Married With Ex-Boyfriend

Married With Ex-Boyfriend

Bab 1. Laki-laki Itu

Selamat Datang dan Selamat Membaca Karya Baruku. Semoga suka!!! 🥰🥰

***

Hari libur di manfaatkan Laura dengan amat baik untuk istirahat dengan malas-malasan, menonton drama sambil selonjoran kaki di temani camilan dan minuman segar. Benar-benar santai yang sesungguhnya setelah enam hari penuh berkutat dengan pekerjaan yang meskipun mulia dan menyenangkan baginya, tapi tetap saja melelahkan.

Menjadi seorang dokter bukanlah hal yang remeh seperti pandangan orang di luar sana, yang katanya, ‘enak ya jadi dokter cuma raba sana raba sini mendiagnosa pasien sakit ini sakit itu lalu dapat bayaran mahal.’ Di kira menjadi seorang dokter semudah itu! Meskipun, ya, terlihat ringan dan sepele, tapi banyak yang menjadi beban seorang dokter yang hanya dipahami sesama profesi itu.

Tanggung jawab yang besar dan tentunya makian kerap kali harus diterima saat pasien tidak kunjung sembuh atau justru tidak selamat. Dokter harus tetap sabar untuk itu walau hati ingin sekali melawan. Dan semua itu Laura dapatkan selama melakoni profesinya sebagai dokter selama tiga tahun ini, apalagi dirinya adalah seorang dokter anak dimana banyak orang tua rewel melebihi si anak yang sakit. Kerepotan dokter anak benar-benar double, karena si anak pun harus dirinya tenangkan saat akan dilakukan pemeriksaan terlebih jika sudah berurusan dengan jarum suntik.

Percayalah, menjadi dokter tidak semudah yang terlihat, tidak semenyenangkan menerima gaji tiap bulannya. Namun meski begitu Laura menyukai pekerjaannya dan ia bangga dengan profesinya. Tentu saja. Apalagi ketika berhasil membuat pasiennya sembuh, itu merupakan bahagia yang tidak dapat di utarakan, rasa bangga yang tidak dapat di uraikan, dan tentunya hal yang membuat Laura merasa berguna sebagai manusia.

Karena pekerjaannya itulah Laura tidak memiliki banyak waktu untuk sekedar bersantai. Hanya di hari minggu ia bisa melakukannya. Maka dari itu Laura tidak ingin menyia-nyiakan hari minggunya dengan hal-hal yang tidak berfaedah, seperti keliling mall misalnya. Oh no, Laura akan lebih memilih rebahan dari pada harus melakukan itu meskipun ia di bekali puluhan juta sekalipun oleh papinya.

“La, kamu punya pacar gak?”

Pertanyaan yang tiba-tiba diberikan wanita cantik paruh baya di sampingnya membuat Laura menoleh dan menaikan sebelah alisnya heran. Pasalnya wanita cantik yang biasa dipanggilnya bunda itu mengajukan pertanyaan yang tidak biasa. Selama Laura hidup di dunia, tidak pernah sekalipun sang bunda bertanya mengenai pacar padanya. Tapi hari ini …?

“Kenapa memangnya?” tanya Laura yang tidak sama sekali menyembunyikan keheranannya.

“Gak apa-apa,” jawab Lyra – sang bunda – seraya menggeleng kecil.

Laura mengangguk singkat, lalu kembali menatap layar di depannya yang masih menampilkan drama yang sejak tadi dia tonton untuk menemani hari liburnya. Memilih untuk tidak terlalu curiga dengan pertanyaan bundanya. Namun kalimat selanjutnya yang wanita paruh baya itu lontarkan sontak membuat Laura yang tengah meneguk jus jeruk dinginnya tersedak dengan tidak anggun. Untung hanya jus jeruk bukan jus cabe.

“Kalau minum itu hati-hati dong, La,” omel Lyra sambil menepuk-nepuk pelan punggung Laura.

“Ela terkejut, Bun,” ucap Laura jujur.

"Terkejut kenapa?” heran wanita paruh baya itu mengerutkan keningnya menatap sang putri polos.

“Gak usah pura-pura lupa deh,” Laura memutar bola matanya jengah. Sedangkan Lyra tertawa saat di detik selanjutnya menyadari alasan yang membuat anaknya itu tersedak dan sebal seperti sekarang ini.

"Bunda ‘kan cuma tanya aja, La, kamu mau gak Bunda jodohin. Bunda gak akan maksa kalau kamu gak mau,” Lyra mengedikkan bahunya ringan tanda bahwa wanita paruh baya itu memang benar-benar tidak akan memaksa.

“Emang Bunda mau jodohin Ela sama siapa?”

"Anaknya teman Bunda,” jawabnya singkat, lalu kembali memfokuskan pandangan pada layar di depan seraya menikmati kripik jamur yang menjadi menu camilannya hari ini. Sementara Laura mengerutkan kening, berpikir. Berusaha mengingat siapa kiranya anak dari teman sang bunda yang berkemungkinan dijodohkan dengannya.

"Maksud Bunda, Devin?” tebak Laura ragu. Tapi memang hanya nama itu yang muncul di kepalanya, karena setahu Laura cuma Devin-lah anak laki-laki yang teman bundanya miliki.

Lyra malah justru mendelik mendengar tebakan putrinya itu. “Ck, bukan. Bunda mana rela jodohin kamu sama Devin yang kurang waras sama kayak Bapak-nya itu. Lagi pula Devin udah tunangan."

“Terus siapa dong? Aunty Amel perasaan gak punya anak laki-laki, apa lagi seusia Ela,” Laura mengetuk-ngetukkan telunjuknya di dagu, bersikap seolah tengah berusaha mengingat.

“Besok malam kamu akan tahu sendiri,” ujar Lyra. “Gak perlu terlalu dipikirin, lagi pula Bunda gak akan maksa,” lanjutnya.

“Ya udahlah gimana besok aja,” Laura mengedikkan bahunya singkat lalu kembali pada tontonannya yang sudah cukup banyak terlewatkan akibat obrolannya dengan sang bunda.

Sebenarnya Lyra bukanlah orang tua Laura yang sesungguhnya, wanita paruh baya yang di panggilnya bunda itu merupakan sahabat dari orang tuanya yang asli, Luna -sang mami- yang sudah menghadap Tuhan enam belas tahun yang lalu, tepatnya saat Laura berusia sepuluh tahun, usia yang masih terlalu kecil untuk mengerti arti dari sebuah perpisahan yang abadi. Namun Laura tidak begitu, perempuan yang kini berusia dua puluh enam tahun itu nyatanya lebih tegar saat kepergian sang mami bertahun-tahun lalu. Malah justru sang kakak lah yang begitu hancur dan terpukul.

Bukan berarti Laura tidak bersedih, hanya saja dia sadar bahwa semua yang hidup akan mati, semua yang ada akan hilang dan semua yang datang akan pergi. Sama halnya dengan sang mami. Semua akan kembali pada Sang Pencipta. Jadi, tidak ada alasan untuk Laura terus terpuruk dalam kesedihan. Tapi meski begitu tidak lantas membuat Laura melupakan sosok bidadarinya.

Luna akan tetap menjadi mami-nya sampai kapanpun. Sedangkan Lyra tetap menjadi bundanya, orang tua keduanya. Karena selain sahabat dari kedua orang tuanya, Lyra juga merupakan mertua dari kakaknya. Semakin membuat erat hubungan persahabatan di antara keempatnya. Ya empat, Lyra, Pandu, Luna, dan Leo.

Mereka adalah sahabat sejak masa remaja dulu sebelum kemudian Lyra menikah dengan Pandu dan Leo menikahi Luna. Dan dua pasangan itu disatukan lewat perjodohan. Bersyukur karena mereka berakhir dengan bahagia hingga saat ini. Namun bisakah Laura bahagia seperti kedua orang tuanya? Entah. Jodohnya saja Laura belum tahu dan belum tentu juga ia menerima perjodohan itu.

***

Keesokan malamnya, seperti yang sudah bundanya katakan bahwa malam ini sahabatnya akan datang untuk makan malam sekaligus mempertemukan Laura dengan anak dari temannya itu. Sebenarnya Laura malas, tapi ia juga cukup penasaran seperti apa sosok yang akan sang bunda jodohkan dengannya. Baikkah? Tampankah? Kayakah? Idamankah? Atau malah sosok tak ramah menyebalkan yang tidak Laura suka. Tapi bukankah biasanya pilihan orang tua itu pasti baik? Lalu apa yang harus Laura takutkan? Toh sang bunda juga tidak memaksanya untuk menerima.

Namun tetap saja Laura berdebar saat ini. Ia gugup dan juga takut. Lama tidak menjalin hubungan dengan yang namanya laki-laki membuat Laura was-was dan cemas berlebihan. Padahal yang akan di temuinya bukan anak Presiden. Ck, tapi siapa tahu bukan sang bunda berteman dengan orang penting di negeri ini? Laura mengedikkan bahunya singkat sebelum kemudian bangkit dari depan meja riasnya saat suara Lyra sudah terdengar memanggilnya untuk turun karena tamunya sudah datang.

Menarik dan membuang napasnya terlebih dulu, Laura kemudian melangkahkan kaki menuruni undakan tangga dengan anggun layaknya princess di negeri dongeng. Namun ini dilakukannya bukan untuk menarik perhatian calon laki-laki yang akan dijodohkan dengannya, melainkan untuk berusaha tetap terlihat tenang. Menyembunyikan kegugupannya agar keluarganya tidak mengira dirinya tertarik pada perjodohan ini. Ya, meskipun sebenarnya ia juga tidak terlalu tertarik.

Tapi mau bagaimana lagi, Laura juga bosan dengan status kesendiriannya. Dan saat sang bunda menawarkan perjodohan ini, ia berpikir bahwa mungkin inilah saatnya keluar dari zona menyedihkannya selama sepuluh tahun belakangan. Ini saatnya kembali bangkit dan melupakan masa kelam cinta masa remaja. Tidak salah menerima kembali kehadiran laki-laki untuk menemani hari-hari kelabunya. Toh tidak semua laki-laki sama seperti mantannya. Semoga.

"Selamat malam Om, Tante,” sapa Laura ramah saat tiba di ruang tamu yang sudah diisi oleh orang tuanya juga dari calon jodohnya.

“Ini calon mantu gue, Ra? Makin cantik aja,” puji pria paruh baya yang masih terlihat bugar dan tampan yang duduk di sofa tanggung bersama wanita yang tak kalah cantiknya dengan sang bunda. Laura hanya tersenyum kecil, tidak tahu harus seperti apa menanggapinya karena jujur saja Laura bukanlah sosok yang narsis seperti kakak-kakaknya.

"Gak usah kegeeran dulu, anak gue belum tentu mau jadi mantu lo,” Lyra mendelik, membuat pria itu tertawa dari pada tersinggung. Tidak aneh lagi memang, sejauh ini Laura memang tahu bahwa teman-teman orang tuanya tidak ada yang normal. Pandu, sang ayah yang semula normal saja sedikit demi sedikit ikut-ikutan kurang waras karena terlalu lama hidup bersama Lyra.

“Anak gue ganteng, Ra, percis Bapaknya, mana mungkin Laura nolak. Iya gak, La?” sebuah kedipan menggoda pria paruh baya itu layangkan, membuat Laura menggaruk tengkuknya serba salah. Bingung harus merespons seperti apa, ia tidak pandai membalas gurauan orang asing.

“Oh iya, maaf anak Om belum sampai, dia tadi berangkat langsung dari restorannya,” sesal pria paruh baya yang mengaku ayah dari laki-laki yang hendak di jodohkan.

Laura hanya mengangguk singkat seraya tersenyum, sebelum kemudian bergabung duduk dengan bundanya yang diampit dua pria, sudah percis seperti Nyonya dengan dua suami. Tapi tentu saja itu tidak akan pernah terjadi sebab Pandu begitu posesif pada istrinya. Sementara laki-laki satunya yang kini duduk di samping kanan Laura memang memilih sendiri setelah sang istri meninggal dunia. Dia adalah Leo – papi Laura.

Para orang tua berbincang seru sambil menunggu kedatangan pemeran utama dalam acara makan malam ini. Sedangkan Laura memilih menyibukkan diri dengan ponselnya untuk mengalihkan rasa gugupnya, hingga tak lama kemudian suara deru mobil berhenti di depan disusul dengan bunyi klakson yang cukup nyaring menghentikan obrolan para orang tua.

“Itu pasti Kai,” kata wanita paruh baya yang Laura tahu bernama Indah dari perkenalan singkatnya beberapa menit lalu.

Jantung Laura berdetak cepat mengiringi langkah yang terdengar semakin dekat dan …

Deg.

“Selamat malam Om, Tante, maaf saya terlambat,” laki-laki tampan dalam balutan kemeja maroon yang lengannya di lipat sampai siku itu meringis tak enak hati. Lalu mengedarkan pandangan ke arah lain hingga netranya bertemu pandang dengan sosok cantik yang terlihat menegang di tempatnya. Sama hal dengannya yang juga terkejut mendapati perempuan itu duduk di sana.

"Gak apa-apa Kai. Ayo sini masuk, gak baik bengong di ambang pintu,” suara ramah Lyra lah yang menyadarkan Laura juga laki-laki bernama Kai itu dari aksi saling tatapnya.

“Iya Tante.” Kai kemudian melangkah masuk dan mengambil duduk di sofa yang tersisa. Sebuah sofa single berwarna darkbrown yang empuk dan nyaman. Sesekali Kai mencuri lihat ke arah gadis yang duduk di kursi panjang bersama orang tuanya. Sedangkan Laura berusaha terlihat santai meskipun Kai dapat melihat ketidaknyamanan dari cara duduknya. Diam-diam Kai mengelum senyumnya.

“Kamu kenal Kai ‘kan La?” Pandu bertanya membuat Laura menoleh dan mengerutkan kening dalam lalu menggelengkan kepala. Itu sontak saja membuat Kai mengaga tak percaya, sebelum kemudian mendesah kecewa. Sedangkan Lyra berdecak pelan melirik putrinya itu.

“Kalian pernah satu sekolah waktu SMA, loh,” Lyra mengingatkan.

“Meskipun satu sekolah bukan berarti saling kenal ‘kan?” jawab Laura ringan. Lalu kembali memalingkan wajah ke mana saja asal tidak bersitatap dengan laki-laki yang baru datang itu.

"Tapi waktu itu kalian pernah ketemu, saat perpisahan itu loh, La” Lyra berusaha mengingatkan.

"Maaf bunda, Ela gak ingat.” Lebih tepatnya pura-pura gak ingat. Lanjut Laura membatin.

“Dasar anak muda zaman now, masih muda udah pikun!” cibir Leo yang sedetik kemudian mendapat cubitan panas di pinggangnya. Jangan tanya siapa pelakunya, karena itu sudah jelas sosok cantik di sampingnya yang kini menampilkan wajah cemberut.

“Gak ada waktu untuk aku mengingat hal-hal yang tidak penting,” ujar Laura seraya melayangkan delikan pada laki-laki yang duduk sendiri di sofa single. Raut wajahnya terlihat kecewa, tapi Laura sama sekali tidak peduli.

"Nice, Tante setuju sama kamu,” dukung Indah dengan acungan ibu jarinya. Wanita paruh baya itu tidak tersinggung sama sekali dengan kalimat Laura yang terkesan tidak sopan.

"Kamu kurang popular berarti, Kai,” kata Leo sedikit mencibir.

“Sepertinya iya, Om,” timpal Kai, kemudian gelak tawa terdengar akrab, kecuali Laura yang tetap memasang wajah datarnya.

Acara malam ini tidak seserius perjodohan-perjodohan lainnya karena yang ada malah seperti ajang reuni. Ya, setidaknya untuk para orang tua. Sementara Laura sudah merasa tidak nyaman karena Kai berkali-kali meliriknya. Inginnya Laura permisi dari ruang tamu itu, tapi ia yakin orang tuanya tidak akan mengizinkan.

"Apa tidak sebaiknya kalian kenalan lagi? Biar lebih enak gitu kedepannya,” usul Indah, menatap Laura dan Kai bergantian. Laura hendak menolak, tapi Kai sudah lebih dulu mengulurkan tangannya.

“Kaivan Putra Wirasman,” ucapnya dengan seulas senyum di bibir. Dengan terpaksa Laura menerima uluran itu.

"Laura Priela Arsyatami,” balasnya malas. Setelahnya Laura menarik tangannya cepat, enggan berlama-lama berjabat tangan dengan laki-laki yang sejak tadi mengumbar senyum seolah mencari perhatian Laura.

"Udah ingat, La?” tanya Angga – Papa Kaivan penuh harap.

“Ela gak berusaha mengingat, Om. Maaf,” jawab Laura meringis kecil, tapi tidak sama sekali ia merasa bersalah.

"Ck, sial!” decak Kai amat pelan. Namun tatapan tajamnya tertuju tepat ke arah Laura, yang tak lain adalah mantan pacarnya ketika SMA dulu. Kai yakin bahwa perempuan itu hanya pura-pura tidak mengingatnya. “Awas kamu, La!” batinnya bergumam.

Btw gimana tanggapan kalian dengan mengenai cerita baruku ini? Jangan lupa ungkapkan di kolom komentar 😘

Terpopuler

Comments

Cimol bojot kavling keuangan

Cimol bojot kavling keuangan

keren keren...

2021-09-19

1

Nyoman Sumartini

Nyoman Sumartini

seru thorrr.....

2021-07-14

1

Renny Utami

Renny Utami

baca ini terus namanya jadi inget cerita menikah muda, pandu-lyra luna- Leo, jadi kangen mereka🤗🤗

2021-06-26

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Laki-laki Itu
2 Bab 2. Penolakan
3 Bab 3. Jangan Berharap
4 Bab 4. Terus Berusaha
5 Bab 5. Berusaha Meyakinkan
6 Bab 6. Tentang Masa Lalu
7 Bab 7. Reuni SMA
8 Bab 8. Babysitter
9 Bab 9. Gengsi
10 Bab 10. Demam
11 Bab 11. Ketakutan Kai
12 Bab 12. Ancaman Kai
13 Bab 13. I Love You Too
14 Bab 14. Anak Cabe
15 Bab 15. Lamaran
16 Bab 16. Terlantar
17 Bab 17. Masa Lalu Kai
18 Ba 18. Derita Rapa
19 Bab 19. Patah Hati Masal
20 Bab 20. Batal Tunangan (?)
21 Bab 21. Menyebalkan
22 Bab 22. Mengenang
23 Bab 23. Menggemaskan
24 Bab 24. Duo Kurbel
25 Bab 25. Terancam
26 Bab 26. Hari Melelahkan
27 Bab 27. Leo Dan Rahasianya
28 Bab 28. Menyetok Pelukan
29 Bab 29. Berjuang Sendirian
30 Bab 30. Menyulut Emosi
31 Bab 31. Ijab Kobul
32 Bab 32. Ide Pernikahan
33 Bab 33. Sosok Menyeramkan
34 Bab 34. Drama Lama
35 Bab 35. Tidak Percaya Diri
36 Bab 36. Pesanan
37 Bab 37. Gaun Pengantin
38 Bab 38. Masih Ada Waktu
39 Bab 39. Bahagia Sederhana
40 Bab 40. Pengalaman Pertama
41 Bab 41. Supermarket
42 Bab 42. Sweet Night
43 Bab 43. Suka Kamu
44 Bab 44. Tidak Bisa Di Abaikan
45 Bab 45. Kenyataan Tentang Leo
46 Bab 46. Janji Kai
47 Bab 47. Selamat Berbahagia Di Keabadian
48 Bab 48. Kesembuhan Leo
49 Bab 49. Perdebatan Kecil
50 Bab 50. Melepaskan
51 Bab 51. Ngidam Laura
52 Bab 52. Tidak Ingin Menyia-nyiakan
53 Bab 53. Rezeki Tengah Malam
54 Bab 54. Apakah Ini Cinta?
55 Bab 55. Definisi Orang Tua menyebalkan yang Sesungguhnya.
56 Bab 56. Rencana Kepulangan
57 Bab 57. Back Home
58 Bab 58. Mertua Kurang Ajar
59 Bab 59. Poor Rasya
60 Bab 60. Tingkah Papi Mertua Bikin Elus Dada
61 Bab 61. Mencegah Kesalahpahaman
62 Bab 62. Rencana Kai
63 Bab 63. Bukan Kabar Bahagia
64 Bab 64. Gagal Menjadi Orang Tua
65 Bab 65. Tidak Ingin Berlarut-larut
66 Bab 66. Resmi Kehilangan
67 Bab 67. Sosok Bidadari
68 Bab 68. Cita-cita Terbesar
69 Bab 69. Keributan
70 Bab 70. Tidak Tahu Diri
71 Bab 71. Mari Lupakan
72 Bab 72. Ancaman Baru
73 Bab 73. Rapa Dan Ketakutannya
74 Bab 74. Keresahan
75 Bab 75. Siap-Siap Punya Mantu
76 Bab 76. Tak Yakin Soal Hubungan
77 Bab 77. Ini Bukan Mimpi 'Kan?
78 Bab 78. Terlampau Santai
79 Bab 79. Objek Cemburu
80 Bab 80. Bermelow-Melow Ria
81 Bab 81. Memalukan
82 Bab 82. Nyaman
83 Bab 83. Kehidupan Baru
84 Bab 84. Kabar Bahagia
85 Bab 85. Ngidam
86 Bab 86. Salah Pilih Lawan
87 Bab 87. Berlebihan
88 Bab 88. Nasib Bawahan
89 Bab 89. Ceroboh
90 Bab 90. Good Night
91 Bab 91. Sombong Itu Di Perlukan
92 Bab 92. Masalah Rasya
93 Bab 93. Calon Jodoh Rasya
94 Bab 94. Berharap Hilang Ingatan
95 Bab 95. Khawatir Berlebihan
96 Bab 96. Night Moment
97 Bab 97. Gangguan
98 Bab 98. Bodyguard
99 Bab 99. Perasaan Andra
100 Bab 100. Membiasakan Diri
101 Bab 101. Tak Sabar
102 Bab 102. Kenyataan
103 Bab 103. Kena Imbas
104 Bab 104. Emosi Andra
105 Bab 105. Bikin Elus Dada
106 Bab 106. Julid
107 Bukan Update!!!
108 Bab 107. Tragedi
109 Bab 108. Meresahkan
110 Bab 109. Ibu Hamil Merepotkan
111 Bab 110. Ibu Hamil Menyebalkan
112 Bab 111. Sahabat Gak Ada Akhlak
113 Bab 112. Kepanikan
114 Bab 113. Kesedihan Yang Belum Usai
115 Bab 114. Ngidam Yang Meresahkan
116 Bab 115. Tendangan Pertama
117 Bab 116. Jangan Pergi
118 Bab 117. Menyudahi Kesedihan
119 Bab 118. Bad Mood
120 Bab 119. Mode Judes
121 Bab 120. Kuliner Malam
122 Bab 121. Pak Bakpau
123 Bab 122. Secinta Itu Memang
124 Bab 123. Menjenguk Dengan Maksud
125 Bab 124. Kegalauan Andra
126 Bab 125. Miko Dan Maura
127 Bab 126. Orang Sakit Yang Terbully
128 Bab 127. Derita Belum Usai
129 Bab 128. Keresahan Menjelang Persalinan
130 Bab 129. Suami Siaga
131 Bab 130. Melahirkan
132 Bab 131. Malaikat Baru
133 Bab 132. Janji Kai
134 Bab 133. Cowok Tampan Yang Terdzolimi
135 Bab 134. Belajar Menjadi Orang Tua
136 Bab 135. Hampir Kebablasan
137 Bab 136. Kedatangan Tamu Normal
138 Bab 137. Kenyataan Hati Rasya
139 Bab 138. Geram
140 Bab 139. Kisah Tersembunyi
141 Bab 140. Pengganggu Di Sore Hari
142 Bab 141. Sultan Mah Bebas
143 Bab 142. Beruntung Memilikimu
144 Bab 143. Tak Sabar
145 Bab 144. Menjelang Hari H
146 Bab 145. Sadar Kasih Sayang
147 Bab 146. Kondangan
148 Bab 147. Kegugupan Rasya
149 Bab 148. Ijab Kobul
150 Bab 149. Wedding Rasya-Tasyi
151 Bab 150. Mengenang Masa Lalu
152 Bab 151. Ganguan Pagi Hari
153 Bab 152. Karyawan Tidak Tahu Diri
154 Bab 153. Good Wife And Good Mom
155 Bab 154. Pemicu Kehancuran
156 Bab 155. Tak Berarti
157 Bab 156. Alasan
158 Bab 157. Demi Sahabat
159 Bab 158. Ganti Rugi
160 Bab 159. Sambutan Kepulangan
161 Bab 160. Rasa Yang Tak Dapat DiBohongi
162 Bab 161. Tingkah Menjijikan
163 Bab 162. Kurangnya Komunikasi
164 Bab 163. Kepedulian Rapa
165 Bab 164. Cepat Sembuh Sayang
166 Bab 165. Rahasia Andra
167 Bab 166. Terungkap
168 Bab 167. Rasya Lagi, Lagi-Lagi Rasya
169 Bab 168. Bidadari Pelindung
170 Bab 169. Ngidam Yang Meresahkan
171 Bab 170. Resah
172 Bab 171. Kesibukan Sore Hari
173 Bab 172. Mantan Bukan Sosok Mengerikan
174 Bab 173. Story Maura-Miko
175 Bab 174. Story Rasya
176 Bab 175. Story Rasya #2
177 Bab 176. Story Rasya #3
178 Bab 177. Story Rasya-Tasyi
179 Bab 178. Story Andra
180 Bab 179. Story Andra #2
181 Bab 180. Story Andra #3
182 Bab 181. Story Andra #4
183 Bab 182. Story Andra-Dini
184 Bab 183. Bonus Chapter
185 Bab 184. Bonus Chapter #2
186 Bab 185. Bonus Chapter #3
187 Bab 186. Bonus Chapter #4
188 Bab 187. Bonus Chapter #5
189 Bab 188. Bonus Chapter #6 (END)
190 Info
Episodes

Updated 190 Episodes

1
Bab 1. Laki-laki Itu
2
Bab 2. Penolakan
3
Bab 3. Jangan Berharap
4
Bab 4. Terus Berusaha
5
Bab 5. Berusaha Meyakinkan
6
Bab 6. Tentang Masa Lalu
7
Bab 7. Reuni SMA
8
Bab 8. Babysitter
9
Bab 9. Gengsi
10
Bab 10. Demam
11
Bab 11. Ketakutan Kai
12
Bab 12. Ancaman Kai
13
Bab 13. I Love You Too
14
Bab 14. Anak Cabe
15
Bab 15. Lamaran
16
Bab 16. Terlantar
17
Bab 17. Masa Lalu Kai
18
Ba 18. Derita Rapa
19
Bab 19. Patah Hati Masal
20
Bab 20. Batal Tunangan (?)
21
Bab 21. Menyebalkan
22
Bab 22. Mengenang
23
Bab 23. Menggemaskan
24
Bab 24. Duo Kurbel
25
Bab 25. Terancam
26
Bab 26. Hari Melelahkan
27
Bab 27. Leo Dan Rahasianya
28
Bab 28. Menyetok Pelukan
29
Bab 29. Berjuang Sendirian
30
Bab 30. Menyulut Emosi
31
Bab 31. Ijab Kobul
32
Bab 32. Ide Pernikahan
33
Bab 33. Sosok Menyeramkan
34
Bab 34. Drama Lama
35
Bab 35. Tidak Percaya Diri
36
Bab 36. Pesanan
37
Bab 37. Gaun Pengantin
38
Bab 38. Masih Ada Waktu
39
Bab 39. Bahagia Sederhana
40
Bab 40. Pengalaman Pertama
41
Bab 41. Supermarket
42
Bab 42. Sweet Night
43
Bab 43. Suka Kamu
44
Bab 44. Tidak Bisa Di Abaikan
45
Bab 45. Kenyataan Tentang Leo
46
Bab 46. Janji Kai
47
Bab 47. Selamat Berbahagia Di Keabadian
48
Bab 48. Kesembuhan Leo
49
Bab 49. Perdebatan Kecil
50
Bab 50. Melepaskan
51
Bab 51. Ngidam Laura
52
Bab 52. Tidak Ingin Menyia-nyiakan
53
Bab 53. Rezeki Tengah Malam
54
Bab 54. Apakah Ini Cinta?
55
Bab 55. Definisi Orang Tua menyebalkan yang Sesungguhnya.
56
Bab 56. Rencana Kepulangan
57
Bab 57. Back Home
58
Bab 58. Mertua Kurang Ajar
59
Bab 59. Poor Rasya
60
Bab 60. Tingkah Papi Mertua Bikin Elus Dada
61
Bab 61. Mencegah Kesalahpahaman
62
Bab 62. Rencana Kai
63
Bab 63. Bukan Kabar Bahagia
64
Bab 64. Gagal Menjadi Orang Tua
65
Bab 65. Tidak Ingin Berlarut-larut
66
Bab 66. Resmi Kehilangan
67
Bab 67. Sosok Bidadari
68
Bab 68. Cita-cita Terbesar
69
Bab 69. Keributan
70
Bab 70. Tidak Tahu Diri
71
Bab 71. Mari Lupakan
72
Bab 72. Ancaman Baru
73
Bab 73. Rapa Dan Ketakutannya
74
Bab 74. Keresahan
75
Bab 75. Siap-Siap Punya Mantu
76
Bab 76. Tak Yakin Soal Hubungan
77
Bab 77. Ini Bukan Mimpi 'Kan?
78
Bab 78. Terlampau Santai
79
Bab 79. Objek Cemburu
80
Bab 80. Bermelow-Melow Ria
81
Bab 81. Memalukan
82
Bab 82. Nyaman
83
Bab 83. Kehidupan Baru
84
Bab 84. Kabar Bahagia
85
Bab 85. Ngidam
86
Bab 86. Salah Pilih Lawan
87
Bab 87. Berlebihan
88
Bab 88. Nasib Bawahan
89
Bab 89. Ceroboh
90
Bab 90. Good Night
91
Bab 91. Sombong Itu Di Perlukan
92
Bab 92. Masalah Rasya
93
Bab 93. Calon Jodoh Rasya
94
Bab 94. Berharap Hilang Ingatan
95
Bab 95. Khawatir Berlebihan
96
Bab 96. Night Moment
97
Bab 97. Gangguan
98
Bab 98. Bodyguard
99
Bab 99. Perasaan Andra
100
Bab 100. Membiasakan Diri
101
Bab 101. Tak Sabar
102
Bab 102. Kenyataan
103
Bab 103. Kena Imbas
104
Bab 104. Emosi Andra
105
Bab 105. Bikin Elus Dada
106
Bab 106. Julid
107
Bukan Update!!!
108
Bab 107. Tragedi
109
Bab 108. Meresahkan
110
Bab 109. Ibu Hamil Merepotkan
111
Bab 110. Ibu Hamil Menyebalkan
112
Bab 111. Sahabat Gak Ada Akhlak
113
Bab 112. Kepanikan
114
Bab 113. Kesedihan Yang Belum Usai
115
Bab 114. Ngidam Yang Meresahkan
116
Bab 115. Tendangan Pertama
117
Bab 116. Jangan Pergi
118
Bab 117. Menyudahi Kesedihan
119
Bab 118. Bad Mood
120
Bab 119. Mode Judes
121
Bab 120. Kuliner Malam
122
Bab 121. Pak Bakpau
123
Bab 122. Secinta Itu Memang
124
Bab 123. Menjenguk Dengan Maksud
125
Bab 124. Kegalauan Andra
126
Bab 125. Miko Dan Maura
127
Bab 126. Orang Sakit Yang Terbully
128
Bab 127. Derita Belum Usai
129
Bab 128. Keresahan Menjelang Persalinan
130
Bab 129. Suami Siaga
131
Bab 130. Melahirkan
132
Bab 131. Malaikat Baru
133
Bab 132. Janji Kai
134
Bab 133. Cowok Tampan Yang Terdzolimi
135
Bab 134. Belajar Menjadi Orang Tua
136
Bab 135. Hampir Kebablasan
137
Bab 136. Kedatangan Tamu Normal
138
Bab 137. Kenyataan Hati Rasya
139
Bab 138. Geram
140
Bab 139. Kisah Tersembunyi
141
Bab 140. Pengganggu Di Sore Hari
142
Bab 141. Sultan Mah Bebas
143
Bab 142. Beruntung Memilikimu
144
Bab 143. Tak Sabar
145
Bab 144. Menjelang Hari H
146
Bab 145. Sadar Kasih Sayang
147
Bab 146. Kondangan
148
Bab 147. Kegugupan Rasya
149
Bab 148. Ijab Kobul
150
Bab 149. Wedding Rasya-Tasyi
151
Bab 150. Mengenang Masa Lalu
152
Bab 151. Ganguan Pagi Hari
153
Bab 152. Karyawan Tidak Tahu Diri
154
Bab 153. Good Wife And Good Mom
155
Bab 154. Pemicu Kehancuran
156
Bab 155. Tak Berarti
157
Bab 156. Alasan
158
Bab 157. Demi Sahabat
159
Bab 158. Ganti Rugi
160
Bab 159. Sambutan Kepulangan
161
Bab 160. Rasa Yang Tak Dapat DiBohongi
162
Bab 161. Tingkah Menjijikan
163
Bab 162. Kurangnya Komunikasi
164
Bab 163. Kepedulian Rapa
165
Bab 164. Cepat Sembuh Sayang
166
Bab 165. Rahasia Andra
167
Bab 166. Terungkap
168
Bab 167. Rasya Lagi, Lagi-Lagi Rasya
169
Bab 168. Bidadari Pelindung
170
Bab 169. Ngidam Yang Meresahkan
171
Bab 170. Resah
172
Bab 171. Kesibukan Sore Hari
173
Bab 172. Mantan Bukan Sosok Mengerikan
174
Bab 173. Story Maura-Miko
175
Bab 174. Story Rasya
176
Bab 175. Story Rasya #2
177
Bab 176. Story Rasya #3
178
Bab 177. Story Rasya-Tasyi
179
Bab 178. Story Andra
180
Bab 179. Story Andra #2
181
Bab 180. Story Andra #3
182
Bab 181. Story Andra #4
183
Bab 182. Story Andra-Dini
184
Bab 183. Bonus Chapter
185
Bab 184. Bonus Chapter #2
186
Bab 185. Bonus Chapter #3
187
Bab 186. Bonus Chapter #4
188
Bab 187. Bonus Chapter #5
189
Bab 188. Bonus Chapter #6 (END)
190
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!