“Arini.. bukankah kita sudah pernah membicarakannya sejak awal tentang hal ini..?” Saraswati menatap Arini tajam.
Arini melirik Tian sekilas, menatap penuh permohonan untuk mendapatkan balasan pertolongan yang setimpal dari lelaki itu.
Kali ini Tian yang langsung bisa menangkap maksud Arini lewat sepasang sorot mata jernih itu mengerti bahwa sekarang justru Arini-lah yang membutuhkan pertolongannya.
"Arini akan tetap bekerja..” tukas Tian cepat, cukup berhasil mengalihkan tatapan mata tua Saraswati dari wajah Arini yang mulai diliputi kegugupan beralih pada Tian yang saat ini terlihat lebih santai.
“Kamu ini bagaimana sih, Tian ? bagaimana mungkin Arini tetap bekerja menjadi salah satu karyawanmu sementara kamu sendiri suaminya.” protesnya.
Tian tersenyum kecil mendengarnya. “Loh.. memangnya kenapa, Nek ? di kantorku selain Rudi tidak ada lagi yang mengetahui kalau aku dan Arini sudah menikah..”
“Tapi Tian..”
“Dia begitu pandai merayuku, Nek.. jadi aku sudah telanjur mengijinkannya,”
Nafas Arini seperti tertahan ditenggorokan mendengar kalimat Tian, lebih-lebih saat melihat ekspresi sedikit merajuk yang lagi-lagi ditunjukkan wajah tampan yang biasanya sedingin es itu.
‘Kapan aku merayunya ? Apa dia sudah gila..?’
Arini merasa kepalanya pening seketika.
“Biarkan saja Arini bekerja, Nek.. setidaknya dalam waktu dekat ini..” bujuk Tian lagi sambil tersenyum seolah ia sudah tau bahwa kali ini pertahanan Saraswati semakin melemah.
“Tapii..”
“Dia akan bosan kalau setiap hari kerjanya hanya menungguku pulang..”
Saraswati terdiam, menatap Tian dan Arini berganti-ganti.
“Kalau kalian berdua masih saja sibuk memikirkan pekerjaan seperti ini, bisa-bisa butuh waktu yang lama untuk mendapatkan penerus Djenar..” kilahnya masih terdengar belum sepenuhnya rela atas keputusan Tian untuk membiarkan Arini tetap bekerja
“Astaga.. apa sekarang nenek sedang meragukan kemampuanku..?"
"Tidak.. bukan seperti itu.."
"Tenang saja nek, aku berjanji aku tidak memerlukan waktu yang lama untuk memenuhi keinginan nenek itu..” Tian berucap asal, membuat dua pasang mata kedua wanita dihadapannya sontak membelalak bersamaan.
“Apa kamu yakin..??” pancaran mata tua Saraswati nampak berbinar.
“Yakinlah.. Tapi.. jangan minta terlalu cepat. Kan aku juga ingin menikmati masa-masa indah pengantin baru terlebih dahulu..” berucap sedikit berbisik, sengaja menggoda telinga tua Saraswati.
Saraswati yang mendengar candaan Tian sontak tergelak.
“Anak nakal..” desisnya mengeleng-gelengkan kepala menatap wajah Tian yang meringis nakal karena berhasil menggodanya. “Kalau begitu akan lebih baik kalau kalian mengambil cuti dan melakukan honeymoon.” Saraswati nampak sangat bersemangat.
“Aku ingin sekali, Nek. Tapi sejumlah proyek yang sedang berjalan ini tidak mungkin ditinggalkan begitu saja, bukan ?” langsung memasang tampang menyesal yang sangat meyakinkan.
‘Pembohong keji yang begitu manis..’
Rutuk Arini dalam hati saat melihat ekspresi penuh sandiwara itu.
Tian tersenyum melihat seraut wajah Saraswati yang berubah sedikit kecewa, sedangkan saat melirik wajah Arini yang merona malu, Tian rasanya ingin tertawa keras. Ia memutuskan untuk lebih membuat wajah itu semakin merah padam sebelum akhirnya berucap lagi..
“Nenek tidak usah khawatir, tidak perlu menunggu bulan madu untuk bisa mewujudkan keinginan nenek tentang Djenar Junior..” bisiknya ditelinga Saraswati sambil tetap menjaga agar suara bisikannya tetap sampai ditelinga Arini yang hanya bisa tertunduk salah tingkah.
“Awas saja kalau kamu tidak bisa secepatnya mewujudkan keinginanku,” ancam Saraswati.
“Beress bossku..” pungkas Tian seraya mengangkat dua jempolnya sekaligus dan mengedipkan sebelah matanya.
Sementara itu, Arini tidak bisa lagi mencegah semburat merah jambu yang langsung memenuhi wajahnya saat mendengar pembicaraan kedua orang dihadapannya ini. Tubuhnya bahkan terasa panas dingin apalagi saat melihat Saraswati yang tersenyum penuh arti, rasanya Arini ingin berlari kencang kemudian menyembunyikan diri di lubang batu.
Arini melirik sekilas Tian yang ikut tertawa bersama Saraswati saat mengetahui telah berhasil mengalihkan fokus neneknya itu. Pandangan mereka bertemu. Lelaki itu mengangkat alisnya sedikit kearah Arini dan tersenyum sinis.
Arini sontak memalingkan wajahnya yang merah padam, entah kenapa seketika Arini merasa bulu kuduknya meremang, instingnya seperti sedang mengirimkan tanda awas yang membuatnya harus waspada, seolah ada sesuatu hal berbahaya yang kini sedang mengintainya..
.
.
.
.
.
Bersambung…,
Alhamdulillah sudah sampai di bab. 20
Yang sudah mampir dan sudah memberikan support dengan mem–follow/menjadi pengikut lapak penulis.. author mengucapkan terima kasih.
Terima kasih juga atas like dan comment yang sudah ditinggalkan karena semua itu sangat mempengaruhi semangad author untuk lebih bergairah dalam menulis.
Lophyuuu all… 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Erlinda
Thor kok aq kayak baca koran ya .
2021-11-11
2
Eni Trisnawati Mmhe Winvan
edayyy ah sandiwara nya bagus jg
2021-11-07
1
Dwisya12Aurizra
aku marathon bacanya
2021-10-02
0