“Butuh uang ??”
Potong Tian cepat seperti disengat lebah. Kalimat terakhir Arini itu ternyata cukup ampuh membuat Tian yang awalnya terlihat acuh tak acuh sontak langsung berpaling ganti menatap Arini dalam-dalam.
"Setelah saya memberikanmu atm dan kartu kredit no limit.. kamu masih bisa bilang butuh uang ?”
“Tapi Pak..”
“Apa kamu sudah cek berapa nominal saldo atm yang saya kasih kemarin..?” tatapan Tian yang begitu dingin terasa menusuk hingga tulang.
Arini menggeleng. “B-belum Pak..”
Bahkan sejak datang ke apartemen ini Arini belum pernah sekalipun pergi keluar, lalu bagaimana bisa ia mengecek saldo atm segala. Arini bahkan tidak merasa penasaran sama sekali dengan dua buah kartu yang diberikan Tian padanya itu.. ia justru lebih penasaran dengan keberadaan Tian dan keadaan Tian yang tidak kunjung pulang ke apartemen beberapa hari ini.
Tian menghela nafasnya kasar, terdengar sedikit kesal. “Pantas saja, ternyata kamu belum mengeceknya..”
Jiwa kepo Arini sebenarnya ingin bertanya..
‘memangnya berapa nominalnya ? Sebanyak apa sih jumlahnya sampai-sampai Tian terlihat percaya diri sekali dengan nominal saldo kartu atm yang ia berikan itu ?’
Tapi tentu saja Arini tidak akan segegabah itu untuk bertanya karena tidak ingin Tian mengira dirinya begitu matre. Sudah jelas seberapa pun besarnya nominal isi atm itu, Arini tetap akan bersikeras membujuk Tian untuk membicarakan hal ini pada nenek Saraswati. Arini tidak mungkin berhenti bekerja begitu saja dari Indotama Group, yah.. setidaknya untuk sekarang.
“Sepertinya kamu meremehkan kemampuan saya yah..”
“Astaga.. bukan begitu Pak Tian, mana mungkin saya meremehkan Pak Tian..?”
Tian tersenyum angkuh. “Asal kamu tau, meskipun kamu bekerja menjadi karyawan saya seumur hidup kamu, jangankan untuk menyamai jumlah isi atm-nya, untuk menyamai seper empat jumlahnya saja kamu tidak akan mampu.” berucap dingin dengan nada gusar yang tertahan.
Sejujurnya Tian memang sangat kesal dengan kalimat Arini yang ‘butuh uang’ itu.
‘He-eh apa dia belum sadar dengan siapa dia menikah ? apa dia belum sadar sudah jadi istrinya siapa dia ? berani-beraninya dia mengatakan ‘butuh uang’ seolah-olah seorang Sebastian Putra Djenar tidak cukup sanggup untuk menafkahi kehidupannya sampai tujuh turunan delapan tanjakan..!’
Tian membatin dengan kekesalan yang sudah sampai di ubun-ubun.
Sementara Arini refleks menutup mulut mendengar penjelasan yang diucapkan dengan nada gusar tersebut. Kepala Arini mendadak pening saat mencoba membayangkan berapa jumlah digit nol saldo atm-nya yang dimaksud Tian sampai-sampai gajinya seumur hidup saja tidak bisa menyamai seper-empat jumlahnya.
‘Apa itu tidak berlebihan ?’
Arini merasa sepertinya diam-diam ia harus benar-benar mengecek berapa nominal isi atm yang diberikan Tian kemarin untuk mencegahnya mati penasaran.
Arini tau Tian pastilah sangat kaya raya. Tapi se kaya apa keluarga Djenar ..? otak missqueen milik Arini mana sanggup menggambarkannya.
“Kenapa ?? Masih tidak mau percaya..??”
“Bukan begitu, Pak..” ucapan Arini terdengar memelas saat menyadari wajah disampingnya ini masih terlihat gusar.
Tian melotot. “Apa kita harus mampir ke mesin atm dulu untuk mengecek saldo kamu supaya kamu tidak menganggap saya sedang membual ??!”
“Tidak Pak Tian, tidak.. saya tidak pernah berfikir bahwa Pak Tian sedang membual.. Demi Tuhan..”
Tian menatap mata Arini. Mereka bersitatap, Tian bisa melihat kesungguhan dimata wanita itu, dan disisi lain Arini juga bisa melihat keseriusan dimanik mata gelap milik Tian.
Akhirnya Arini yang menyerah dan berpaling lebih dahulu. Hatinya sepertinya akan meleleh jika ia tidak segera menghindar dari sepasang mata elang yang sepertinya bisa menenggelamkannya kedasar laut itu. Arini menunduk jengah dengan jantung berdenyar aneh.
Sesaat kemudian hanya hening.
“Pak Tian.. setidaknya untuk sekarang, saya mohon ijinkan saya bekerja..” ucap Arini lirih dengan nada bersungguh-sungguh.
Tian menghembuskan nafasnya perlahan, hatinya sedikit iba juga melihat pemandangan itu beserta kesungguhan yang ada dalam suara Arini, meskipun ia sendiri belum puas dengan alasan Arini tentang mengapa ia masih merasa perlu bekerja sedangkan Tian sendiri bisa memenuhi semua kebutuhan materilnya.
“Baiklah.. Saya akan membicarakannya dengan nenek..”
“Benarkah ??!”
“Hhmm..”
“Aaa.. Pak Tian, terima kasih.. terima kasih banyak..”
Saking girangnya secara tidak sadar Arini sudah meraih lengan kiri lelaki itu, mengguncangnya bahagia.
Sedangkan Tian yang sedikit terkejut mendapati serangan yang tiba-tiba itu hanya bisa menatap Arini yang terlihat begitu kegirangan sambil menggunyal-gunyal lengan kirinya yang kekar dengan bersemangat.
Namun selang tidak beberapa lama saat Arini tersadar dengan kelakuan bar-bar nya sontak Arini merasa gugup setengah mati. Perlahan ia melepaskan cengkeraman kedua tangannya yang entah kenapa bisa tiba-tiba bertengger manis di lengan Tian yang keras berotot itu.
“Maaf Pak..” hanya bisa menatap lesu kearah lelaki disampingnya yang seolah ingin membunuhnya detik itu juga hanya dengan tatapan matanya yang setajam mata pisau.
‘Mati aku.’
Rutuk Arini dalam hati yang diliputi penyesalan akan kekhilafannya barusan.
“Huhh,” mendengus, sambil mengibas-ngibaskan lengan bajunya yang sedikit kusut akibat cengkeraman kedua tangan mungil Arini tadi. “Lain kali jaga sikap kamu,” tukas Tian berpura-pura jengkel.
“Maaf Pak..” ucap Arini pasrah sambil menunduk dalam.
Tian mendengus lagi sambil menggeser tubuhnya sedikit agak menyamping, membuang mukanya yang entah kenapa terasa memanas kearah jendela mobil yang ada disampingnya. Hiruk pikuk jalanan ibu kota di sore itu nampak disana.
‘Ternyata dibalik sikapnya yang kelihatan kalem, bisa juga ia bertindak lepas kendali
begitu..’
Tiba-tiba saja langsung memikirkan sikap Arini tadi.
Dan yang Tian tidak mengerti entah kenapa dirinya malah merasa lucu saat kembali mengingat ekspresi wajah Arini yang kegirangan lengkap dengan adegan kejadian barusan yang melintas kembali di benaknya, seperti sebuah adegan reka ulang kejadian.
Tian tidak bisa menahan senyum yang lolos begitu saja dibibirnya, tentu saja tanpa sepengatahuan Arini yang ada dibelakangnya mengingat posisi tubuh Tian sekarang yang memang agak membelakangi Arini.
Tapi yang tidak Tian sadari.. bahwa gerak-geriknya sedari tadi justru terekam jelas oleh Sudir lewat kaca spion tengah mobil mereka.
Diam-diam Sudir yang memang sudah ingin tertawa saat kejadian Arini yang kegirangan sambil refleks menjambak lengan kokoh majikannya itu kembali tersenyum dalam diam, apalagi saat menyaksikan seulas senyum tipis yang tercetak jelas dibibir sang majikan.
‘Ini adalah pemandangan yang paling aneh sejak awal ia mengenal Pak Tian..’
Kira-kira begitulah yang tercetak diotak Sudir, namun ia tetap mengendarai mobil itu dengan tenang.
.
.
.
Bersambung..
Bolehkah author minta di SUBSRICBE..?
caranya dibawah ini.. Terimakasih and Lophyuuu all.. 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Helen Nirawan
ini kyk ny di kawin in buat dpt anak doank ,bis itu goodbye d,
2024-03-17
1
Lila Nurlani
jangan terlalu cool sama Arini, nanti nyesel
2022-12-17
1
Dinda Kharisma
buat tian y bucin duluan y thor...paling g suka kalau cewek bucin duluan ..apa lg ma laki² angkuh kek tian
2022-09-04
1