Bab 19. Patah Hati Masal

Sesuai waktu yang sudah di tentukan pada makan siang tempo hari, pertunangan antara Kai dan Laura akan berlangsung dua hari lagi, tepatnya pada malam sabtu nanti. Undangan sudah selesai di cetak dan itu mengejutkan semua penghuni rumah sakit. Terlebih beberapa laki-laki yang menyimpan hati pada Laura. Mereka tidak menyangka bahwa perempuan yang dengan tegas menunjukan ketidak tertarikannya itu mengirim undangan secara langsung.

Belakangan ini memang beredar gosip mengenai laki-laki yang kerap kali datang mengunjungi Laura, tapi siapa yang menyangka bahwa pertunangan akan terselenggara, sedangkan mereka menganggap bahwa laki-laki itu akan bernasib sama.

Patah hati masal jelas membuat rumah sakit sedikit suram. Dokter dan perawat laki-laki yang mendamba bisa bersanding dengan dokter cantik itu seolah kehilangan semangatnya, sedangkan yang perempuan berlomba-lomba memberikan selamat, terlebih Nandini. Sang asisten yang semula sempat mengira Laura tidak normal. Dia menatap Laura dengan takjub, mulutnya bahkan sampai terbuka lebar untuk beberapa saat. Ingatannya kembali pada hari dimana Laura mengatakan bahwa dia tidak suka pada si tampan yang datang membawa makanan itu, sampai mengizinkan Dini mengambilnya. Tapi lihatlah sekarang … Dini malah mendapat undangan sebuah pertunangan kedua orang itu.

“Dok,” panggil Dini masih memegang undangan di tangannya yang baru saja dirinya selesai baca.

“Kenapa?”

“Ini, Dokter yang tunangan?” tanyanya hati-hati. Deheman singkat yang menjadi jawaban Laura, tanpa mengalihkan tatapannya dari rekam medis pasien-pasiennya. “Sama si tampan yang selalu datang bawa makanan itu ‘kan?” Laura mengangguk dengan ringan.

Dini menelan ludahnya susah payah, kata selanjutnya yang ingin ia tanyakan membuatnya sedikit takut. Bagusnya mungkin tidak di tanyakan tapi, Dini penasaran. “Kok tunangan, bukannya Dokter bilang gak suka?”

Gerak tangan Laura di berkas yang sedang di ceknya terhenti, ia mengangkat kepalanya dan melirik sinis asistennya itu. “Kenapa memangnya? Apa kalau saya tidak suka, itu berarti gak boleh tunangan?”

“Bu- bukan gitu Dok, ta—”

“Perasaan itu bisa berubah dengan seiring berjalannya waktu, Din. Lagi pula saya dan dia memang sudah menjalin hubungan dari sebelas tahun lalu. Kemarin kita lagi berantem aja makanya saya bilang gak suka,” jelas Laura, entah itu bisa dikatakan berbohong atau tidak. Karena pada kenyataannya mereka sudah putus. Sepuluh tahun rasanya sangat tidak etis dibilang marahan. Tapi entah mengapa Laura berat mengatakan yang sesungguhnya. Ada setitik rasa yang menolak mengakui bahwa mereka dulu pernah berpisah. Perasaan oh perasaan kenapa secepat ini luluh. Teriak Laura dalam hatinya. Dua bulan. Bukankah itu terlalu cepat untuk melupakan kekecewaan dan sakit hati?

“Jadi sebenarnya Dokter Laura cinta sama Pak Kai?”

“Ya iyalah, ya kali sama calon suami sendiri gak cinta,” sahut cepat Laura entah sadar atau tidak, yang pasti sosok yang berada di balik pintu tengah mengintip itu mengelum senyumnya.

“Ya, kalau gitu saya patah hati dong, Dok,” lesu Dini, duduk di kursi yang selalu digunakan untuk si orang tua pasien konsultasi mengenai kesehatan anak-anaknya pada Laura.

“Patah hati kenapa?” kening Laura mengerut dalam, lalu matanya memicing menatap curiga asistennya itu. “Jangan bilang kalau kamu ….” Tatapan Laura berubah tajam.

“Dokter sendiri yang bilang kalau saya boleh mengambilnya. Saya udah jatuh hati sejak pandangan pertama loh, Dok,”

“Ya terus?” Laura semakin menaikan sebelah alisnya.

“Masa Dokter mau tunangan sama dia, terus perasaan saya gimana dong,” cemberut Dini menopang wajahnya di meja kerja Laura. Dini memang tidak segan memelas pada Laura karena mereka memang sudah cukup dekat walau masih selalu berbicara dengan formal.

Meskipun galak, Dini tidak memungkiri bahwa Laura memang baik hati terlebih pada dirinya yang selama satu tahun ini menjadi asisten Dokter cantik yang sudah dianggapnya sebagai kakak itu. Dan untuk kalimatnya barusan Dini tidak sungguh-sungguh, ia hanya sedang menggoda Laura agar mengakui perasaan yang sesungguhnya terhadap calon suami. Ini Dini lakukan bukan maunya sendiri tapi ada dalang di baliknya. Siapa lagi jika bukan Kaivan? Satu lagi yang perlu diingat, Dini melakukan ini tidak gratis. Kai membayarnya mahal hanya untuk memancing perasaan Laura untuk pria itu ketahui.

“Ya itu urusan kamu, siapa suruh naksir calon suami orang,” cuek Laura kembali fokus pada berkas di tangannya.

“Kok gitu sih Dok, dokter sendiri loh yang—”

“Udah cukup, lebih baik sekarang kamu keluar dan kembali kerja, pasien saya sudah banyak yang menunggu pasti,” usir Laura halus. Dini semakin mengerucutkan bibirnya, bangkit dari kursi yang didudukinya kemudian melangkah keluar dengan kaki yang di hentak, membuat Laura geleng kepala di buatnya.

“Buang perasaan kamu jauh-jauh, Din. Ingat dia calon suami saya,” ucap Laura sebelum Dini benar-benar keluar dari ruangannya, tidak sama sekali Laura menampilkan wajah bersalahnya karena sudah memberi Dini harapan palsu. Dini hanya berdecak pelan sambil membuka pintu dan meninggalkan ruangan Laura, tapi berakhir dengan ulasan senyum manis di bibir.

“Sukses kan, Pak?” Kai yang sejak tadi berdiri di depan pintu itu mengacungkan kedua ibu jarinya, memuji kesuksesan Dini. “Voucher makan gratisnya bisa di tambahin dong, Pak,” Dini mengedipkan sebelah matanya, membuat Kai tertawa.

“Pesan apa pun yang kamu kamu di restoran saya, Din. Ajak temannya sekalian. Tunjukan kartu yang kemarin saya kasih ke kasir di sana, mereka pasti paham.” Mata Dini berbinar, lalu menganggukkan kepalanya antusias.

“Kalau gitu Bapak masuk gih, Dokter Laura free hari ini. Tinggal visit kamar aja jam empat sore nanti,” kata Dini memberi tahu. Kai mengangguk dan tidak lupa mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya masuk ke dalam ruangan Laura. Ia sudah amat rindu pada calon istri cantiknya itu. Yang akhirnya ia ketahui juga perasaan sesungguhnya perempuan itu.

“Sibuk, Yank?” tanya Kai pura-pura tidak tahu jadwal Laura hari ini.

Laura mengalihkan tatapannya dari kertas-kertas di tangan ke arah Kai yang melangkah mendekat dan langsung melayangkan kecupan di puncak kepalanya begitu jarak mereka tidak sampai selangkah. Laura yang masih duduk di kursinya dengan Kai yang berdiri memudahkan laki-laki itu melakukan kebiasaannya. Mencium kepala Laura.

“Gak terlalu. Kenapa memangnya?”

“Makan dulu,” Kai meraih tangan Laura untuk bangkit dari duduknya, menarik lembut perempuan itu menuju sofa.

“Kali ini Mama yang masak,” ucap Kai seraya mengeluarkan satu per satu luchbox berisi makanan dari paper bag yang dibawanya.

“Aku pasti ngerepotin terus, ya,” Laura meringis tak enak hati. selama ini Kai selalu saja membawa makanan untuknya karena Laura yang lebih sering menolak ketika di ajak makan keluar. Tapi itu dulu saat rasa bencinya belum surut, dimana Laura enggan pergi makan berdua dengan laki-laki itu. Sekarang Laura tidak akan menolak, sungguh. Tapi sayangnya Kai tidak pernah lagi mengajaknya makan di luar, Kai mengira bahwa ia tidak memiliki banyak waktu untuk makan di luar mengingat ia memang sering menggunakan alasan sibuk untuk menolak ajakan Kai. Jadilah pria itu lebih memilih membawa makanan hasil masakannya dan kemudian makan bersama diruangannya. Beberapa waktu lalu mungkin itu lebih baik, tapi sekarang Laura merasa bosan. Ia ingin suasana yang baru.

“Mana pernah kamu ngerepotin, Mama justru senang bisa masakin untuk calon mantunya,” goda Kai seraya mengedipkan sebelah matanya genit. Membuat Laura mendengus dengan wajah memerah, entah malu atau kesal.

“Kai,” panggil Laura pelan setelah beberapa detik berjalan dalam keheningan, hanya Kai yang sibuk menyiapkan makan sing mereka.

“Kenapa?” tanya Kai dengan nada lembutnya.

“Besok-besok jangan bawa makanan lagi, ya,” Kai menghentikan kegiatan menyusun makanannya di meja, dia mendongak dan menatap Laura dengan tatapan datar yang sarat akan tersinggung.

“Ka—”

“Sesekali aku pengen makan siang di luar, Kai. Cari suasana baru. Bosen di sini terus,” lanjut Laura memotong kalimat Kai sebelum laki-laki itu benar-benar salah paham.

“Bukan bosen karena makananku?” selidik Kai. Laura dengan cepat menggeleng.

“Makanannya gak pernah ngebosenin, tapi suasananya aja yang harus di ubah.”

“Kenapa tiba-tiba pengen makan di luar, bukannya kamu selalu nolak setiap aku ajak pergi makan keluar. Kamu bilang lebih baik makan di kantin karena lebih hemat waktu.” Itu benar. Saat itu Laura pernah mengatakannya.

“Waktu itu aku cuma beralasan, aku malas pergi sama kamu,” ringis Laura lalu merutuki bibirnya yang malah berkata jujur.

“Segitu gak maunya kamu dekat-dekat aku?” tanya Kai terluka, apalagi saat satu anggukan dilakukan kepala Laura entah sadar atau tidak. “Kenapa rasanya sesakit ini mendengar kejujuran kamu,” lanjut Kai dengan raut wajah miris. Senyum dan semangat yang menghiasi wajah tampannya beberapa menit lalu hilang tak bersisa, membuat Laura merasa bersalah akibat kejujurannya yang ternyata melukai pria yang duduk di sampingnya.

“Kai, aku gak bermaksud se—”

“Gak apa-apa kok, aku ngerti,” Kai memaksakan senyumnya. “Kesalahanku dulu memang tidak mudah kamu maafkan. Kebencianmu aku terima karena itu sudah sepantasnya aku dapatkan. Sejak awal seharusnya aku sadar bahwa tidak pantas aku mengharapkan kamu kembali. Harusnya aku menyerah—”

“Kenapa baru bilang nyerah sekarang, hah! Kenapa gak dari kemarin-kemarin?” emosi Laura memotong kalimat Kai. Wajahnya yang berkaca-kaca membuat laki-laki itu terkejut. “Kenapa baru sekarang, di saat aku sudah berusaha membuka hati?” lemah Laura yang kini air matanya mulai menetes satu per satu, semakin membuat Kai panik. Tidak menyangka kekasihnya itu akan meledak seperti ini.

“Yank—”

“Kamu sakit hati ‘kan dengan penolakanku selama ini? Kamu mau nyerah? Kalau begitu pergilah. Biar aku yang bicara ke Bunda tentang pembatalan pertunangan lusa,” Laura menyeka air matanya dengan kasar, lalu bangkit dari duduknya dan hendak pergi, namun Kai lebih cepat menarik pergelangan tangannya hingga membuat Laura terjatuh kembali ke sofa, menubruk tubuh Kai sampai laki-laki itu setengah berbaring menyandar pada kepala sofa dibelakangnya.

“Pertunangan itu akan tetap berlangsung,” bisik Kai serak, setelahnya menyatukan bibirnya dengan milik Laura yang masih terkejut di atas tubuhnya.

“Kai—”

“Jangan pernah berniat untuk meninggalkan aku lagi, Yank. Tolong hentikan siksaan ini,” parau Kai berucap tepat di depan bibir merah sedikit bengkak Laura yang baru saja dilepaskannya.

Terpopuler

Comments

❣︎Йσѵเε♚⃝𝕯𝖚ͨᴅᷞ𝖚ͧ𝖑ᷨ

❣︎Йσѵเε♚⃝𝕯𝖚ͨᴅᷞ𝖚ͧ𝖑ᷨ

belum halal, uda main sosor ja

2021-05-03

1

moemoe

moemoe

ulu..uluuhh


kasianyg bucin

2021-03-15

1

ekha

ekha

disosor deh tuh laura😁😁😂

2021-03-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Laki-laki Itu
2 Bab 2. Penolakan
3 Bab 3. Jangan Berharap
4 Bab 4. Terus Berusaha
5 Bab 5. Berusaha Meyakinkan
6 Bab 6. Tentang Masa Lalu
7 Bab 7. Reuni SMA
8 Bab 8. Babysitter
9 Bab 9. Gengsi
10 Bab 10. Demam
11 Bab 11. Ketakutan Kai
12 Bab 12. Ancaman Kai
13 Bab 13. I Love You Too
14 Bab 14. Anak Cabe
15 Bab 15. Lamaran
16 Bab 16. Terlantar
17 Bab 17. Masa Lalu Kai
18 Ba 18. Derita Rapa
19 Bab 19. Patah Hati Masal
20 Bab 20. Batal Tunangan (?)
21 Bab 21. Menyebalkan
22 Bab 22. Mengenang
23 Bab 23. Menggemaskan
24 Bab 24. Duo Kurbel
25 Bab 25. Terancam
26 Bab 26. Hari Melelahkan
27 Bab 27. Leo Dan Rahasianya
28 Bab 28. Menyetok Pelukan
29 Bab 29. Berjuang Sendirian
30 Bab 30. Menyulut Emosi
31 Bab 31. Ijab Kobul
32 Bab 32. Ide Pernikahan
33 Bab 33. Sosok Menyeramkan
34 Bab 34. Drama Lama
35 Bab 35. Tidak Percaya Diri
36 Bab 36. Pesanan
37 Bab 37. Gaun Pengantin
38 Bab 38. Masih Ada Waktu
39 Bab 39. Bahagia Sederhana
40 Bab 40. Pengalaman Pertama
41 Bab 41. Supermarket
42 Bab 42. Sweet Night
43 Bab 43. Suka Kamu
44 Bab 44. Tidak Bisa Di Abaikan
45 Bab 45. Kenyataan Tentang Leo
46 Bab 46. Janji Kai
47 Bab 47. Selamat Berbahagia Di Keabadian
48 Bab 48. Kesembuhan Leo
49 Bab 49. Perdebatan Kecil
50 Bab 50. Melepaskan
51 Bab 51. Ngidam Laura
52 Bab 52. Tidak Ingin Menyia-nyiakan
53 Bab 53. Rezeki Tengah Malam
54 Bab 54. Apakah Ini Cinta?
55 Bab 55. Definisi Orang Tua menyebalkan yang Sesungguhnya.
56 Bab 56. Rencana Kepulangan
57 Bab 57. Back Home
58 Bab 58. Mertua Kurang Ajar
59 Bab 59. Poor Rasya
60 Bab 60. Tingkah Papi Mertua Bikin Elus Dada
61 Bab 61. Mencegah Kesalahpahaman
62 Bab 62. Rencana Kai
63 Bab 63. Bukan Kabar Bahagia
64 Bab 64. Gagal Menjadi Orang Tua
65 Bab 65. Tidak Ingin Berlarut-larut
66 Bab 66. Resmi Kehilangan
67 Bab 67. Sosok Bidadari
68 Bab 68. Cita-cita Terbesar
69 Bab 69. Keributan
70 Bab 70. Tidak Tahu Diri
71 Bab 71. Mari Lupakan
72 Bab 72. Ancaman Baru
73 Bab 73. Rapa Dan Ketakutannya
74 Bab 74. Keresahan
75 Bab 75. Siap-Siap Punya Mantu
76 Bab 76. Tak Yakin Soal Hubungan
77 Bab 77. Ini Bukan Mimpi 'Kan?
78 Bab 78. Terlampau Santai
79 Bab 79. Objek Cemburu
80 Bab 80. Bermelow-Melow Ria
81 Bab 81. Memalukan
82 Bab 82. Nyaman
83 Bab 83. Kehidupan Baru
84 Bab 84. Kabar Bahagia
85 Bab 85. Ngidam
86 Bab 86. Salah Pilih Lawan
87 Bab 87. Berlebihan
88 Bab 88. Nasib Bawahan
89 Bab 89. Ceroboh
90 Bab 90. Good Night
91 Bab 91. Sombong Itu Di Perlukan
92 Bab 92. Masalah Rasya
93 Bab 93. Calon Jodoh Rasya
94 Bab 94. Berharap Hilang Ingatan
95 Bab 95. Khawatir Berlebihan
96 Bab 96. Night Moment
97 Bab 97. Gangguan
98 Bab 98. Bodyguard
99 Bab 99. Perasaan Andra
100 Bab 100. Membiasakan Diri
101 Bab 101. Tak Sabar
102 Bab 102. Kenyataan
103 Bab 103. Kena Imbas
104 Bab 104. Emosi Andra
105 Bab 105. Bikin Elus Dada
106 Bab 106. Julid
107 Bukan Update!!!
108 Bab 107. Tragedi
109 Bab 108. Meresahkan
110 Bab 109. Ibu Hamil Merepotkan
111 Bab 110. Ibu Hamil Menyebalkan
112 Bab 111. Sahabat Gak Ada Akhlak
113 Bab 112. Kepanikan
114 Bab 113. Kesedihan Yang Belum Usai
115 Bab 114. Ngidam Yang Meresahkan
116 Bab 115. Tendangan Pertama
117 Bab 116. Jangan Pergi
118 Bab 117. Menyudahi Kesedihan
119 Bab 118. Bad Mood
120 Bab 119. Mode Judes
121 Bab 120. Kuliner Malam
122 Bab 121. Pak Bakpau
123 Bab 122. Secinta Itu Memang
124 Bab 123. Menjenguk Dengan Maksud
125 Bab 124. Kegalauan Andra
126 Bab 125. Miko Dan Maura
127 Bab 126. Orang Sakit Yang Terbully
128 Bab 127. Derita Belum Usai
129 Bab 128. Keresahan Menjelang Persalinan
130 Bab 129. Suami Siaga
131 Bab 130. Melahirkan
132 Bab 131. Malaikat Baru
133 Bab 132. Janji Kai
134 Bab 133. Cowok Tampan Yang Terdzolimi
135 Bab 134. Belajar Menjadi Orang Tua
136 Bab 135. Hampir Kebablasan
137 Bab 136. Kedatangan Tamu Normal
138 Bab 137. Kenyataan Hati Rasya
139 Bab 138. Geram
140 Bab 139. Kisah Tersembunyi
141 Bab 140. Pengganggu Di Sore Hari
142 Bab 141. Sultan Mah Bebas
143 Bab 142. Beruntung Memilikimu
144 Bab 143. Tak Sabar
145 Bab 144. Menjelang Hari H
146 Bab 145. Sadar Kasih Sayang
147 Bab 146. Kondangan
148 Bab 147. Kegugupan Rasya
149 Bab 148. Ijab Kobul
150 Bab 149. Wedding Rasya-Tasyi
151 Bab 150. Mengenang Masa Lalu
152 Bab 151. Ganguan Pagi Hari
153 Bab 152. Karyawan Tidak Tahu Diri
154 Bab 153. Good Wife And Good Mom
155 Bab 154. Pemicu Kehancuran
156 Bab 155. Tak Berarti
157 Bab 156. Alasan
158 Bab 157. Demi Sahabat
159 Bab 158. Ganti Rugi
160 Bab 159. Sambutan Kepulangan
161 Bab 160. Rasa Yang Tak Dapat DiBohongi
162 Bab 161. Tingkah Menjijikan
163 Bab 162. Kurangnya Komunikasi
164 Bab 163. Kepedulian Rapa
165 Bab 164. Cepat Sembuh Sayang
166 Bab 165. Rahasia Andra
167 Bab 166. Terungkap
168 Bab 167. Rasya Lagi, Lagi-Lagi Rasya
169 Bab 168. Bidadari Pelindung
170 Bab 169. Ngidam Yang Meresahkan
171 Bab 170. Resah
172 Bab 171. Kesibukan Sore Hari
173 Bab 172. Mantan Bukan Sosok Mengerikan
174 Bab 173. Story Maura-Miko
175 Bab 174. Story Rasya
176 Bab 175. Story Rasya #2
177 Bab 176. Story Rasya #3
178 Bab 177. Story Rasya-Tasyi
179 Bab 178. Story Andra
180 Bab 179. Story Andra #2
181 Bab 180. Story Andra #3
182 Bab 181. Story Andra #4
183 Bab 182. Story Andra-Dini
184 Bab 183. Bonus Chapter
185 Bab 184. Bonus Chapter #2
186 Bab 185. Bonus Chapter #3
187 Bab 186. Bonus Chapter #4
188 Bab 187. Bonus Chapter #5
189 Bab 188. Bonus Chapter #6 (END)
190 Info
Episodes

Updated 190 Episodes

1
Bab 1. Laki-laki Itu
2
Bab 2. Penolakan
3
Bab 3. Jangan Berharap
4
Bab 4. Terus Berusaha
5
Bab 5. Berusaha Meyakinkan
6
Bab 6. Tentang Masa Lalu
7
Bab 7. Reuni SMA
8
Bab 8. Babysitter
9
Bab 9. Gengsi
10
Bab 10. Demam
11
Bab 11. Ketakutan Kai
12
Bab 12. Ancaman Kai
13
Bab 13. I Love You Too
14
Bab 14. Anak Cabe
15
Bab 15. Lamaran
16
Bab 16. Terlantar
17
Bab 17. Masa Lalu Kai
18
Ba 18. Derita Rapa
19
Bab 19. Patah Hati Masal
20
Bab 20. Batal Tunangan (?)
21
Bab 21. Menyebalkan
22
Bab 22. Mengenang
23
Bab 23. Menggemaskan
24
Bab 24. Duo Kurbel
25
Bab 25. Terancam
26
Bab 26. Hari Melelahkan
27
Bab 27. Leo Dan Rahasianya
28
Bab 28. Menyetok Pelukan
29
Bab 29. Berjuang Sendirian
30
Bab 30. Menyulut Emosi
31
Bab 31. Ijab Kobul
32
Bab 32. Ide Pernikahan
33
Bab 33. Sosok Menyeramkan
34
Bab 34. Drama Lama
35
Bab 35. Tidak Percaya Diri
36
Bab 36. Pesanan
37
Bab 37. Gaun Pengantin
38
Bab 38. Masih Ada Waktu
39
Bab 39. Bahagia Sederhana
40
Bab 40. Pengalaman Pertama
41
Bab 41. Supermarket
42
Bab 42. Sweet Night
43
Bab 43. Suka Kamu
44
Bab 44. Tidak Bisa Di Abaikan
45
Bab 45. Kenyataan Tentang Leo
46
Bab 46. Janji Kai
47
Bab 47. Selamat Berbahagia Di Keabadian
48
Bab 48. Kesembuhan Leo
49
Bab 49. Perdebatan Kecil
50
Bab 50. Melepaskan
51
Bab 51. Ngidam Laura
52
Bab 52. Tidak Ingin Menyia-nyiakan
53
Bab 53. Rezeki Tengah Malam
54
Bab 54. Apakah Ini Cinta?
55
Bab 55. Definisi Orang Tua menyebalkan yang Sesungguhnya.
56
Bab 56. Rencana Kepulangan
57
Bab 57. Back Home
58
Bab 58. Mertua Kurang Ajar
59
Bab 59. Poor Rasya
60
Bab 60. Tingkah Papi Mertua Bikin Elus Dada
61
Bab 61. Mencegah Kesalahpahaman
62
Bab 62. Rencana Kai
63
Bab 63. Bukan Kabar Bahagia
64
Bab 64. Gagal Menjadi Orang Tua
65
Bab 65. Tidak Ingin Berlarut-larut
66
Bab 66. Resmi Kehilangan
67
Bab 67. Sosok Bidadari
68
Bab 68. Cita-cita Terbesar
69
Bab 69. Keributan
70
Bab 70. Tidak Tahu Diri
71
Bab 71. Mari Lupakan
72
Bab 72. Ancaman Baru
73
Bab 73. Rapa Dan Ketakutannya
74
Bab 74. Keresahan
75
Bab 75. Siap-Siap Punya Mantu
76
Bab 76. Tak Yakin Soal Hubungan
77
Bab 77. Ini Bukan Mimpi 'Kan?
78
Bab 78. Terlampau Santai
79
Bab 79. Objek Cemburu
80
Bab 80. Bermelow-Melow Ria
81
Bab 81. Memalukan
82
Bab 82. Nyaman
83
Bab 83. Kehidupan Baru
84
Bab 84. Kabar Bahagia
85
Bab 85. Ngidam
86
Bab 86. Salah Pilih Lawan
87
Bab 87. Berlebihan
88
Bab 88. Nasib Bawahan
89
Bab 89. Ceroboh
90
Bab 90. Good Night
91
Bab 91. Sombong Itu Di Perlukan
92
Bab 92. Masalah Rasya
93
Bab 93. Calon Jodoh Rasya
94
Bab 94. Berharap Hilang Ingatan
95
Bab 95. Khawatir Berlebihan
96
Bab 96. Night Moment
97
Bab 97. Gangguan
98
Bab 98. Bodyguard
99
Bab 99. Perasaan Andra
100
Bab 100. Membiasakan Diri
101
Bab 101. Tak Sabar
102
Bab 102. Kenyataan
103
Bab 103. Kena Imbas
104
Bab 104. Emosi Andra
105
Bab 105. Bikin Elus Dada
106
Bab 106. Julid
107
Bukan Update!!!
108
Bab 107. Tragedi
109
Bab 108. Meresahkan
110
Bab 109. Ibu Hamil Merepotkan
111
Bab 110. Ibu Hamil Menyebalkan
112
Bab 111. Sahabat Gak Ada Akhlak
113
Bab 112. Kepanikan
114
Bab 113. Kesedihan Yang Belum Usai
115
Bab 114. Ngidam Yang Meresahkan
116
Bab 115. Tendangan Pertama
117
Bab 116. Jangan Pergi
118
Bab 117. Menyudahi Kesedihan
119
Bab 118. Bad Mood
120
Bab 119. Mode Judes
121
Bab 120. Kuliner Malam
122
Bab 121. Pak Bakpau
123
Bab 122. Secinta Itu Memang
124
Bab 123. Menjenguk Dengan Maksud
125
Bab 124. Kegalauan Andra
126
Bab 125. Miko Dan Maura
127
Bab 126. Orang Sakit Yang Terbully
128
Bab 127. Derita Belum Usai
129
Bab 128. Keresahan Menjelang Persalinan
130
Bab 129. Suami Siaga
131
Bab 130. Melahirkan
132
Bab 131. Malaikat Baru
133
Bab 132. Janji Kai
134
Bab 133. Cowok Tampan Yang Terdzolimi
135
Bab 134. Belajar Menjadi Orang Tua
136
Bab 135. Hampir Kebablasan
137
Bab 136. Kedatangan Tamu Normal
138
Bab 137. Kenyataan Hati Rasya
139
Bab 138. Geram
140
Bab 139. Kisah Tersembunyi
141
Bab 140. Pengganggu Di Sore Hari
142
Bab 141. Sultan Mah Bebas
143
Bab 142. Beruntung Memilikimu
144
Bab 143. Tak Sabar
145
Bab 144. Menjelang Hari H
146
Bab 145. Sadar Kasih Sayang
147
Bab 146. Kondangan
148
Bab 147. Kegugupan Rasya
149
Bab 148. Ijab Kobul
150
Bab 149. Wedding Rasya-Tasyi
151
Bab 150. Mengenang Masa Lalu
152
Bab 151. Ganguan Pagi Hari
153
Bab 152. Karyawan Tidak Tahu Diri
154
Bab 153. Good Wife And Good Mom
155
Bab 154. Pemicu Kehancuran
156
Bab 155. Tak Berarti
157
Bab 156. Alasan
158
Bab 157. Demi Sahabat
159
Bab 158. Ganti Rugi
160
Bab 159. Sambutan Kepulangan
161
Bab 160. Rasa Yang Tak Dapat DiBohongi
162
Bab 161. Tingkah Menjijikan
163
Bab 162. Kurangnya Komunikasi
164
Bab 163. Kepedulian Rapa
165
Bab 164. Cepat Sembuh Sayang
166
Bab 165. Rahasia Andra
167
Bab 166. Terungkap
168
Bab 167. Rasya Lagi, Lagi-Lagi Rasya
169
Bab 168. Bidadari Pelindung
170
Bab 169. Ngidam Yang Meresahkan
171
Bab 170. Resah
172
Bab 171. Kesibukan Sore Hari
173
Bab 172. Mantan Bukan Sosok Mengerikan
174
Bab 173. Story Maura-Miko
175
Bab 174. Story Rasya
176
Bab 175. Story Rasya #2
177
Bab 176. Story Rasya #3
178
Bab 177. Story Rasya-Tasyi
179
Bab 178. Story Andra
180
Bab 179. Story Andra #2
181
Bab 180. Story Andra #3
182
Bab 181. Story Andra #4
183
Bab 182. Story Andra-Dini
184
Bab 183. Bonus Chapter
185
Bab 184. Bonus Chapter #2
186
Bab 185. Bonus Chapter #3
187
Bab 186. Bonus Chapter #4
188
Bab 187. Bonus Chapter #5
189
Bab 188. Bonus Chapter #6 (END)
190
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!