"Nty, makan yuk,” ajak Nathan pada Laura yang masih asyik menikmati es krim yang dibelikan Kai.
“Udah puas mainnya?” Laura bertanya dengan sebelah alis terangkat. Ia ingin memastikan terlebih dulu bahwa keponakannya itu benar-benar sudah selesai bermain, ia malas jika harus pergi ke tempat lain lagi dan berakhir menunggu lagi seperti ini, dan ia sudah lelah ingin segera pulang ke rumah.
Seketika Laura ingin menjadi kaum rebahan. Enak sepertinya hanya tiduran dan malas-malasan di rumah tanpa khawatir dengan hari senin yang mengharuskan kembali beraktivitas. Manusia memang kadang lupa untuk bersyukur. Dikasih kerjaan ngeluh, nganggur uring-uringan. Hidup memang rumit, tapi mati jelas belum kepikiran. Ah, dasar manusia, serba salah.
“Untuk sekarang udah, tapi minggu depan ajak ke dunia fantasi ya, Nty,” cengir El, yang menyusul di belakang kembarannya.
“Lo terlalu the poin, El kalau urusan main,” ujar Nathan menoyor kening kembarannya itu. “Jeda dulu harusnya, nunggu hari sabtu atau dadakan kayak tadi, biar gak ada alasan Aunty nolak. Kalau gini ceritanya yang ada Aunty akan buat seribu alasan untuk menghindar ngajak kita main. Lo selama ini kan tahu bagaimana sok sibuknya, Aunty Ela,” lanjut Nathan mengoceh seperti orang yang tengah dibicarakannya itu tidak berada di sana.
Laura mendengus keras agar kedua bocah itu dapat mendengar dan tahu bahwa Laura ada di sana. “Kalian emang paling pinter gibahin orang, gak tanggung-tanggung lagi ngomongnya. Percis depan orangnya,” cibir Laura. “Emang gak salah kalau kalian anaknya Bang Rapa,” lanjut Laura memutar bola matanya.
“Udah ayo, mau makan dimana?” tanya Laura yang meski jengkel tetap tidak tega membiarkan dua ponakannya itu kelaparan.
“Tapi minggu depan ke Dufan ‘kan?” Nathan dan Nathael memastikan sambil mengikuti langkah Laura keluar dari area time zone.
“Jangan minggu depan, akhir bulan aja. Aunty ajak kalian ke Universal Studio Singapore, gimana?” tawar Laura, membuat mata kedua bocah itu berbinar dan mengangguk antusias.
“Kalau begitu deal ya akhir bulan, jadi minggu depan kita gak pergi ke mana-mana?” Nathan dan Nathael mengangguk setuju.
Laura membentuk jari telunjuk dan ibu jarinya menjadi huruf ‘o’ seraya tersenyum. “Kalian jangan lupa minta uang yang banyak sama Papa kalian. Ingat uangnya harus dari Papa, jangan minta ke kakek atau nenek!” Laura memberikan peringatan dengan tegas untuk dua bocah kesayangannya itu. Ya, meskipun menyebalkan tetap saja Laura menyayangi keponakan kembarnya.
“Tapi, Nty, minta uang sama Papa itu susah,” keluh Nathael yang mendapat anggukan setuju dari kembarannya.
“Itu urusan kalian, mau bujuk kayak gimana kek, yang penting dapat uangnya harus dari Papa. Kalau enggak, ya udah Universalnya batal, dan jangan harap Aunty mau ajak kalian ke Dufan!” tajam Laura, membuat dua bocah itu bergidik. Laura memang galak, dan Kai baru tahu bahwa ternyata perempuan itu tidak hanya ketus dan galak padanya saja. Ah, untunglah.
Tapi ke mana perginya sosok Laura yang lembut dulu? Etahlah, mungkin di gondol setan-setan yang berteman dengannya. Kai mengedikkan bahunya, lalu kembali mengikuti langkah Laura dan dua keponakannya yang berjalan mencari tempat makan sambil mengobrol, merencanakan kepergian mereka ke Singapura. Tapi ngomong-ngomong apa dirinya di ajak?
“Yank, hey tunggu!” teriak Kai saat menyadari bahwa ketiga orang yang bersamanya tadi sudah turun bersama escalator. Sialnya, ketiganya tidak menghiraukan Kai sama sekali. Benar-benar menyebalkan.
****
Pukul empat sore mereka baru saja pulang, Nathan dan Nathael dengan riangnya turun dari mobil Kai dan berlari masuk ke dalam rumah sambil berteriak memanggil penghuni rumah untuk pamer mainan baru yang di bayari oleh Kai. Sebenarnya Laura keberatan dan sempat menolak keinginan ponakannya itu, tapi dengan sok pahlawannya Kai malah justru membebaskan mereka mengambil apa pun yang di inginkan.
Laura bukannya pelit, hanya saja sayang uang karena Nathan dan Nathael jelas sudah memiliki banyak mainan di rumah. Dan itu sudah tidak pernah lagi di mainkan karena mereka mulai berganti hobi dengan bermain basket, futsal, badminton dan olahraga lainnya. Robot-robotan dan semacamnya terlalu anak-anak menurut si jenius Nathan. Tapi buktinya tetap saja di beli. Ck, dasar bocah!
“Berarti kalian harus sering-sering main sama Uncle Kai, biar dibeliin mainan terus,” ucap Rapa pada dua putranya yang sudah mulai membuka mainan barunya.
“Enak aja!” sembur Laura cepat begitu tiba di ruang keluarga, yang mana semua orang berkumpul santai sambil menikmati camilan sore. “Anak gue aja bukan, kenapa harus Kai yang beliin mainan mereka berdua. Lo Bapaknya, modal kek, jangan gratisan mulu yang di incer!” dengus Laura kesal, lalu melangkah duduk di sofa yang kosong sambil menarik Kai ikut dengannya.
Pemandangan itu tidak lepas dari penglihatan orang-orang di sana, terutama para orang tua yang kemudian mengulas senyum penuh arti. Mereka senang karena pada akhirnya Laura bisa menerima Kai lagi di hatinya.
“Yaelah, Dek, lagian ya, selagi ada yang gratis kenapa harus susah-susah bayar? Pemborosan itu namanya,” ucap Rapa enteng, sedangkan Laura semakin mendelik.
“Buat anak sendiri kok pelit,” cibir Laura memutar bola matanya jengah. “Udah nyuruh ngajak main gak ngasih uang, mainan harus dibayarin juga. Belum lagi jajannya yang gak sedikit. Punya abang keseringan gak tahu dirinya,” lanjut Laura melirik sinis kakak iparnya itu. “Babysiter aja di gaji, gue malah ngeluarin duit.” Tambahnya mengomel.
“Pamrih lo, Dek.”
“Pamrih itu kalau gue nawarin bantuan kemudian minta imbalan, ini kan lo yang nyuruh gue ngajak main anak-anak lo. Bayaran itu perlu, Bang,” jelas Laura meluruskan.
“Ck, dasar tidak berprikeiparan lo, La,” ujar Rapa mendelik sebal.
“Bodo!” Laura menjulurkan lidahnya ke arah Rapa, semakin membuat ayah tiga anak itu kesal dan berakhir melempar bantal yang ada di pangkuannya pada sang adik ipar, tapi Laura dengan cepat mengelak, bersembunyi di balik punggung Kai, hingga membuat laki-laki itu yang terkena. Laura tidak sadar bahwa tangannya melingkar di pinggang Kai, yang saat ini senyum-senyum kesenangan seolah mendapatkan rezeki nomplok.
“Ekhem, kemarin aja nolak-nolak, sekarang nyosor-nyosor,” sindir Leo, yang sebenarnya sedikit tidak rela putrinya memeluk pria selain dirinya. Sebagai seorang ayah, Leo masih cukup berat melepas putrinya saat ini, terlebih hanya Laura lah yang dirinya miliki setelah sang istri pergi dan putri pertamanya dinikahi Rapa.
Laura yang baru sadar akan hal itu langsung menarik tangannya dan mendorong tubuh Kai menjauh, hingga laki-laki itu terjungkal ke bawah saking kuatnya Laura mendorong.
“Astaga, Yank!” protes Kai yang cukup terkejut sekaligus malu karena mendarat dengan tidak tampan di lantai berkarpet bulu lembut di depan calon mertua dan iparnya. Sialnya lagi mereka malah menertawakannya. Benar-benar memalukan!
****
Hari ini Kai bukan hanya sekedar jadi pengasuh Nathan dan Nathael tapi juga menjadi Chef untuk makan malam mereka atas permintaan Lyra dengan alasan bahwa dia rindu masakan Kai. Padahal Laura tahu bahwa bundanya itu malas. Namun Kai tidak sama sekali keberatan karena selain untuk mendapat restu keluarga Laura, ia juga jadi bisa lebih lama bersama perempuan tercintanya itu di tambah dengan acara masak kali di bantu langsung oleh Laura. Menambah semangat Kai. Dan jujur saja bahwa adegan ini sudah Kai bayangkan dari jauh-jauh hari sebelum mereka kembali di pertemukan, Kai selalu membayangkannya di saat rindu menghampiri.
Sebenarnya Kai tidak pintar memasak seperti layaknya seorang Chef, hanya saja sebagai pemilik restoran, Kai belajar untuk mengolah beberapa hidangan yang di jual di restorannya sebagai bekalnya sendiri, karena rasanya akan malu saat ada yang bertanya tentang bisnisnya, tapi ia sama sekali tidak bisa mengenal apa-apa saja yang di hidangkan di restoran miliknya, tidak tahu cara mengolahnya, terlebih tidak tahu bahan-bahan yang dirinya gunakan.
Meskipun ada Chef yang siap menjelaskan semua itu pada siapa saja yang meminta detail penjelasan restorannya tetap saja kurang menurut Kai. Akan lebih menakjubkan dan membanggakan jika sebagai pemilik Kai bisa mengenali semuanya dan mengolah hidangan yang menjadi favorit restorannya.
“Apalagi yang mau di potong?” tanya Laura pada sang kekasih yang sibuk di depan kompor, berkutat dengan wajan dan spatula.
“Potongin judesnya dong, aku butuh senyum kamu nih, biar masakannya makin enak dan aku tambah semangat,” Kai menyengir saat mendapat tatapan tajam dari Laura.
“Gak usah gombal, depan lo wajan panas. Gue bisa aja lelepin tuh kepala di sana, gabung sama ayam.” Galaknya yang membuat Kai bergidig ngeri. Laura memang benar-benar tidak berprikepacaran. Masa iya wajah tampan Kai di goreng. Bisa kriuk nanti.
“Tega banget sih, Yank, sama pacar sendiri,” cemberut Kai, terlihat menjijikan sekaligus menggemaskan di mata Laura.
“Udah gak usah lebay. Lanjutin aja itu masaknya, ayamnya jangan sampai gosong!”
“Jadi beneran gak mau ngasih senyum nih?” Laura menggeleng tegas. “Ck, ya udahlah,” pasrah Kai, lalu mengalihkan tatapannya dari Laura kembali ke wajan dimana ada ayam yang sedang di gorengnya untuk ia buat ayam gempek, menu utama makan malam bersama calon mertua, ipar, juga calon istri. Meskipun menunya sederhana, Kai berharap bahwa hubungannya dengan Laura dan keluarganya terjalin istimewa.
“Lo sejak kapan bisa masak?” tanya Laura yang sudah duduk di kursi depan meja bar yang menjadi penghalang antara dirinya dan Kai.
“Kepo!”
“Ya udah kalau gak mau ngasih tahu,” cueknya mengedikkan bahu singkat.
“Sejak kamu pergi, aku merasa semua makanan jadi hambar, maka dari itu aku memutuskan untuk coba belajar masak meskipun hanya telur ceplok dan mie rebus, lalu bertambah dengan nasi goreng yang biasa kamu buatin untuk aku. Rasanya gak mengecewakan karena aku melakukannya sambil bayangin wajah kamu. Jadi apa-apa yang aku masak rasanya selalu percis seperti yang pernah kamu buat,” Kai menoleh, memberikan senyum terbaiknya.
Awalnya Laura ingin menganggap itu sebagai gombalan, tapi setelah melihat senyum tulus tanpa kesan menggoda seperti biasanya itu entah kenapa Laura malah jadi terharu. Apa mungkin Kai memang secinta itu sama gue? Pikir Laura. Tanpa sepengetahuan Kai, Laura mengelum senyumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Modish Line
😁😁😁😁
2023-05-28
1
Rahmawaty❣️
lagi seneng² nya eh tau² nya mlah dijatuhin kejurang🤣🤣
2022-09-12
0
N I A 🌺🌻🌹
emang klrg gesrek😂😂😂
2021-03-17
2