“Berasa ngajak main anak-anak ya, Yank, padahal nikah aja kita belum,” kekeh Kai melihat bagaimana mereka berdua sibuk mengikuti Nathan dan Nathael yang antusias dengan berbagai permainan yang ada di Universal studio. Laura sampai kewalahan dan lelah mengikutinya. Untung ada Kai, jika tidak sudah pasti dua bocah itu hilang di keramaian.
“Gak apa-apalah hitung-hitung belajar,” respons Laura dengan santai, entah itu diucapkan dengan sadar atau tidak, yang jelas Kai senang kekasihnya tidak membantah seperti biasanya.
“Mau punya anak berapa kita nanti?” mengambil kesempatan dalam mood baik sang kekasih, Kai mulai memancing pembahasan serius tentang masa depan mereka. Karena Jujur saja Kai sudah ingin segera berumah tangga dengan gadis itu.
“Dua anak lebih baik,” lirik Laura seraya mengedipkan sebelah matanya kemudian bangkit dari duduk, melangkah menghampiri dua ponakannya yang masih asik bermain. Kai sendiri mengelum senyumnya sebelum menyusul sang kekasih. Harapan besar sudah mendapat lampu hijau, semoga tidak lama lagi ia bisa sepenuhnya memiliki sang terkasih.
Sisa hari mereka di Singapura tidak hanya dihabiskan di Universal studio saja, Laura mengajak dua ponakan dan kekasihnya menuju tempat-tempat lain yang menjadi favoritnya, tempat yang tentu saja sudah Laura kenal baik mengingat dirinya cukup lama tinggal di negara ini. Meskipun terlalu sibuk dengan kuliahnya, Laura tetap menyempatkan diri untuk mengeksplor tempat-tempat di Singapura ini bersama teman-temannya.
Tidak lupa Laura juga mengabadikan moment langka ini lewat foto yang langsung Kai unggah di media socialnya, sedangkan Laura lebih senang mengoleksinya sendiri di ponsel, tanpa membagikan setiap moment yang dirinya miliki pada dunia luar. Perbedaan yang berbanding terbalik dengan Kai.
Puas dengan bermain dan membeli oleh-oleh, keempatnya memutuskan untuk kembali ke apartement dan istirahat sebelum besok kembali pulang ke tanah air dan mulai melakukan aktivitas seperti biasanya. Nathan dan Nathael sudah tumbang begitu tiba, begitupun dengan Kai. Hanya Laura yang masih terlihat segar meskipun hanya sedikit.
Jam di dinding masih menunjukan pukul delapan malam, masih cukup siang untuk tertidur. Itu sebabnya Laura memilih mengemas barang-barang yang akan dirinya bawa pulang agar besok tidak terlalu kerepotan.
“Yank, kamu gak istirahat?” Kai berdiri di ambang pintu kamar Laura dengan wajah lesu yang begitu ketara.
“Iya nanti. Kamu kenapa ke sini? Lanjut istirahat sana,” Kai bukannya menuruti, laki-laki itu malah justru melangkah masuk dan duduk di samping Laura yang tengah mengemas oleh-oleh mereka ke dalam koper.
Sebenarnya oleh-oleh seperti ini sudah tidak aneh untuk keluarganya tapi Lyra juga Indah sebagai ibu-ibu ingin membagi para tetangga. Entahlah niatnya memberi atau pamer, Laura tidak paham dengan pemikiran para sesepuh.
“Mau bantu kamu aja,” kata Kai mulai membuka kantung belanjaan berisi mainan si kembar yang Kai beli kemarin tanpa Laura.
“Itu beli mainan sebanyak itu buat apa coba? Nathan sama El udah besar loh, gak pernah mainin yang gituan lagi,” mata Laura membulat melihat bermacam mainan yang dibeli ponakannya.
“Itu semua kamu yang bayar?” Kai hanya mengangguk sebagai jawaban. Laura berdecak seraya geleng kepala menatap mainan yang berhamburan di karpet berbulu tebal yang menjadi alas lantai kamarnya.
“Astaga, gak mungkin ini cuma abis sejuta dua juta. Gak mau tahu pokoknya ini semua harus Bang Rapa ganti. Tuh bocah nyebelin emang, gak beda jauh sama Emaknya, doyan belanja!” lanjut Laura mengomel.
“Gak apa-apa kali, Yank, kalau selagi ada uang,” santainya tidak terlalu mempermasalahkan ia habis berapa banyak uang untuk membeli semua barang-barang kurang berguna itu selagi calon ponakannya senang.
“Bukan masalah uangnya, aku tahu kamu punya lebih dari cukup, tapi gak bisa gitu dong nanti dia kebiasaan berani minta sama orang lain. Gak pokoknya, Bang Rapa harus ganti. Belum apa-apa udah diporotin aja, emang dasar dia tuh Abang kurang akhlak! Bisa banget ngemanfaatin orang,” omelnya bersungut-sungut.
Kai hanya memperhatikan dengan sesekali senyum. Dalam benaknya ia membayangkan bagaimana kehidupannya setelah menikah nanti. Pasti seru mendengar omelan-omelan Laura padanya yang susah dibilangin.
Terkadang Kai sulit percaya, seorang Laura yang sejak dulu dikenal dengan pribadi yang tenang dan cuek bisa secerewet ini. Mengomel untuk hal-hal yang menurutnya tidak terlalu penting.
“Ya udah iya, nanti minta ganti rugi Abang kamu,” ucap Kai mengalah, lalu memeluk kekasihnya itu dari belakang, membuat Laura yang hendak kembali mengeluarkan suaranya tersentak dan mengatupkan mulutnya dengan tubuh menegang.
“Ka- Kai ….”
“Apa sayang?” tanya Kai pura-pura tidak mengerti dengan kegugupan sang kekasih.
“Lep—”
“Biarin seperti ini dulu, please! Aku kangen, Yank, sepuluh tahun pisah dari kamu buat aku gak semangat jalani hidup. Setiap malam aku menyesali kebodohanku dan merutuki diri yang sudah mengecewakanmu. Rasanya seperti aku kehilangan jiwa, apalagi saat tahu kamu memilih untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Saat itu aku ingin menyerah pada hidupku karena merasa bahwa tidak ada orang yang benar-benar menyayangiku. Aku merasa bahwa hidupku percuma. Tapi beruntungnya Papa mulai mau meluangkan waktunya dan kehadiran Mama Indah menyadarkanku mengenai hidup yang berharga ini. Kasih sayang yang semula tidak pernah aku dapatkan akhirnya Mama Indah rela mencurahkannya untukku. Aku bersyukur, di tengah rasa frustrasiku beliau hadir, membantuku untuk menjadi lebih baik. Meredakan setiap emosi yang masih sulit aku kendalikan. Hingga saat ini, waktu mempertemukan kita kembali.”
Kai mengukir senyumnya, tidak menyangka bahwa Tuhan begitu baik kepadanya, mau memberikan kesempatan untuknya merasakan kebahagiaan yang sempurna, cinta yang tulus dan kasih sayang yang berlimpah. Jika semua anak merasakan semua itu di masa kecil mereka, maka Kai merasakan semuanya setelah beranjak dewasa. Tapi Kai tidak menyesali, Ia justru bersyukur setidaknya ia masih bisa merasakannya walau terlambat. Namun bukankah semuanya tidak ada yang terlambat? Ya, karena Tuhan memberikan apa-apa yang kita inginkan di waktu yang tepat. Hanya saja kita yang kadang tidak mensyukurinya.
“Kenapa Om Angga tiba-tiba mau meluangkan waktu untuk kamu? Bukannya kamu bilang kalau Om Angga bahkan jarang pulang ke rumah?” tanya Laura yang masih penasaran akan alasan dibalik ayah dari kekasihnya mau meluangkan waktu, sedangkan selama pacaran dengan Kai saat remaja dulu Laura selalu mendengar bahwa Kai kesepian. Laki-laki itu selalu mengeluh bahwa sang ayah yang tidak lagi pulang, dia hanya bersama pembantu rumah tangga sekaligus pengasuhnya sejak kecil.
“Dulu aku sempat akan terjatuh pada pergaulan yang semakin rusak,” Kai mendongakkan kepala mengingat masa kelamnya, masih dalam posisi memeluk Laura dari belakang karena dengan posisi seperti ini Kai merasa nyaman.
“Mak- maksudmu?” Laura menoleh agar dapat melihat wajah Kai yang berada tepat di pundaknya, keningnya mengerut sebagai tanda bahwa dirinya begitu penasaran akan cerita Kai sebelum perubahannya ini.
Laura tidak pernah mendengar kabar apa pun lagi tentang teman-teman semasa SMA-nya dulu karena ia memang tidak banyak mengenal mereka, paling hanya sekedar nama dan kedekatan biasa yang berhubungan dengan kelompok dan kelas. Kabar Kai apa lagi, karena saat itu Laura memang menutup semua akses untuk laki-laki itu, mulai dari memblokir nomor ponselnya hingga akun di media social. Semuanya tentang masa SMA-nya Laura tinggalkan termasuk perasaannya kepada Kai yang di kuburnya dalam-dalam. Itulah alasan kenapa Laura tidak tahu apa pun yang terjadi dengan pria itu.
“Dulu aku hampir jadi pecadu obat-obatan terlarang, beruntung Rasya dan Andra segera mencegahku dan melaporkanku pada Papa,” cerita Kai sedikit mengulas senyumnya, bersyukur karena ia memiliki dua sahabat yang begitu peduli kepadanya.
“Om Angga marah?” Laura semakin penasaran.
“Hampir pukulin aku malah,” Kai terkekeh pelan. “Tapi Si Rasya dengan berani balik marah sama Papa. Bahkan dia maki-maki Papa saat itu. Rasya dan Andra menyadarkan Papa bahwa apa yang terjadi padaku semua berawal dari pengabaiannya, sejak itu Papa mulai mau membuka dirinya, menyempatkan waktu untukku hingga akhirnya dia datang bersama Mama Indah, mengenalkannya sebagai calon Mamaku.” Lanjutnya mengenang bagaimana awal ia dikenalkan dengan wanita yang sekarang menjadi ibunya.
Awalnya Kai tentu tidak suka, ia menolak kehadiran wanita itu karena menganggap bahwa dengan adanya dia, sang papa akan kembali mengabaikannya. Namun Indah tidak menyerah, terus mendekati Kai, memberi kasih sayang dan juga perhatiannya hingga akhirnya Kai luluh dengan ketulusan ibu tirinya. Sampai sekarang Kai begitu menyayangi Indah selayaknya ibu sendiri, sebab memang tidak ada alasan untuk dirinya membenci wanita paruh baya itu.
“Sejak kepergian kamu, aku tahu bahwa memang sebesar itu pengaruhmu dalam hidupku, padahal kamu tahu sendiri bahwa niat awalku adalah mempermainkan kamu. Sama seperti aku mempermainkan perempuan-perempuan lain, tapi aku malah terperosok terlalu dalam. Kamu memang hebat, Yank,” puji Kai bangga pada sang kekasih dalam pelukannya.
“Yang hebat itu kamu, mau berubah dan memaafkan Om Angga yang sempat mengabaikan kamu,” Laura mengulas senyum bangga.
“Ya, dan aku janji tidak akan mengulang kesalahan Papa untuk anak-anakku kelak. Karena aku sudah tahu bagaimana sakitnya di abaikan sosok orang tua. Kamu mau kan bantu aku?” anggukan adalah jawaban yang Laura berikan, membuat Kai semakin mengeratkan pelukannya dan menjatuhkan kecupan di pipi gadisnya itu seraya mengucapkan terima kasih.
“Sekarang lepasin pelukannya, ya, aku mau lanjut berkemas biar besok gak terlalu repot. Ingat loh pesawat kita jam delapan pagi. Kamu lebih baik istirahat aja deh sama si kembar,” usiran halus Laura tidak sama sekali Kai pedulikan. Laki-laki itu enggan melepaskan kenyamanannya. Laura hanya mendesah pasrah, melanjutkan pekerjaannya dalam gerak yang terbatas.
“Yank,” panggil Kai di depan telinga Laura.
“Hem,” jawaban singkat.
“I love you,” bisik Kai begitu dalam, seolah memberi tahu sang kekasih bahwa dia begitu mencintai perempuan itu.
Laura tidak menjawabnya, perempuan itu hanya diam sesaat sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Setelahnya suasana kembali sunyi, hanya dentingan jam dan suara napas keduanya yang menjadi background.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
oneng is back
I LOVE U TOO KAI...
2021-03-07
1
uciha sasuke
next
2021-03-04
1
Nita Suryani
❤️❤️❤️❤️ untuk kai bisa melawan arah negatifnya...
2021-03-04
1