Menempuh perjalanan nyaris setengah jam ditambah dengan situasi jalanan ibukota yang sempat macet dibeberapa titik
meskipun tidak lama akhirnya mobil yang dikendarai Sudir tiba di gerbang besar berpagar tinggi yang didepannya terdapat pos keamanan. Hari sudah gelap saat mereka tiba.
Ini adalah untuk yang pertama
kalinya Arini menginjakkan kaki di rumah sangat besar nan mewah milik keluarga Djenar yang tentu saja ditempati oleh Saraswati.
Saraswati yang sepertinya memang
telah menunggu mereka sejak tadi nampak sumringah saat menyambut kedatangan Tian dan Arini.
“Apa kabar, Nek ?” Arini menyapa dan
mencium tangan Saraswati yang langsung memeluknya dengan senang hati. Arini membalas pelukan wanita tua itu dengan hangat. Setelah itu Arini melihat Tian juga melakukan hal yang sama, mencium punggung tangan neneknya dan Saraswati
langsung memeluk Tian dengan ekspresi yang tak kalah bahagia.
Saraswati menatap Arini sembari
tersenyum. “Seperti yang kamu lihat, nenek selalu sehat dan bersemangat..”
Mereka bertiga tertawa kecil
mendengar gurauan Saraswati. Tapi meskipun demikian di dalam hati Arini juga membenarkan bahwa selain selalu terlihat sehat dan bugar Saraswati memang selalu enerjik dan bersemangat di usianya yang senja.
“Lalu bagaimana dengan keadaanmu,
Arini ?”
“Seperti yang nenek lihat, keadaanku
juga baik-baik saja, Nek..” Arini tersenyum kecil.
Saraswati mengeling kecil kearah
Tian. “Apa anak nakal itu memperlakukanmu dengan baik ?” meskipun Saraswati bertingkah seperti orang yang sedang berbisik, tapi tentu saja ia dengan sengaja
membiarkan agar suaranya tetap bisa didengar Tian yang ada disampingnya.
“Nenek bicara apa ? tentu saja aku
memperlakukan istriku dengan baik.” desis Tian yang sudah bisa menebak bahwa pertanyaan neneknya itu pasti sengaja menyindirnya.
“Benarkah begitu ?” Tanya Saraswati
lagi dengan tatapan menyelidik.
“Iya dong.. Kalau tidak bagaimana
mungkin dia bisa tersenyum pada nenek se manis itu..?”
‘tersenyum pada nenek se-manis itu..?’
Sungguh mati, Arini hampir tersedak
saliva nya sendiri saat mendengar ucapan ringan tanpa beban yang meluncur dari mulut Tian. Namun saat tatapan mata mereka beradu yang Arini temukan disana
hanyalah senyum mengejek, yang membuat Arini langsung memutuskan bahwa rupanya
lelaki itu tadi tidak benar-benar berniat memuji senyumnya yang katanya manis. Huhh !
Saraswati melirik Tian sekilas.
“Lagipula kenapa kamu yang selalu menjawab ? aku tidak sedang bicara denganmu.” ketusnya, langsung menggandeng lengan Arini mengajaknya masuk kedalam rumah
dengan pilar-pilar raksasa yang megah.
Arini tersenyum melihat tingkah
Saraswati sementara Tian yang diacuhkan akhirnya memutuskan untuk mengikuti langkah kedua wanita beda generasi itu.
“Kenapa kalian lama sekali, Arini ?”
“Maaf, Nek.. tadi dijalan sedikit
macet..”
“Hmm... kalau begitu kita langsung
makan saja dulu, setelah makan baru kita lanjutkan obrolan kita lagi karena aku benar-benar merindukan kalian..”
Arini hanya menganguk, menyetujui
usul Saraswati yang langsung menuntunnya ke meja makan yang ternyata diatasnya sudah dipenuhi berbagai macam hidangan yang sudah pasti menggugah selera.
XXXXX
Usai mereka menyantap makan malam, Saraswati mengajak Arini dan Tian kesebuah ruangan yang letaknya disamping ruang makan.
Arini bisa menebak bahwa ruangan itu pastilah merupakan ruangan santai karena letaknya yang berhadapan langsung dengan kolam renang yang terihat tembus pandang dari tempat mereka duduk.
Dan karena dinding penyekatnya juga
terbuat dari kaca maka pemandangan taman yang ada diluar sana beserta lampu-lampu yang berpendar menghias sekeliling kolam renang tersebut terlihat jelas dari tempat mereka duduk sekarang.
Sungguh indah sekali. Puji Arini dalam hati yang sedari tadi tidak bisa berhenti untuk terpukau menatap apapun yang disuguhkan
setiap inchi rumah Keluarga Djenar. Semua itu benar-benar luar biasa.
Diawal perbincangan Saraswati
dan Tian terlibat pembicaraan ringan tentang berbagai kemajuan Indotama Group dalam beberapa proyek kerja sama yang sedang ditangani Tian.
Tian juga terdengar membahas tentang kerjasama dengan Best Electro yang pemilik perusahaannya adalah Rico Chandra Wijaya, dan terakhir mereka membahas tentang sebuah proyek pembangunan resort
mewah yang sepertinya pelaksanaannya sudah mendekati seratus persen.
Saraswati terlihat mendengarkan penjelasan Tian dengan seksama, dan tak jarang menyela untuk menanyakan sesuatu secara
detail sementara Arini yang tidak terlalu paham dengan topik pembicaraan tersebut memilih diam mendengarkan tanpa menyela sedikitpun.
Nanti disaat perbincangan mereka
beralih pada pembahasan mengenai perkembangan kesehatan ayah barulah Arini bisa ikut meresponnya.
Tidak banyak juga yang mereka
bicarakan, hanya sebatas membahas kondisi Sadana Ramdhan yang tetap stabil sambil menunggu donor jantung yang tepat untuk selanjutnya melakukan tindakan operasi transplantasi jantung.
Arini merasa sedikit terhibur dengan
perkataan Saraswati yang kembali meyakinkan dirinya untuk tidak terlalu
khawatir karena ayahnya sudah pasti telah berada ditangan orang-orang yang professional.
“Nek, apa rencana nenek untuk ke Paris tidak bisa ditunda ?”
Saraswati menggeleng tegas
menanggapi pertanyaan Tian. “Tidak Tian.. tidak bisa. Bahkan seharusnya sudah sejak seminggu yang lalu aku akan kesana. Tapi karena pernikahan kalian kemarin yang begitu mendadak maka terpaksa aku harus menyuruh Laras terlebih dahulu untuk melakukan segala persiapan sebelum aku datang.”
Yah, Saraswati memang baru saja
mengemukakan rencananya untuk pergi ke Paris besok pagi. Perusahaan perhiasan ternama di Paris yang baru saja bekerja sama dengannya lusa akan mengadakan
launching perdana untuk model perhiasan terbaru. Saraswati tentu tidak akan melewatkan moment tersebut. Untung saja ia sudah mengutus Laras, asisten pribadi Saraswati sejak seminggu yang lalu untuk mengecek segala persiapannya
disana, karena ia harus mengutamakan pernikahan Tian terlebih dahulu.
“Tapi nenek harus berjanji untuk menjaga kesehatan. Jangan terlalu lelah..”
“Kamu tenang saja, aku tidak mungkin lupa menjaga kesehatanku.” Kemudian ia seperti berfikir sejenak sebelum berucap lagi. “Oh ya.. Tian, kapan kalian akan pindah ke rumahmu ? Kata Sumi kamu hanya
merenovasi taman belakang saja, lalu kenapa kemarin kamu jadikan itu alasan untuk tetap tinggal di apartemen..?”
Bukan hanya Tian yang sedikit
terhenyak mendengar kalimat Saraswati, tapi Arini juga.
Tian mengusap wajahnya sebentar,
sama sekali tidak menyangka jika neneknya itu sampai harus mengecek
kebohongannya lewat Bik Sumi perihal alasan Tian yang enggan mengajak Arini untuk tinggal dirumah dengan alasan sedang di renovasi.
.
.
.
Bersambung..
Berikan support dengan mem–follow/menjadi pengikut lapak penulis yah..
caranya dibawah ini.. Terimakasih and Lophyuuu all..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Dinda Kharisma
ayo thor jangan lama² buat tian bucin dong...kan 6 bln doang perjanjian nya..biar arini cepet melendung.. kalo g buru² hamil artinya bisa d buang gitu aja ma tian
2022-09-04
1
Anita Jenius
Hadir kak..
8 like buatmu.
Mari kita saling dukung.
Semangat up terus ya..
2021-03-16
1
Siti Asmaulhusna
pasti ounya alasan bgtu knapa si Tian tdk mau pibdah ke Rmh nya
2021-03-13
1