyimpan beban besar.
“Tidak sebaik itu,” jujur Laura. Queen bangkit dari ranjang, berjalan menghampiri Laura yang duduk seorang diri di kursi rias. Perlahan Queen mengelus pundak adik tercintanya itu, lalu memeluknya dengan penuh kasih sayang.
“Mau cerita ke Kakak? Mungkin kita masih ada waktu,” tanya lembut Queen melirik jam di pergelangan tangannya. Queen berusaha menjadi kakak yang baik dan mengerti akan kegelisahan yang adiknya itu alami, mengingat selama ini ia belum benar-benar bisa menjadi seorang kakak yang melindungi adiknya. Laura terlalu mandiri. Dan mungkin inilah saatnya Queen berperan. Membantu kegelisahan yang Laura rasakan menjelang pertunangannya.
“Apa kamu tidak mencintai Kai?” mulai Queen untuk memancing perasaan Laura yang mungkin tengah dilanda kebingungan akan keputusannya. “Jika memang tidak, lebih baik jangan paksakan,” ucap Queen setelah berdetik-detik terlewat tanpa ada jawaban dari sang adik. “Kakak tahu masa lalu memang menyakitkan, tapi tidak menutup kemungkinan di masa depan semua itu akan terus menghantui. Kamu tahu bukan bahwa dulu Kakak juga pernah merasakan kecewa?” Laura menoleh dan menatap kakaknya dengan raut yang masih belum bisa tergambarkan.
“Tapi dari kecewa itu Kakak belajar memahami keadaan, memahami perasaan dan memahami arti kehadiran. Dari kecewa Kakak belajar mendewasakan diri, berpikir lebih luas, dan menilai bukan hanya dari satu sudut. Menyadari kekurangan yang kita miliki, dan berusaha memperbaiki diri untuk tidak kembali tersakiti. Kesempatan kedua memang sulit kita berikan karena kepercayaan sudah pernah dipatahkan, tapi jangan jadikan itu sebagai pertimbangan sebab tidak semua keraguan akan mengacu pada penyesalan. Siapa tahu ini awal dari kebahagiaan yang akan kamu genggam hingga maut datang. Semua orang berhak memiliki kesempatan, Dek, termasuk Kai. Tapi kalau hatimu memang sudah tidak lagi sepaham, lebih baik batalkan. Jangan paksakan jika memang kamu tidak menginginkannya. Biar kita semua terluka dan kecewa sekarang, yang penting tidak ada penyesalan di masa yang akan datang.”
Queen mengelus rambut Laura dengan hati-hati, tidak ingin tatanannya yang sudah di percantik rusak akibat elusan tangannya.
“Masih ada waktu jika kamu memang ingin membatalkannya,” ucap Queen kembali melirik jam di pergelangan tangannya. Laura masih menatap kakak kandung satu-satunya itu dengan tatapan yang masih tidak dapat di pahami. Namun Queen tetap memberikan senyum menenangkan lalu kembali memeluk adik tersayangnya itu di tambah dengan kecupan di puncak kepala Laura.
“Kami semua menyayangimu, Dek. Kakak yakin, Ayah, Bunda dan Papi akan menerima keputusanmu, begitu juga dengan keluarga Kai,” bisik Queen meyakinkan. “Ambilah langkah yang menurutmu baik. Kakak percaya kamu tidak akan salah.”
***
Di lantai bawah kediaman Leo, tamu-tamu undangan mulai berdatangan dan bercengkrama dengan si tuan acara untuk beberapa saat sebelum menikmati jamuan yang tersedia. Tidak lama rombongan dari Kai tiba dan Lyra, Leo juga Pandu menjadi orang pertama yang menyambut kedatangan calon besannya. Tidak ingin ketinggalan Levin-Devi ikut serta karena terlalu penasaran akan calon keluarga barunya.
“Menurut Mama, calon suaminya Ela gimana?” bisik Levin pada istrinya.
“Ganteng,” jawab Devi tanpa mengalihkan tatapan dari sosok yang melangkah semakin masuk ke gubuk Leo yang sudah di hias cantik seperti layaknya ballroom-ballroom hotel bintang lima. Mendengar jawaban itu Levin menggeram kesal, lalu memutar tubuh Devi agar menghadapnya.
“Gak usah muji laki-laki lain di depan aku!” peringat Levin tajam.
“Aku mujinya sambil belakangin kamu loh, Pa. Gak di depan,” polos Devi menjawab, membuat gigi Levin gemeletuk, kesal dengan tingkah pura-pura polos istrinya.
“Pokoknya gak boleh puji-puji pria lain. Aku gak suka!” tegas Levin dengan bibir mengerucut. Membuat Devi memutar bola matanya malas. Udah aki-aki masih posesif aja. Cibir Devi dalam hati.
“Aku cuma jawab pertanyaan kamu. Kan Papa sendiri tadi yang tanya gimana calon suaminya Ela, ya aku jawab ganteng. Ingat Pa kita itu gak boleh berbohong, dosa!" ucap Devi seraya melayangkan cengirannya, lalu melangkah menyusul Lyra dan yang lainnya yang sudah bercengkrama dengan calon besan.
Tidak lama mereka mengobrol karena waktu terus berjalan dan acara memang sudah harus di mulai. Leo menggiring calon besannya ke halaman belakang dimana tempat acara akan di selenggarakan. Orang-orang sudah menunggu dan memuji meriahnya acara pertunangan ini. Kai sendiri berjalan sambil celingukan mencari sang pujaan hati yang sejak sore kemarin tidak dirinya temui.
Rindu itu sudah menggebu dan ingin segera menyerbu, memeluk kekasih hatinya sambil melayangkan bisikan syahdu yang ia yakini akan membuat Laura tersipu. Tapi hingga tiba di kursi yang disediakan untuknya dan rombongan sosok cantik yang dirindu belum juga terlihat keberadaannya.
Ada rasa takut dan juga cemas yang mulai Kai rasakan saat ini, apalagi begitu MC memberitahukan bahwa acara akan segera di mulai, tapi sosok Laura belum juga masuk ke tempat yang disediakan. Sedangkan keluarga perempuan itu sudah lengkap berkumpul, mengisi kursinya masing-masing.
Kai mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menghubungi nomor Laura dengan cepat, tapi suara operator yang malah merespons pangggilan Kai, mengatakan bahwa nomor Laura sedang tidak aktif. Kecemasan itu semakin menghantui dan takut merajai hati dan pikirannya. Kai merasa bahwa acara malam ini tidak akan berjalan dengan lancar.
“Kamu kenapa Kai?” tanya Indah sedikit berbisik saat melihat kepanikan di wajah putranya.
“Laura mana, Ma. Kenapa dia belum datang juga?” Indah mengelus punggung Kai dengan lembut, menenangkan putra semata wayangnya yang mulai tidak tenang dalam duduknya. Sejujurnya Indah pun mulai merasa cemas, takut Laura melarikan diri dari pertunangan ini. Tapi ia berusaha tenang, tidak ingin membuat anaknya semakin gelisah. Namun tetap saja semakin berlangsungnya acara semakin membuat perasaan khawatir itu menyesakkan dadanya.
Indah tidak bisa membayangkan bagaimana terpukulnya Kai jika sampai sang pujaan hati benar-benar melarikan diri. Sebagai orang tua Indah sudah menggantungkan harapan pada Laura, tapi jika kegagalan ini benar-benar terjadi tidak ada alasan untuk ia membenci mengingat masa lalu anaknya memang melukai hati.
“Kamu tenang ya, sayang, mungkin Laura masih bersiap di dalam,” ucap Indah masih berusaha menenangkan putranya.
“Apa Mama yakin?” dengan berat Indah menganggukkan kepalanya. “Bagaimana kalau Laura malah melarikan diri?” bungkam, Indah tidak bisa menjawab pertanyaan Kai, karena sejak tadi itu jugalah yang tengah ia cari.
Indah melirik ke arah sebelahnya, tempat yang disediakan untuk keluarga dari pihak Laura. Satu kursi yang seharusnya di isi oleh Laura masih tetap kosong sejak tadi bahkan hingga sambutan dari Leo dan Angga selesai dilakukan. Sekarang adalah waktunya kedua pasangan yang akan bertunangan menaiki panggung yang ada di seberang kolam renang.
Kai bangkit dari duduknya setelah memeluk sang mama untuk meminta kekuatan. Langkah Kai terasa berat, matanya terus menjelajah ke semua arah, mencari sosok cantik yang dinanti. Namun hingga kakinya menyentuh tangga menuju panggung kecil yang di sediakan sosok itu tidak juga dirinya temukan, membuat Kai menunduk lesu. Sedih, kecewa dan juga tidak percaya karena pada akhirnya ia akan berdiri seorang diri di depan para tamu undangan yang sejak awal antusias dan penasaran pada pasangan baru yang akan menjadi bintangnya malam ini.
Menarik dan membuang napasnya terlebih dulu, Kai berusaha tegar menginjakan kaki pada undakan tangga menuju panggung. Kepalanya tidak lagi ia tundukkan, tapi raut lesu jelas tidak dapat di sembunyikan. Itu membuat para undangan keheranan, sedangkan Indah semakin ketakutan di tempatnya. Takut anaknya tidak bisa menerima semua kegagalan ini.
Panggilan untuk Laura kembali MC lontarkan dengan waktu yang terus berjalan dan kai semakin menundukkan kepalanya dengan sesak yang seakan membunuhnya perlahan. Panggilan ketiga untuk Laura membuat Kai pasrah jika memang kegagalan yang harus dirinya terima, tapi suara ketukan sepatu di lantai menggema mengisi suasana hening yang tiba-tiba tercipta membuat semua orang mengalihkan pandangannya, termasuk Kai yang berdiri lesu di atas panggung di temani MC, Angga dan Leo.
Perlahan senyum lega terbit di bibir Kai saat dapat melihat siapa sosok yang sedang berjalan anggun ke arah panggung. Tidak ingin hanya menunggu, Kai berlari menghampiri Laura yang benar-benar sudah membuatnya jantungan, memeluk perempuan cantik itu dengan erat sambil membisikan kata-kata syukur dan terima kasih karena akhirnya Laura datang juga.
“Aku pikir kamu melarikan diri,” bisik Kai yang masih enggan melepaskan pelukannya.
“Niatnya memang seperti itu, tapi setelah berpikir ulang aku sadar bahwa bersama yang lain belum tentu aku nyaman,” balas Laura dengan berbisik pula, lalu mendorong tubuh Kai untuk melepaskan pelukannya. Semua orang melirik ke arah mereka, dan itu memalukan.
“Jadi hanya sekedar nyaman?” tanya Kai sedikit kecewa.
Laura mengangguk dengan senyum manis yang mengukir di bibirnya. “Karena untuk cinta tidak pernah ada yang mampu meraihnya selain kamu.” raut sedih yang semula Kai tampilkan berubah dengan senyum penuh kebahagiaan.
Sekali lagi Kai manarik Laura ke dalam pelukannya sebelum mengajak gadis itu menuju panggung dan menyematkan cincin sebagai tanda pengikat hubungan mereka di depan semua tamu undangan yang hanya di hadiri keluarga besar dan teman-teman dari Kai juga Laura yang tidak seberapa banyaknya.
“Akhirnya kamu menjadi milikku,” ucap Kai selesai melepaskan kecupan di kening Laura, setelah saling menyematkan cincin di jari manis pasangan.
“Baru setengah, karena sebagiannya lagi masih milik Papi,” kata Laura dengan senyum yang terus terukir, menandakan bahwa dia bahagia malam ini.
“Gak apa-apa sebentar lagi juga seluruhnya,” balas Kai tak kalah bahagianya. Satu kecupan hampir Kai daratkan di pipi Laura, namun sebuah tarikan lebih dulu memisahkan mereka.
“Nyosor mulu lo, bocah, gue tenggelemin baru tahu rasa lo!” dengus Leo menarik putri bungsunya itu menjauh dari Kai. Kalimat Leo yang tidak lepas dari mic itu dapat dengan jelas tamu undangan dengar dan sukses saja mereka tertawa apalagi melihat wajah nelangsa Kai saat sang belahan jiwa di bawa turun calon mertua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Rafa Fernandy
calon mertua g ada akhlak
2021-07-09
0
Ayu Arthamobilindo
haaaa Leo dr dl posesif bg
2021-05-23
1
moemoe
😂😂😂😂 leo dri dluu yaa
2021-03-15
1