Bab 13. I Love You Too

Pulang kerja, Laura mengunjungi Kai lebih dulu seperti janjinya pagi tadi. Tidak lupa ia mampir ke supermarket untuk membeli beberapa macam buah, sayuran dan bahan makanan lainnya. Rencananya Laura akan memasak dan makan malam bersama Kai sebelum pulang ke rumah orang tuanya. Laura hanya ingin memastikan bahwa pria itu makan banyak malam ini untuk membantu penyembuhan setelah demam kemarin, juga memastikan laki-laki itu meminum obatnya.

Selesai belanja, Laura langsung mengendarai mobilnya menuju apartemen sang kekasih, tanpa menghiraukan dering telepon yang sejak tadi berbunyi dengan nama Kai yang tertera sebagai pemanggil.

Decakan, gelengan, juga senyum tipis menjadi ekspresi Laura sepanjang perjalanan, namun begitu tiba di gedung Apartemen Kai semua itu di gantikan dengan wajah datar andalannya. Laura masih tidak ingin Kai mengetahui perasaan senangnya. Ia belum ingin terlihat luluh dan menerima laki-laki itu kembali setelah masa lalu yang menggores hati.

Biarlah ia jual mahal untuk beberapa saat ini, sebelum nanti memberi kejutan pada pria tersayangnya itu. Ya, sekecewa apa pun ia dulu nyatanya kebenciannya tidak dapat mengalahkan rasa cintanya. Laura akui dirinya kalah, tapi ia tidak akan membiarkan hatinya kembali tersakiti. Apalagi oleh orang yang sama.

“Ngapain duduk di lantai?” tanya Laura terkejut saat membuka pintu dan mendapati Kai duduk di sana.

“Nunggu kamu. Kenapa gak angkat telpon aku?” Kai bangkit dari duduknya lalu menarik perempuan tercintanya itu ke dalam pelukan.

“Lagi nyetir. Lagian kenapa nelpon coba, udah tahu gue mau ke sini juga,” delik Laura memutar bola matanya malas seraya menarik diri, melepas pelukan Kai. Lalu melangkah menuju dapur untuk mulai memasak. Hari sudah sore dan Laura tidak ingin pulang kemalaman.

“Ya tadi aku takutnya kamu gak jadi ke sini,” ucapnya mengikuti langkah Laura dan duduk di kursi meja makan, memperhatikan kekasihnya yang sedang mengeluarkan satu per satu barang belanjaannya. “Kamu nginep lagi kan?” Laura menghentikan pekerjaannya, menoleh ke arah Kai sekilas kemudian menggelengkan kepalanya.

“Kemarin Papi ngizinin gue nginep karena tahu lo sakit dan gak ada yang ngerawat, sekarang lo udah sembuh. Gak ada alasan untuk Papi kasih izin gue nginep lagi. Kita belum nikah Kai, gak bisa tinggal sama-sama.” Laura menjelaskan dengan lembut dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

“Makanya kalau aku ajak nikah itu mau. Aku juga udah pengen kali, La hidup bareng kamu. Aku pengen kayak gini terus sama kamu,” Kai bangkit dari duduknya lalu memeluk Laura dari belakang, menyerukan kepalanya di lipatan leher sang kekasih yang menegang di tempatnya. “Coba dulu kamu gak pergi ninggalin aku, mungkin sekarang anak kita udah dua.” Tambah Kai berbisik.

“Memangnya saat itu lo yakin bakal nikah sama gue?” Laura mengerutkan keningnya sedikit menoleh pada laki-laki yang masih memeluknya, mengabaikan degup jantungnya yang menggila. Ia mencoba rileks walau pada kenyataannya gugup setengah mati. Karena jujur saja, ini adalah kali pertama dirinya seintim ini dengan laki-laki. Meskipun dulu sempat pacaran dengan Kai, tapi hubungan mereka tidak berlebihan, hanya sekedar pegangan tangan saat jalan, atau Kai yang merangkulkan tangannya di pundak Laura. Sekarang saja pria itu berani mencuri-curi kecupan darinya.

“Kenapa harus gak yakin?”

“Ya karena untuk perasaan gue aja lo meragukan, apalagi menikah,” Laura mengedikkan bahunya singkat.

“Untuk kejadian dulu aku minta maaf, aku tahu aku terlalu bodoh dengan percaya ucapan Prisil saat itu. Aku gak sadar kalau saat itu dia hanya mengadu domba kita untuk menghancurkan kamu dan aku. Aku menyesal, La. Aku mohon maafin aku,” sesal Kai semakin mengeratkan pelukannya.

***

“Berangkatnya tanggal lima belas pagi, pulangnya tanggal enam belas malam, bagus!” sindir Rapa saat Laura menginjakkan kaki di rumah sang bunda.

“Kenapa lo, Bang, syirik? Kemarin waktu gue pergi sepuluh tahun lo gak rese, kenapa sekarang nyebelin?” delik Laura pada kakak iparnya itu.

“Bedalah, Dek, sekarang kan lo nginepnya di rumah cowok,” ucap Rapa seraya mengedipkan matanya menggoda. “Gimana enak gak?” tanyanya ambigu.

“Lo kira makanan, enak!” ujar Laura lalu melengos pergi menuju ruang tengah dimana orang tuanya bersantai. Sebenarnya Laura ingin langsung istirahat, tapi ia tidak mau membuat keluarganya khawatir, jadilah Laura mampir terlebih dulu untuk menemui ayah dan bundanya.

“Kamu udah pulang, La?” Pandu yang lebih dulu menyadari kedatangan Laura langsung bertanya. Laura tak lantas menjawab, memilih melanjutkan langkahnya lebih dulu hingga dirinya duduk di sofa yang sama dengan kedua paruh baya kesayangannya itu.

“Iya, Yah. Maaf kemarin malam Ela gak pulang,”

“Gak apa-apa, lagi pula Papi kamu yang izinin ‘kan?” Laura mengangguk.

“Sekarang gimana keadaan Kai?” Lyra yang kali ini bertanya.

“Udah baikan, Bun,” jawab Laura yang diangguki lega oleh Lyra.

“Kai gak macem-macemin kamu’kan?” Laura berdecak mendengar pertanyaan bundanya itu. Kenapa semua orang bertanya demikian? Tidak papinya, tidak bundanya, tidak pula abangnya. Apakah harus ada yang terjadi jika perempuan dan laki-laki berada di dalam ruangan yang sama berdua-duaan? Otak orang dewasa memang menyebalkan, terlebih yang sudah berpengalaman.

“Ela pulang ya, Bun, pengen istirahat,” kata Laura menghindari pertanyaan-pertanyaan aneh lainnya. Ia tidak ingin otak polosnya semakin tercemari dengan berbagai hal yang tidak-tidak. Meskipun ia sadar usianya sudah dewasa.

“Ya sudah kamu istirahat aja. Udah makan?” Laura mengangguk sebagai jawaban lalu bangkit dan mencium ayah bundanya sebelum kemudian melenggang pergi. Jam sudah hampir menunjukkan pukul sepuluh malam sekarang karena Laura tiba di rumah tepat pukul sembilan. Papinya sudah pulang, kakak dan keponakannya sudah tidur sedangkan iparnya malah nongkrong di depan rumah seorang diri.

Laura tersenyum begitu matanya menangkap sosok yang memang sering dirinya lihat begitu malam menjelang. Ide jahil muncul di otak cerdasnya saat masih mendapati abang iparnya duduk di teras depan sambil memainkan game di ponselnya, sepertinya laki-laki itu sengaja diluar karena tidak ingin di ganggu dan mengganggu siapapun saat memainkan salah satu game yang popular di semua kalangan itu.

“Bang,” panggil Laura ikut duduk di kursi yang berseberangan dengan Rapa yang masih fokus pada ponselnya, dan hanya deheman singkat yang menjadi jawaban pria itu. “Ela udah pernah cerita tentang pohon mangga itu belum?” tanyanya sambil menunjuk pohon mangga yang ada di sudut kiri pekarangan rumah Lyra.

Rapa yang mulai penasaran mengalihkan pandangannya dari ponsel dan mengikuti telunjuk Laura yang terarah pada pohon mangga yang sedang berbuah lebat. Sore tadi dirinya baru selesai manjat dari sana untuk mengambilkan mangga yang matang atas suruhan sang bunda.

“Belum, kenapa memangnya?”

“Abang lihat baik-baik di dahan kedua, ada yang duduk di sana liatin ke sini dari tadi,” ucap Laura dengan nada tenangnya seolah apa yang tengah diceritakannya bukanlah hal yang menyeramkan.

Rapa menelan ludahnya yang terasa keras, melihat arah yang di maksud adik iparnya itu. “Lo gak lagi nakutin abang ‘kan, Dek?” tanya Rapa yang sudah mulai merinding.

“Ngapain juga Ela nakutin Abang. Ela cuma mau ngasih tahu aja, yang disana bilang kalau metik mangga yang sopan, dia hampir kesenggol abang tadi sore,” kata Laura menambah ketakutan Rapa.

Inginnya Rapa tidak mempercayai apa yang Laura katakan, tapi adik iparnya itu tidak ada di rumah saat ia memetik mangga sore tadi. Jadi bisa di pastikan bahwa apa yang adiknya ucapkan memang benar adanya. Terkadang Rapa merutuki keistimewaan Laura, karena di saat kejahilan Laura merajai maka cerita-cerita horror seperti inilah yang akan menjadi andalannya, iparnya itu terlalu tahu seberapa penakut dirinya.

“Bang, dia nyamperin!” seru Laura heboh membuat Rapa yang sudah ketakutan di tempatnya langsung bangkit dan berlari masuk ke dalam rumah sambil meneriakkan nama istrinya. Laura yang melihat itu tertawa kencang sampai Pandu dan Lyra keluar untuk mengetahui keributan apa yang terjadi di malam-malam seperti ini.

“Abang kamu kenapa, La?” heran Lyra melihat anak lelakinya berlari menaiki tangga.

“Gak apa-apa, Bun. Biasalah Bang Rapa ‘kan penakut,” ujar Laura di tengah tawanya yang masih berderai.

“Ck, pasti deh kamu cerita-cerita yang aneh lagi,” Pandu menggelengkan kepalanya. Sudah tidak lagi asing dengan hal ini.

“Ela bukan cerita aneh, cuma ngasih tahu Abang aja soal penunggu pohon mangga itu,” Laura membela diri sambil menunjuk pohon mangga milik sang bunda.

“Memangnya pohon itu ada penunggunya ya, La?” tanya Lyra sambil mengikuti arah pandang Laura.

“Bunda mau liat?” tawar Laura yang dengan cepat di jawab gelengan kepala oleh Lyra.

“Gak deh, Bunda gak niat kenalan. Biarin aja di sana asal jangan ganggu,” kata Lyra yang kini ikut merinding melihat pohon mangga kebanggaannya karena selalu berbuah lebat.

“Sudah-sudah, Ela pulang gih udah malam, kamu harus istirahat, besok kerja,” lerai Pandu, yang diangguki Laura.

“Ya udah deh, Yah, Bun, Ela pulang, ya. Selamat malam Ayah, Bunda, nice dream,” Laura kembali mencium pipi Pandu dan Lyra sebagai pamit, lalu melambaikan tangannya sambil melangkah menuju rumahnya yang ada di sebelah. Sengaja meninggalkan mobil di rumah Lyra karena besok pun ia pasti kembali ke sini untuk meminta sarapan.

Kaki Laura bergerak menuju kamar orang tuanya terlebih dulu, mengecek keadaan sang papi yang diam-diam selalu menangis seorang diri sambil memeluk foto mami Luna, atau bercerita mengenai pekerjaannya sehari-hari. Menceritakan tumbuh kembang anak-anaknya, cucu-cucunya dan menyebalkannya sang menantu.

Laura tidak pernah mengganggu, ia tidak pernah menghampiri pria tersayangnya itu, karena sebagai anak Laura paham bahwa itulah cara papinya menghibur diri, mengenang sang mami dan tetap bertahan pada kewarasannya. Ya, meski apa yang pria paruh baya itu lakukan jauh dari kata waras. Tidak ada orang normal yang bicara dan tertawa sendiri pada sebuah foto yang tidak bernyawa. Tapi Laura tahu bahwa sang papi tidak gila hingga saat ini.

Menekan tuas pintu di depannya dengan hati-hati, Laura mengintip sang papi yang ternyata sudah terlelap di atas tempat tidur dengan pigura berisi foto Luna setia dalam pelukannya. Laura melangkah pelan dan duduk di tepian ranjang, memperhatikan wajah tampan papinya yang sudah terdapat kerutan-kerutan halus tanda bahwa pria itu sudah tua. Tangan Laura terulur menyentuh kening sang papi, mengelus lipatan-lipatan lelah di sana sebelum kemudian menjatuhkan kecupan singkatnya di tempat yang sama.

“Night Pi, mimpi indah. Ela sayang Papi,” ucap Laura sebelum kemudian meninggalkan kamar orang tuanya, melangkah menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan istirahat. Ia begitu lelah hari ini mengingat sejak kemarin tidak cukup istirahat. Terlalu khawatir dengan keadaan Kai yang demam.

Kamar mandi adalah tujuan utama Laura saat tiba di kamar untuk membersihkan diri dari keringat yang menempel setelah seharian beraktivitas, setelah itu barulah Laura membaringkan tubuhnya di ranjang, tapi sebelum memejamkan mata, Laura mengecek ponselnya terlebih dulu, membuka pesan yang Kai kirimkan dua jam yang lalu, menanyakan dirinya sampai atau belum, ucapan terima kasih karena sudah merawat pria itu dan sebuah pesan manis yang berisi ungkapan cinta laki-laki itu, juga pesan yang menyuruhnya untuk istirahat.

Diam-diam senyum Laura mengambang membaca semua pesan itu, lalu ia meletakan ponselnya di nakas tanpa membalas semua pesan Kai, karena Laura lebih senang membalas dengan kalimatnya yang langsung ia ucapkan meskipun Kai tidak dapat mendengarnya.

“Lo juga tidur nyenak, Kai. I love you too.” Itulah yang selalu Laura ucapkan sebelum kemudian menjemput mimpinya. Membalas kalimat Kai yang ada di aplikasi chat-nya.

Terpopuler

Comments

Efi Susanti

Efi Susanti

yahhhh kenaoa tokoh luna d matikan sih thor

2021-06-17

1

࿇KangEs😏😜✿࿐ ❦︎⃝ ⃝ ᵍᵇᵗ

࿇KangEs😏😜✿࿐ ❦︎⃝ ⃝ ᵍᵇᵗ

sumpah ngakak aQ Ella isengnya kebangetan

2021-05-26

2

N I A 🌺🌻🌹

N I A 🌺🌻🌹

mamy luna😭😭😭😭😭😭😭

2021-03-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Laki-laki Itu
2 Bab 2. Penolakan
3 Bab 3. Jangan Berharap
4 Bab 4. Terus Berusaha
5 Bab 5. Berusaha Meyakinkan
6 Bab 6. Tentang Masa Lalu
7 Bab 7. Reuni SMA
8 Bab 8. Babysitter
9 Bab 9. Gengsi
10 Bab 10. Demam
11 Bab 11. Ketakutan Kai
12 Bab 12. Ancaman Kai
13 Bab 13. I Love You Too
14 Bab 14. Anak Cabe
15 Bab 15. Lamaran
16 Bab 16. Terlantar
17 Bab 17. Masa Lalu Kai
18 Ba 18. Derita Rapa
19 Bab 19. Patah Hati Masal
20 Bab 20. Batal Tunangan (?)
21 Bab 21. Menyebalkan
22 Bab 22. Mengenang
23 Bab 23. Menggemaskan
24 Bab 24. Duo Kurbel
25 Bab 25. Terancam
26 Bab 26. Hari Melelahkan
27 Bab 27. Leo Dan Rahasianya
28 Bab 28. Menyetok Pelukan
29 Bab 29. Berjuang Sendirian
30 Bab 30. Menyulut Emosi
31 Bab 31. Ijab Kobul
32 Bab 32. Ide Pernikahan
33 Bab 33. Sosok Menyeramkan
34 Bab 34. Drama Lama
35 Bab 35. Tidak Percaya Diri
36 Bab 36. Pesanan
37 Bab 37. Gaun Pengantin
38 Bab 38. Masih Ada Waktu
39 Bab 39. Bahagia Sederhana
40 Bab 40. Pengalaman Pertama
41 Bab 41. Supermarket
42 Bab 42. Sweet Night
43 Bab 43. Suka Kamu
44 Bab 44. Tidak Bisa Di Abaikan
45 Bab 45. Kenyataan Tentang Leo
46 Bab 46. Janji Kai
47 Bab 47. Selamat Berbahagia Di Keabadian
48 Bab 48. Kesembuhan Leo
49 Bab 49. Perdebatan Kecil
50 Bab 50. Melepaskan
51 Bab 51. Ngidam Laura
52 Bab 52. Tidak Ingin Menyia-nyiakan
53 Bab 53. Rezeki Tengah Malam
54 Bab 54. Apakah Ini Cinta?
55 Bab 55. Definisi Orang Tua menyebalkan yang Sesungguhnya.
56 Bab 56. Rencana Kepulangan
57 Bab 57. Back Home
58 Bab 58. Mertua Kurang Ajar
59 Bab 59. Poor Rasya
60 Bab 60. Tingkah Papi Mertua Bikin Elus Dada
61 Bab 61. Mencegah Kesalahpahaman
62 Bab 62. Rencana Kai
63 Bab 63. Bukan Kabar Bahagia
64 Bab 64. Gagal Menjadi Orang Tua
65 Bab 65. Tidak Ingin Berlarut-larut
66 Bab 66. Resmi Kehilangan
67 Bab 67. Sosok Bidadari
68 Bab 68. Cita-cita Terbesar
69 Bab 69. Keributan
70 Bab 70. Tidak Tahu Diri
71 Bab 71. Mari Lupakan
72 Bab 72. Ancaman Baru
73 Bab 73. Rapa Dan Ketakutannya
74 Bab 74. Keresahan
75 Bab 75. Siap-Siap Punya Mantu
76 Bab 76. Tak Yakin Soal Hubungan
77 Bab 77. Ini Bukan Mimpi 'Kan?
78 Bab 78. Terlampau Santai
79 Bab 79. Objek Cemburu
80 Bab 80. Bermelow-Melow Ria
81 Bab 81. Memalukan
82 Bab 82. Nyaman
83 Bab 83. Kehidupan Baru
84 Bab 84. Kabar Bahagia
85 Bab 85. Ngidam
86 Bab 86. Salah Pilih Lawan
87 Bab 87. Berlebihan
88 Bab 88. Nasib Bawahan
89 Bab 89. Ceroboh
90 Bab 90. Good Night
91 Bab 91. Sombong Itu Di Perlukan
92 Bab 92. Masalah Rasya
93 Bab 93. Calon Jodoh Rasya
94 Bab 94. Berharap Hilang Ingatan
95 Bab 95. Khawatir Berlebihan
96 Bab 96. Night Moment
97 Bab 97. Gangguan
98 Bab 98. Bodyguard
99 Bab 99. Perasaan Andra
100 Bab 100. Membiasakan Diri
101 Bab 101. Tak Sabar
102 Bab 102. Kenyataan
103 Bab 103. Kena Imbas
104 Bab 104. Emosi Andra
105 Bab 105. Bikin Elus Dada
106 Bab 106. Julid
107 Bukan Update!!!
108 Bab 107. Tragedi
109 Bab 108. Meresahkan
110 Bab 109. Ibu Hamil Merepotkan
111 Bab 110. Ibu Hamil Menyebalkan
112 Bab 111. Sahabat Gak Ada Akhlak
113 Bab 112. Kepanikan
114 Bab 113. Kesedihan Yang Belum Usai
115 Bab 114. Ngidam Yang Meresahkan
116 Bab 115. Tendangan Pertama
117 Bab 116. Jangan Pergi
118 Bab 117. Menyudahi Kesedihan
119 Bab 118. Bad Mood
120 Bab 119. Mode Judes
121 Bab 120. Kuliner Malam
122 Bab 121. Pak Bakpau
123 Bab 122. Secinta Itu Memang
124 Bab 123. Menjenguk Dengan Maksud
125 Bab 124. Kegalauan Andra
126 Bab 125. Miko Dan Maura
127 Bab 126. Orang Sakit Yang Terbully
128 Bab 127. Derita Belum Usai
129 Bab 128. Keresahan Menjelang Persalinan
130 Bab 129. Suami Siaga
131 Bab 130. Melahirkan
132 Bab 131. Malaikat Baru
133 Bab 132. Janji Kai
134 Bab 133. Cowok Tampan Yang Terdzolimi
135 Bab 134. Belajar Menjadi Orang Tua
136 Bab 135. Hampir Kebablasan
137 Bab 136. Kedatangan Tamu Normal
138 Bab 137. Kenyataan Hati Rasya
139 Bab 138. Geram
140 Bab 139. Kisah Tersembunyi
141 Bab 140. Pengganggu Di Sore Hari
142 Bab 141. Sultan Mah Bebas
143 Bab 142. Beruntung Memilikimu
144 Bab 143. Tak Sabar
145 Bab 144. Menjelang Hari H
146 Bab 145. Sadar Kasih Sayang
147 Bab 146. Kondangan
148 Bab 147. Kegugupan Rasya
149 Bab 148. Ijab Kobul
150 Bab 149. Wedding Rasya-Tasyi
151 Bab 150. Mengenang Masa Lalu
152 Bab 151. Ganguan Pagi Hari
153 Bab 152. Karyawan Tidak Tahu Diri
154 Bab 153. Good Wife And Good Mom
155 Bab 154. Pemicu Kehancuran
156 Bab 155. Tak Berarti
157 Bab 156. Alasan
158 Bab 157. Demi Sahabat
159 Bab 158. Ganti Rugi
160 Bab 159. Sambutan Kepulangan
161 Bab 160. Rasa Yang Tak Dapat DiBohongi
162 Bab 161. Tingkah Menjijikan
163 Bab 162. Kurangnya Komunikasi
164 Bab 163. Kepedulian Rapa
165 Bab 164. Cepat Sembuh Sayang
166 Bab 165. Rahasia Andra
167 Bab 166. Terungkap
168 Bab 167. Rasya Lagi, Lagi-Lagi Rasya
169 Bab 168. Bidadari Pelindung
170 Bab 169. Ngidam Yang Meresahkan
171 Bab 170. Resah
172 Bab 171. Kesibukan Sore Hari
173 Bab 172. Mantan Bukan Sosok Mengerikan
174 Bab 173. Story Maura-Miko
175 Bab 174. Story Rasya
176 Bab 175. Story Rasya #2
177 Bab 176. Story Rasya #3
178 Bab 177. Story Rasya-Tasyi
179 Bab 178. Story Andra
180 Bab 179. Story Andra #2
181 Bab 180. Story Andra #3
182 Bab 181. Story Andra #4
183 Bab 182. Story Andra-Dini
184 Bab 183. Bonus Chapter
185 Bab 184. Bonus Chapter #2
186 Bab 185. Bonus Chapter #3
187 Bab 186. Bonus Chapter #4
188 Bab 187. Bonus Chapter #5
189 Bab 188. Bonus Chapter #6 (END)
190 Info
Episodes

Updated 190 Episodes

1
Bab 1. Laki-laki Itu
2
Bab 2. Penolakan
3
Bab 3. Jangan Berharap
4
Bab 4. Terus Berusaha
5
Bab 5. Berusaha Meyakinkan
6
Bab 6. Tentang Masa Lalu
7
Bab 7. Reuni SMA
8
Bab 8. Babysitter
9
Bab 9. Gengsi
10
Bab 10. Demam
11
Bab 11. Ketakutan Kai
12
Bab 12. Ancaman Kai
13
Bab 13. I Love You Too
14
Bab 14. Anak Cabe
15
Bab 15. Lamaran
16
Bab 16. Terlantar
17
Bab 17. Masa Lalu Kai
18
Ba 18. Derita Rapa
19
Bab 19. Patah Hati Masal
20
Bab 20. Batal Tunangan (?)
21
Bab 21. Menyebalkan
22
Bab 22. Mengenang
23
Bab 23. Menggemaskan
24
Bab 24. Duo Kurbel
25
Bab 25. Terancam
26
Bab 26. Hari Melelahkan
27
Bab 27. Leo Dan Rahasianya
28
Bab 28. Menyetok Pelukan
29
Bab 29. Berjuang Sendirian
30
Bab 30. Menyulut Emosi
31
Bab 31. Ijab Kobul
32
Bab 32. Ide Pernikahan
33
Bab 33. Sosok Menyeramkan
34
Bab 34. Drama Lama
35
Bab 35. Tidak Percaya Diri
36
Bab 36. Pesanan
37
Bab 37. Gaun Pengantin
38
Bab 38. Masih Ada Waktu
39
Bab 39. Bahagia Sederhana
40
Bab 40. Pengalaman Pertama
41
Bab 41. Supermarket
42
Bab 42. Sweet Night
43
Bab 43. Suka Kamu
44
Bab 44. Tidak Bisa Di Abaikan
45
Bab 45. Kenyataan Tentang Leo
46
Bab 46. Janji Kai
47
Bab 47. Selamat Berbahagia Di Keabadian
48
Bab 48. Kesembuhan Leo
49
Bab 49. Perdebatan Kecil
50
Bab 50. Melepaskan
51
Bab 51. Ngidam Laura
52
Bab 52. Tidak Ingin Menyia-nyiakan
53
Bab 53. Rezeki Tengah Malam
54
Bab 54. Apakah Ini Cinta?
55
Bab 55. Definisi Orang Tua menyebalkan yang Sesungguhnya.
56
Bab 56. Rencana Kepulangan
57
Bab 57. Back Home
58
Bab 58. Mertua Kurang Ajar
59
Bab 59. Poor Rasya
60
Bab 60. Tingkah Papi Mertua Bikin Elus Dada
61
Bab 61. Mencegah Kesalahpahaman
62
Bab 62. Rencana Kai
63
Bab 63. Bukan Kabar Bahagia
64
Bab 64. Gagal Menjadi Orang Tua
65
Bab 65. Tidak Ingin Berlarut-larut
66
Bab 66. Resmi Kehilangan
67
Bab 67. Sosok Bidadari
68
Bab 68. Cita-cita Terbesar
69
Bab 69. Keributan
70
Bab 70. Tidak Tahu Diri
71
Bab 71. Mari Lupakan
72
Bab 72. Ancaman Baru
73
Bab 73. Rapa Dan Ketakutannya
74
Bab 74. Keresahan
75
Bab 75. Siap-Siap Punya Mantu
76
Bab 76. Tak Yakin Soal Hubungan
77
Bab 77. Ini Bukan Mimpi 'Kan?
78
Bab 78. Terlampau Santai
79
Bab 79. Objek Cemburu
80
Bab 80. Bermelow-Melow Ria
81
Bab 81. Memalukan
82
Bab 82. Nyaman
83
Bab 83. Kehidupan Baru
84
Bab 84. Kabar Bahagia
85
Bab 85. Ngidam
86
Bab 86. Salah Pilih Lawan
87
Bab 87. Berlebihan
88
Bab 88. Nasib Bawahan
89
Bab 89. Ceroboh
90
Bab 90. Good Night
91
Bab 91. Sombong Itu Di Perlukan
92
Bab 92. Masalah Rasya
93
Bab 93. Calon Jodoh Rasya
94
Bab 94. Berharap Hilang Ingatan
95
Bab 95. Khawatir Berlebihan
96
Bab 96. Night Moment
97
Bab 97. Gangguan
98
Bab 98. Bodyguard
99
Bab 99. Perasaan Andra
100
Bab 100. Membiasakan Diri
101
Bab 101. Tak Sabar
102
Bab 102. Kenyataan
103
Bab 103. Kena Imbas
104
Bab 104. Emosi Andra
105
Bab 105. Bikin Elus Dada
106
Bab 106. Julid
107
Bukan Update!!!
108
Bab 107. Tragedi
109
Bab 108. Meresahkan
110
Bab 109. Ibu Hamil Merepotkan
111
Bab 110. Ibu Hamil Menyebalkan
112
Bab 111. Sahabat Gak Ada Akhlak
113
Bab 112. Kepanikan
114
Bab 113. Kesedihan Yang Belum Usai
115
Bab 114. Ngidam Yang Meresahkan
116
Bab 115. Tendangan Pertama
117
Bab 116. Jangan Pergi
118
Bab 117. Menyudahi Kesedihan
119
Bab 118. Bad Mood
120
Bab 119. Mode Judes
121
Bab 120. Kuliner Malam
122
Bab 121. Pak Bakpau
123
Bab 122. Secinta Itu Memang
124
Bab 123. Menjenguk Dengan Maksud
125
Bab 124. Kegalauan Andra
126
Bab 125. Miko Dan Maura
127
Bab 126. Orang Sakit Yang Terbully
128
Bab 127. Derita Belum Usai
129
Bab 128. Keresahan Menjelang Persalinan
130
Bab 129. Suami Siaga
131
Bab 130. Melahirkan
132
Bab 131. Malaikat Baru
133
Bab 132. Janji Kai
134
Bab 133. Cowok Tampan Yang Terdzolimi
135
Bab 134. Belajar Menjadi Orang Tua
136
Bab 135. Hampir Kebablasan
137
Bab 136. Kedatangan Tamu Normal
138
Bab 137. Kenyataan Hati Rasya
139
Bab 138. Geram
140
Bab 139. Kisah Tersembunyi
141
Bab 140. Pengganggu Di Sore Hari
142
Bab 141. Sultan Mah Bebas
143
Bab 142. Beruntung Memilikimu
144
Bab 143. Tak Sabar
145
Bab 144. Menjelang Hari H
146
Bab 145. Sadar Kasih Sayang
147
Bab 146. Kondangan
148
Bab 147. Kegugupan Rasya
149
Bab 148. Ijab Kobul
150
Bab 149. Wedding Rasya-Tasyi
151
Bab 150. Mengenang Masa Lalu
152
Bab 151. Ganguan Pagi Hari
153
Bab 152. Karyawan Tidak Tahu Diri
154
Bab 153. Good Wife And Good Mom
155
Bab 154. Pemicu Kehancuran
156
Bab 155. Tak Berarti
157
Bab 156. Alasan
158
Bab 157. Demi Sahabat
159
Bab 158. Ganti Rugi
160
Bab 159. Sambutan Kepulangan
161
Bab 160. Rasa Yang Tak Dapat DiBohongi
162
Bab 161. Tingkah Menjijikan
163
Bab 162. Kurangnya Komunikasi
164
Bab 163. Kepedulian Rapa
165
Bab 164. Cepat Sembuh Sayang
166
Bab 165. Rahasia Andra
167
Bab 166. Terungkap
168
Bab 167. Rasya Lagi, Lagi-Lagi Rasya
169
Bab 168. Bidadari Pelindung
170
Bab 169. Ngidam Yang Meresahkan
171
Bab 170. Resah
172
Bab 171. Kesibukan Sore Hari
173
Bab 172. Mantan Bukan Sosok Mengerikan
174
Bab 173. Story Maura-Miko
175
Bab 174. Story Rasya
176
Bab 175. Story Rasya #2
177
Bab 176. Story Rasya #3
178
Bab 177. Story Rasya-Tasyi
179
Bab 178. Story Andra
180
Bab 179. Story Andra #2
181
Bab 180. Story Andra #3
182
Bab 181. Story Andra #4
183
Bab 182. Story Andra-Dini
184
Bab 183. Bonus Chapter
185
Bab 184. Bonus Chapter #2
186
Bab 185. Bonus Chapter #3
187
Bab 186. Bonus Chapter #4
188
Bab 187. Bonus Chapter #5
189
Bab 188. Bonus Chapter #6 (END)
190
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!