Setelah berbasa-basi cukup lama yang semula berlangsung di ruang tamu kini berpindah ke ruang makan, karena jam sudah menunjukkan pukul delapan, itu artinya makan malam sudah sedikit terlambat. Dan kini obrolan kembali di sambung sambil menikmati hidangan yang tersaji. Percakapan ringan seputar aktivitas harian Kai yang sebagai bos di sebuah restoran bintang lima dengan cabang yang sudah tersebar di mana-mana, juga mengenai pekerjaan Laura di rumah sakit sampai pada akhirnya sebuah pertanyaan terlontar dari mulut Angga yang membuat Laura hampir saja tersedak.
“Jadi bagaimana, apa kalian menerima perjodohan ini?”
“Tidak!”
“Ya,”
Laura dan Kai menjawab bersamaan dan setelahnya kedua orang itu saling melempar tatapan. Laura dengan sorot tajam sarat akan protesan sedangkan Kai dengan senyum manisnya. Ya, karena pria itulah yang menjawab ‘ya’ untuk perjodohan ini.
“Baiklah, karena jawaban kalian berbeda, maka kami putuskan untuk kalian berkenalan lebih dulu, saling mendekatkan diri. Setelah itu baru kalian boleh putuskan akan melanjutkannya atau tidak. Keputusan ada di tangan kalian sepenuhnya. Kami para orang tua tidak akan memaksa.” Pandu memutuskan dengan bijak, dan itu mendapat anggukan setuju dari para paruh baya lainnya.
Tapi tetap saja Laura tidak setuju, bukan ini yang diinginkannya. Laura ingin sebuah akhir. Ia ingin perjodohan ini tidak berlanjut dengan atau tanpa melakukan pendekatan. Laura tidak mau bertemu dengan pria itu lagi. Sungguh. Meskipun dulu Kaivan pernah menjadi sosok yang membuatnya bahagia, tidak membuat Laura ingin mengulang kisah itu lagi. Sudah cukup sekali, dulu.
***
Harapan tidak lagi ingin bertemu nyatanya tidak terkabul karena justru setelah malam itu Laura malah semakin terjebak. Kai benar-benar keras kepala dan tidak tahu malu. Penolakan Laura diacuhkannya, dan pria itu malah makin getol menemui Laura, entah itu di rumah datang menawarkan tumpangan berangkat kerja atau ke rumah sakit untuk mengajaknya makan siang dan menjemputnya pulang. Dan hari ini sudah tepat satu minggu Kai menjadi supir pribadi Laura yang amat tidak diharapkan.
“Lo bisa berhenti gak sih, Kai? Gue gak butuh lo antar jemput kayak gini karena gue masih mampu nyetir sendiri,” keluh Laura saat lagi dan lagi mendapati laki-laki itu sudah nangkring di depan lobi rumah sakit tempatnya bekerja.
“Aku tahu, tapi aku gak akan biarin calon istriku nyetir sendiri,” jawabnya membuat Laura memutar bola mata jengah.
“Stop bermimpi Kai, karena sampai kapanpun gue gak akan sudi jadi istri lo!”
“Kita lihat saja nanti,” cuek Kaivan seraya mengedikkan bahunya. Tidak sama sekali merasa tersinggung dengan kalimat kasar Laura. “Yuk pulang, bentar lagi hujan pasti turun,” lanjut laki-laki tampan itu setelah melihat awan mendung yang menghiasi langit sore ini.
Laura mendesah lelah, lalu melangkah dan masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah Kaivan bukakan. Duduk dengan terpaksa di bangku penumpang depan karena untuk hari ini Laura malas jika harus kembali berdebat seperti hari-hari sebelumnya dengan pria itu, karena pada akhirnya Kaivan selalu saja bisa memaksanya untuk ikut. Jadi, percuma saja menghabiskan tenaga untuk menolak jika pada akhirnya tetap kalah juga.
“Makan dulu ya,” kata Kai begitu laki-laki itu duduk di balik kemudi dan siap melajukan mobilnya, keluar dari area rumah sakit.
“Gak! Gue mau langsung pulang.” Tolak Laura tanpa berpikir.
“Ta—”
“Langsung pulang atau gue naik taksi?!” ancam Laura tak main-main, bahkan tangannya sudah siap membuka pintu mobil, namun dengan cepat Kai mencegah dan dengan pasrah menyetujui keinginan perempuan itu. Padahal maunya Kai menghabiskan waktu lebih lama dengan Laura, ia ingin mengobrol, membahas waktu sepuluh tahun setelah perpisahan mereka. Jujur hingga saat ini Kaivan masih memiliki rasa yang sama untuk perempuan itu, dan perlu di ketahui bahwa hingga saat ini Kaivan enggan menganggap Laura sebagai mantannya.
***
“Gak usah mampir!” peringat Laura galak saat Kaivan baru saja menghentikan mobilnya tepat di pekarangan rumah milik Leo.
“Kenapa?” heran Kai mengerutkan sebelah alisnya.
“Gue pengen istirahat, cape,” jawab Laura masih dengan wajah juteknya.
“Padahal aku pengen numpang makan dulu, lapar tahu Yank,” melasnya tidak tahu malu, membuat Laura memutar bola matanya.
“Gue gak peduli!” ujarnya lalu turun dari mobil Kaivan tanpa mengatakan apa pun lagi, melenggang masuk ke dalam rumah dengan santainya, meninggalkan Kaivan yang menganga di tempatnya semula, di balik kemudi. Setelahnya Kai menggeleng dengan seulas senyum geli, sebelum kemudian melajukan mobilnya kembali menuju apartemennya.
Kai memutuskan untuk langsung pulang dan berjuang lagi besok, meluluhkan Laura yang entah sejak kapan menjadi keras seperti ini. Padahal dulu saat mereka baru mengenal dan memutuskan pacaran Laura adalah sosok yang lembut, tenang, dan juga penyayang. Tapi sekarang dia berubah menjadi jutek, keras kepala, dan dingin. Kaivan nyaris tidak mengenalinya jika saja hatinya tidak bergetar setiap kali berada di samping perempuan cantik itu. Namun seberapapun Laura berubah, Kai akan tetap menikahi perempuan itu, karena sejak dulu hingga sekarang perasaannya tidak pernah berubah untuk Laura.
“Waktu sepuluh tahun memang tidak singkat, wajar jika kamu menjadi seperti sekarang. Aku akui, aku salah saat itu,” ucap Kai memahami sikap Laura sekarang, setelah pertemuannya satu minggu lalu. Bahkan perempuan itu berpura-pura tidak mengenalnya di depan para orang tua.
Tak apa, biar Kai ingatkan lagi seiring berjalannya waktu.
Ia pastikan Laura mengingat setiap momen mereka selama pacaran. Dimana pernah ada bahagia diantara mereka meski pada akhirnya kandas akibat hadirnya sebuah gangguan yang dinamakan orang ketiga. Bodohnya Kai saat itu mau-mau saja terjebak titisan medusa dan berakhir dengan kehilangan Laura yang tulus mencintainya, yang mengerti akan dirinya dan selalu menjadi penyemangatnya dikala beban dan juga kesedihan melingkupinya akibat sang papa yang lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan anaknya sendiri. Kai memang laki-laki, tapi bukan berarti dirinya tidak boleh merasa sakit dan kecewa saat orang tua satu-satunya mengabaikan keberadaannya.
***
Laura masuk ke dalam rumahnya yang sepi karena memang hanya dirinya dan sang papi yang tingga di rumah besar ini, sedangkan kakak dan keponakannya tinggal di rumah sebelah, rumah Lyra. Laura memang sesekali menginap di sana, tapi tidak sesering itu karena menurutnya rumah milik Leo lebih nyaman, dan lagi di rumah ini ia bisa lebih dekat dengan sang mami yang sudah lama tiada karena memang semua kenangan tentang Luna seakan tidak hilang sedikitpun dari rumah ini.
Tujuan utama Laura adalah mandi, membersihkan tubuh lengket dan lelahnya sebelum kemudian turun untuk makan malam yang akan di lakukan di rumah Lyra. Sejak Luna tiada, mereka memang lebih sering numpang makan di rumah sebelah, terlebih setelah Queen menikah dengan anak tetangga itu, membuat Leo memutuskan untuk makan malam di sana setiap harinya. Tapi tidak jarang juga Laura memilih untuk makan di rumah jika ia merasa terlalu lelah atau malas. Dan malam ini, berhubung ia malas memasak, Laura memilih menyelesaikan dengan cepat acara bersih-bersihnya dan melesat menuju rumah sebelah untuk minta makan. Perutnya sudah keroncongan saat ini.
Sebenarnya biasanya Laura akan langsung pulang ke rumah Lyra, namun berhubung tadi Kaivan yang mengantarnya jadilah Laura memilih untuk langsung pulang ke rumah papinya. Karena jika ke rumah sang bunda sudah pasti Kai akan di suruh mampir seperti hari-hari sebelumnya. Laura malas.
Bunda, Ayah, papi dan juga kakak serta keponakannya sudah duduk di kursi masing-masing, memenuhi meja makan bulat yang cukup besar dengan hidangan yang menggiurkan tersaji di sana.
“Selamat malam semua,” sapa Laura saat tiba di ruang makan, dan mereka yang ada di sana serempak membalas, terkecuali dua bocah kembar yang sudah asyik dengan makanannya. Bahkan mereka tidak sedikitpun menghiraukan kedatangannya, membuat Laura mencebikkan bibir lalu melayangkan jitakan kecil ke kepala belakang dua keponakan kembarnya.
“Apa sih Aunty, sakit tahu,” ujar Nathael dengan bibir cemberut sedangkan si datar Nathan hanya mendelik kesal.
“Kalian kalau udah di depan makanan lupa sekeliling,” cibir Laura kemudian mendekati satu keponakan perempuannya yang masih berusia lima tahun, Arabella namanya. Anak ketiga dari kelahiran kedua Queen, kakak Laura satu-satunya.
“Hallo princess,” sapa Laura pada gadis kecil cantik itu seraya melayangkan kecupan di pipi bulatnya, sebelum kemudian Laura mengambil duduk di sampingnya. Kursi yang masih kosong memang di sana, karena Laura lebih suka duduk di samping keponakan perempuannya dari pada di samping si kembar menyebalkan, Nathan dan Nathael.
“Tumben udah segar?” tanya Lyra saat menyadari bahwa Laura sudah berpenampilan segar. Tidak seperti biasanya yang pulang selalu dalam keadaan lesu dan sedikit berantakan.
“Iya, tadi Ela langsung pulang ke rumah, mandi dulu baru deh ke sini,” jawab Laura seraya menyendokkan nasi ke dalam piringnya yang masih kosong.
“Gak bareng Kai memangnya?” papi Leo ikut bertanya.
“Bareng, makanya Ela pulang ke rumah, karena kalau ke sini Bunda pasti nyuruh Kai mampir,” jujur dan ringan Laura menjawab tanpa sama sekali merasa bersalah. Membuat Rapa dan Queen, sang kakak dan iparnya menoleh.
“Loh, memangnya kalau Bunda minta dia mampir kenapa?” heran Rapa dengan satu alis terangkat menatap adik iparnya itu.
“Males.” Jawab Laura singkat.
“Kamu gak suka Kai? Dulu kamu satu sekolah 'kan sama dia?” kali ini Queen ikut bertanya. Laura menggeleng kemudian mengangguk.
“Kenapa gak suka? Padahal dia ganteng loh, sopan, baik juga anaknya,” bunda Lyra mengerutkan keningnya.
“Itu aja gak cukup buat modal jatuh cinta,” Laura kemudian mengedikkan bahunya singkat. Dan mulai melahap makan malamnya. Tidak ingin terlalu jauh membahas tentang Kaivan yang dianggap baik oleh keluarganya. Mereka tidak tahu saja bagaimana Kaivan dulu.
“Gak ada alasan untuk aku suka sama mantan yang pernah mengecewakan.” Lanjut Laura membatin seraya tersenyum pedih. Sepuluh tahun sudah berlalu, namun rasa sakit dan kecewa itu masih terekam jelas dalam ingatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
chaeunwoo
yank..yank..yank.. palalu peyank
2022-01-14
0
Merry Do Rego
ohhhhhh aku ingat nih Angga adik kelasx lyra pandu Leo Luna Amel Devi, sama laki satu lagi aku lupa🤭🤭🤭
Angga itukan dlu suka sama lyra😂😂😂
tpi setelah tau lyra dah hubungan sama pandu, cintax Angga patah😂😂😂
n setelah itu ceritax Angga dewasa, angga menikah punya anak si kaivan, TPI mamax kaivan meninggal 🥺🥺🥺
pasti prempuan xg DTG bersama Angga makan MLM d rmh lyra xg brnma indah itu istri kedua angga
2021-07-06
1
Indahindah15
ohhh kebalik wkkwkwk. ternyata ini adiknya queen. brati yg uda nikah adiknya rapa. ehh iya ding adiknya rapa yang namanya ratu yg uda nikah. sama bima ya kalau ga salah
2021-06-22
1