“Silahkan tuan putri,” Kai membukakan pintu mobil untuk Laura yang malam ini tampil begitu cantik dalam balutan gaun berwarna biru lembut sepanjang mata kaki tanpa lengan. Rambutnya di biarkan tergerai indah, dan hanya berhiaskan jepit rambut Mutiara. Make up yang menempel di wajahnya hanya make up tipis natural, tapi sukses membuat Laura secantik bidadari, bahkan sepertinya bidadari pun kalah cantik oleh Laura malam ini.
“Yakin nih gak mau gandeng,” goda Kai begitu Laura hendak melangkahkan kaki menuju hotel yang ada di depannya, tempat dimana acara reuni diselenggarakan.
Dengan terpaksa Laura menautkan tangannya di lengan Kaivan dan berjalan bersama menuju lobi hotel, lalu masuk ke dalam lift bersama beberapa orang lainnya yang sudah lebih dulu menunggu. Setibanya di ballroom lantai lima belas, gugup itu mulai Laura rasakan apalagi saat melihat orang-orang yang cukup dirinya ingat memanggil Kai, menyuruhnya untuk menghampiri.
Awalnya Laura tidak ingin ikut, tapi Kai tidak mau melepaskannya, jadilah disini Laura berdiri sekarang, di depan kedua teman Kaivan yang masih Laura ingat wajah dan namanya. Rasya dan Andra, sahabat dekat Kai sejak SMA dulu. Dan tidak menyangka bahwa hingga saat ini mereka masih bersahabat. Padahal setahu Laura semua akan berpencar setelah sama-sama sukses.
“Siapa nih Kai yang lo gandeng? Cantik, boleh kali kenalin sama gue,” ujar Andra tersenyum manis pada Laura yang membuang muka.
“Lo gak kenal?” tanya Kai pada sahabatnya itu. Andra dan Rasya menatap lamat-lamat, membuat Laura risi karenanya, dan semakin mengeratkan cengkeramannya di tangan Kai.
“Kayak kenal sih, tapi gue lupa. Memangnya dia siapa, Kai?” Rasya menggaruk kepala belakangnya saat tidak juga dapat mengingat sosok dalam gandengan Kaivan.
“Calon istri gue,” ucap Kai, langsung mendapat cubitan dari Laura. Namun Kai sendiri malah tertawa karenanya.
“Serius lo, Kai?” heboh Andra sampai menarik perhatian yang lainnya. Orang-orang yang semula sibuk dengan aktivitasnya masing-masing mulai menghampiri Kai, Rasya dan Andra. Semua menatap penasaran ke arah Laura sambil menyapa Kai dengan akrab. Laura tahu Kai memiliki banyak teman di tengah tempramennya yang buruk, mereka tetap solid dan menjadi teman yang care, meski tidak semuanya. Tapi Laura cukup iri dengan itu, pasalnya ia tidak memiliki teman satu pun. Pernah dulu, namun sayangnya yang dianggapnya sahabat itu bermuka dua.
“Lo Laura ‘kan?” salah satu dari mereka ternyata mengenali dirinya, Laura hanya tersenyum kecil sebagai respons, namun tidak menyangka bahwa mereka akan berubah heboh terutama Andra dan Rasya yang sempat tidak mengenali.
“Lo beneran Laura?” ulang Andra memastikan.
“Iya,” singkat Laura menjawab dengan seulas senyum di bibir. Membuat beberapa dari mereka terpesona sampai lupa bagaimana menutup mulut dan bernapas.
“An**r, kok makin cantik!" seru Rasya, satu diantara beberapa orang yang terpesona akan Laura. Kai yang menyadari tatapan kagum teman-temannya itu pun dengan segera menarik Laura, menyembunyikan perempuan itu dalam pelukannya, sekaligus memberi tahu semua orang yang ada di sana bahwa Laura adalah miliknya. Ya, meskipun ajakan balikannya belum juga di’iya’kan.
“Punya gue, ingat!” tegas Kai penuh peringatan. “Awas deh lo pada minggir, calon istri gue pegel berdiri terus dari tadi,” lanjut Kai meminta teman-temannya itu memberi jalan untuk dirinya dan Laura.
“Lo apa-apaan sih, Kai!” gerutu Laura pelan.
“Apa-apaan gimana maksudnya, sayang?” alis Kai terangkat sebelah, tidak paham dengan maksud dari ucapan perempuan cantik itu.
“Ngakuin gue sebagai calon istri, ingat ya gu—”
“Emangnya kamu yakin gak mau nikah sama aku?” potong Kai cepat. Ia tidak mau mendengar kembali penolakan tak langsung Laura yang sudah sering kali dilontarkannya.
“Y—ya bu—bukan gi—”
“Oke fix, berarti kamu mau nikah sama aku,” lagi Kai memotong kalimat Laura dengan cepat, kali ini di susul dengan satu kecupan singkat di pelipis Laura, membuat perempuan itu mematung, dan menatap Kai dengan sorot mata sulit diartikan.
“Aku sadar sudah mengecewakan kamu di masa lalu, La, tapi di masa sekarang dan masa yang akan datang aku berjanji untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Sejak dimana kamu mengakhiri hubungan kita dulu, sejak saat itu pula lah penyesalan muncul dan menghantuiku selama sepuluh tahun ini. Aku sadar kesalahanku dulu tidak bisa begitu saja kamu maafkan, tapi tolong, beri aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku mencintaimu, sejak dulu hingga sekarang dan di masa yang akan datang cinta ini hanya milik kamu seorang. Aku tidak akan memintamu untuk percaya, aku hanya minta sebuah kesempatan untuk aku membuktikannya. Laura, apa kamu mau memberiku kesempatan kedua?” ungkap Kai dengan sungguh-sungguh. Matanya menatap tepat iris Laura dengan kening yang saling bersentuhan, elusan lembut Kai berikan di pipi mulus perempuan cantik itu. Kai menunggu jawaban Laura saat ini.
“Kai ….”
“Please say yes!” mohon Kaivan dengan raut memelas.
Laura memejamkan matanya sejenak, menarik dan membuang napasnya perlahan, lalu …
“Oke, terakhir,” jawab Laura pada akhirnya. Mata Kai membulat, kedua sudut bibirnya terangkat sempurna, dan hampir saja sebuah teriakan gembira meluncur jika saja tidak cepat-cepat Laura membungkam mulutnya.
“Kamu serius ‘kan La?” tanya Kaivan untuk memastikan. Laura mengangguk yakin dengan senyum tipis terukir manis. “Terima kasih, sayang.” Bisik Kai benar-benar bahagia, bahkan saking bahagianya kini Kai memeluk Laura begitu erat, membuat perempuan itu sesak karenanya.
“Kai—”
“Maaf sayang,” cengir Kai melepaskan pelukannya, lalu membawa Laura menuju meja bundar yang masih kosong, tidak sama sekali memedulikan berpasang-pasang mata yang memperhatikan tingkah aneh mereka. Lebih tepatnya tingkah aneh Kai, karena Laura tentu normal-normal saja.
“Mau minum apa? Aku ambilin,”
“Orange jus,” singkat Laura menjawab. Kai mengangguk lalu bangkit dari duduknya.
“Tunggu sebentar, jangan ke mana-mana,” pesan Kaivan seraya mengusak pelan rambut Laura. Perempuan itu hanya memutar bola mata jengah, meski tidak dapat di bohongi bahwa hatinya berdesir hangat dengan perhatian sederhana yang Kai berikan.
Niat Kai yang semula hanya akan mengambil minum teralihkan dengan berbagai kue yang terhidang di meja panjang yang di khususkan untuk menjamu tamu undangan. Kai bukan pecinta manis seperti kue-kue itu, namun keberadaan cup cake strawberry diantara kue-kue lainnya menarik perhatian Kai, karena itu adalah kesukaan Laura.
Saat mereka pacaran dulu, Kai sering kali membeli kue seperti itu untuk Laura, dan mumpung sekarang ada, Kai tidak akan mengabaikannya. Kekasihnya itu pasti senang ia bawakan kue kesukaannya.
“Hai Kai,” sapa seorang perempuan, membuat Kai yang tengah mengambil beberapa kue menoleh ke asal suara.
“Oh, hai Sil,” balas Kai seadanya, lalu melangkah mengambil dua gelas minuman. Tidak lagi menghiraukan perempuan yang menyapanya barusan. Namun Kai tidak mengira bahwa perempuan itu akan mengikutinya.
“Lo kerepotan kayaknya, boleh gue bantu,” kata Prisil - perempuan yang beberapa detik lalu menyapa Kai.
“Gak perlu, gue bisa kok,” jawab Kai yang lagi dan lagi tanpa respons berarti.
“Lo datang sama siapa?” tidak menyerah, Prisil kembali bertanya pada Kaivan yang sudah melangkahkan kaki kembali menuju mejanya, yang kini sudah di isi kedua sahabatnya, dan sialnya kedua bujangan itu malah melancarkan aksi menggoda Laura, membuat rahang Kai mengeras dan ia menambah laju langkahnya, mengabaikan celotehan kepo Prisil.
“Siapa yang izinin kalian berdua goda-goda calon istri gue?!” tajam Kai pada dua sahabatnya.
“Yaelah, Kai, pelit amat lo sama sohib sendiri. Perasaan si amat juga gak kenal lo,” delik Andra sebal.
“Bod*!” Kai lalu duduk di samping Laura setelah menyimpan minuman dan juga piring berisi kue yang di ambilnya. “Cup cake strawberry. Kamu masih suka ‘kan?” tanya Kai dengan suara berubah lembut. Laura mengangguk antusias, dengan segera mengambil kue di piring dan melahapnya tanpa lebih dulu mengucapkan terima kasih. Kai hanya bisa geleng-geleng kepala, sudah tahu bagaimana Laura jika sudah dihadapkan dengan makanan kesukaannya satu itu.
“Pelan-pelan makannya, sayang, nih sampai belepotan gini,” tangan Kai terulur menyeka sudut bibir Laura yang terdapat whipcream.
Apa yang dilakukan Kai tersebut sukses membuat Laura mematung, Andra dan Rasya melongo sedangkan perempuan yang tadi mengikuti Kai mengepalkan tangannya, sebelum kemudian melangkah menghampiri sambil mengulas senyum.
“Hai, boleh gue gabung?” tanyanya dengan sok akrab. Andra dan Rasya yang tahu siapa perempuan itu langsung memutar bola matanya malas. Nenek sihir berwajah bidadari memulai aksi. Itulah yang ada dalam pikiran mereka.
Kai hendak menolak, tapi Laura lebih dulu mempersilahkan. Kai di buat bingung sendiri. Ia masih ingat beberapa hari lalu saat di rumah sakit Laura masih terlihat membenci perempuan yang dulu dianggapnya sahabat. Lalu kenapa sekarang Laura bisa bersikap biasa aja? Apa mungkin kekasihnya itu sudah memaafkan Prisil?
“Lo Laura ‘kan?” Prisil menunjuk Laura dengan mulut terbuka, terkejut.
“Iya,” jawab Laura tersenyum manis. “Halo Prisil, lama tidak bertemu. Gimana kabar lo?” sapa Laura seperti teman lama yang baru kembali bertemu.
“Ah, baik, gue baik,” Prisil memaksakan senyumnya. “Kalian balikan?” lanjutnya bertanya, menunjuk Kai dan Laura bergantian.
“Kami gak pernah putus,” jawab Laura tenang, mengejutkan Kai dan kedua sahabatnya.
“Bu—bukannya waktu itu ….”
“Kami cuma pura-pura putus saat itu. Gue sengaja minta Kai buat ngasih kesempatan lo jadi pacarnya karena gue tahu lo suka sama Kai, sampai segala cara lo lakuin termasuk laporin gue yang enggak-enggak,” Laura menarik kedua sudut bibirnya semakin lebar, senyum manis yang entah mengapa malah membuat suasana di meja itu jadi menyeramkan, Andra dan Rasya sampai bergidik mendengarnya.
“Sebagai sahabat bukannya gue begitu baik?” lanjutnya menohok tepat harga diri Prisil. Wajah perempuan itu memerah, antara kesal dan malu.
Sementara Laura kembali mengalihkan perhatiannya pada makanan yang Kai bawa, tidak lagi memedulikan mantan sahabatnya itu.
“Ini enak banget loh, Ay, beda banget sama yang biasa kamu beli,” komentar Laura pada cup cake yang sedang dinikmatinya.
“Masa sih,” Kai mencuri satu gigitan cake di tangan Laura, memanfaatkan sandiwara yang dimainkan kekasihnya itu. Kapan lagi coba Laura bersikap manis seperti ini. Pikir Kai mengelum senyum. “Tapi lebih enak buatanku deh, Yank, soalnya kan aku buatnya pakai cinta,” kedip Kai genit, membuat wajah Laura bersemu merah, dan Kai gemas melihatnya, sayang jika ia tidak mengecupnya. Sekali lagi Kai mencuri kesempitan dalam kesempatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
keyla
terbalik,kesempatan dlm kesempitan🤣🤣
2023-01-01
0
Taufan Kamilah
anjay keren abis si kai memanfaatkan kesempatan. baca juga terikat Mumtaz ya
2021-11-03
0
AzaleaQueenza
laura waktu kecil kayaknya indigo
2021-10-06
0