Butuh uang
Refleks Arini melirik jam yang melingkar manis dipergelangan tangan kirinya. Arini mendapati bahwa waktu yang ditunjukkan disana nyaris pukul enam sore.
Melirik kecil kesamping kanannya, mendapati seraut wajah cool disampingnya malah sedang asyik berkutat dengan ponsel, tidak peduli dengan Arini sama sekali, dan kelihatan betul wajah itu begitu serius, sementara didepan mereka Pak Sudir yang mengemudikan mobil juga tidak bicara sejak tadi, hanya fokus pada jalanan ibu kota yang lumayan padat meskipun tidak sampai menimbulkan kemacetan yang parah.
“Mau sampai kapan kamu mau melihat saya kayak gitu.?”
Sontak Arini bergidik ngeri. Kalimat dingin itu meluncur acuh begitu saja dari bibir Tian. Yang Arini tidak mengerti bagaimana bisa lelaki itu berkata begitu, padahal bahkan sampai sekarang ia sama sekali tidak memindahkan fokusnya sedikitpun dari layar ponsel.
‘Apa jangan-jangan Pak Tian punya indera ke enam yah ? kenapa dia bisa tau kalau ia sedang diawasi sejak tadi..?’ Arini membatin.
“Malah melotot lagi..”
Terhenyak.
“Eh.. anu, Pak.. maaf..” tertunduk jengah.
xxx
Tian mengangkat wajahnya, menatap gadis disampingnya yang tertunduk gugup sambil memilin jari jemarinya yang lembab.
Tian bukannya tidak tau bahwa sejak tadi Arini yang duduk disebelahnya terus menerus mengawasinya lekat, tapi Tian memang sengaja membiarkannya dulu.
Entah kenapa ia seperti menikmati dikuliti istrinya sendiri hingga bermenit-menit lamanya, dan dengan sengaja memasang tampang cool terkerennya seolah-olah sengaja ingin memancarkan pesona daya pikatnya yang selama ini digilai oleh begitu banyak kaum hawa.. tapi yang ada semakin lama Tian malah tidak tahan sendiri.
Tidak seperti respon yang ia harapkan bahwa Arini akan langsung histeris melihat ketampanan nya, kemudian menjadi agresif dan langsung menempel padanya seperti wanita-wanita sebelumnya, yang ada boro-boro menempel padanya.. bahkan sejak tadi wanita itu hanya bertingkah seperti bocah nakal yang mau mencuri mangga tetangga. Melirik kesana kemari dengan gelisah membuat Tian akhirnya tidak tahan untuk bertanya.
“Ada apa ?”
Arini menggeleng, mencoba menatap Tian sedikit.
“Hampir lima menit mata kamu jelalatan ke saya, mustahil kalau tidak ada apa-apa !”
Arini melotot.
‘Nah kan.. apa dia bilang itu ? Jelalatan ..? Oh em ji.. Pak Tian bahkan tau kalau dia sudah hampir lima menit menatapnya diam-diam, dan dia cuma diam saja..??? Lelaki itu sepertinya malah menikmati betul diliatin sampai hampir lima menit..? Dasar budak narsis..!’
Gerutu Arini panjang pendek tapi tentu saja hanya dalam hati.
“Nah kan.. pake acara melotot lagi. Kamu ini berani sekali yah..”
“Aaa.. anu, bukan begitu, pak. saya.. saya hanya ingin tau kalau Pak Tian mau ajak saya kemana. Begitu Pak..” Arini menjawab asal-asalan.
“Loh, tadi ditelfon memangnya saya tidak bilang mau kemana ?”
“Kerumah nenek Saraswati.” Jawab Arini polos.
“Itu tau. Lalu kenapa masih bertanya ?” seperti biasa, ketus.
Baru kali ini Arini merasa menjadi orang ter-tolol di dunia. Seharusnya ia tidak bertanya begitu. Sudah tau mereka akan pergi ke rumah nenek Saraswati lalu untuk apa dia bertanya lagi..? Aaahh..!! Dasar bodohh, Arini..!!
“Mm maksud saya.. apa.. apa ini masih jauh, Pak ?” Arini merasa begitu malu tapi ia masih mencoba ngeles.
“Lumayan,”
Hening. Tian sudah kembali menatap layar ponselnya lagi.
“Pak Tian..” Arini sedikit berbisik, matanya menatap Pak Sudir yang menyetir didepan seperti ingin menjaga agar suaranya tidak terdengar.
“Hhmm,”
“Nenek Saraswati pernah bilang bahwa saya harus berhenti bekerja jika saya sudah menikah,”
“Lalu ?” tidak menengok.
“Tapi saya masih ingin bekerja, Pak..” Ucap Arini memberanikan diri langsung mengungkapkan isi hatinya. Arini sampai memasang tampang super duper memelas meskipun sepertinya percuma juga karena fokus Tian masih tetap berada dilayar ponselnya, tidak menatapnya sama sekali.
“Kasih saya alasan kenapa.” Singkatnya kemudian.
Arini memutar otaknya sebelum akhirnya menjawab dengan yakin. “Karena pekerjaan ini sangat penting untuk saya, pak..”
“Cuma karena itu ?” lagi-lagi masih acuh.
“Ini pertama kali dalam seumur hidup, saya mendapat pekerjaan yang begitu bagus, dan.. gajinya besar pula..”
“Anything else..?”
Arini menarik nafas berat menerima respon Tian yang sepertinya masih belum terlalu puas dengan alasan yang sudah ia berikan. “Pak
Tian, pliss ..” Arini berucap sungguh-sungguh, sambil mengatupkan ditangannya penuh permohonan. “Saya tidak mau berhenti bekerja begitu saja, saya harus tetap bekerja, Pak.. saya butuh uang..”
.
.
.
Bersambung...
bolehkah author minta di SUBSRICBE..?
caranya dibawah ini.. Terimakasih and Lophyuuu all..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Ayuning Tyas
lnyimak thoooooooooooorrrrrrr
2021-11-21
0
Erlinda
Arini kamu jaga sikap dong,jangan jelalatan gitu cuek dikit kenapa..?..bikin dirimu sedikit berharga..ini liat suami mu buka baju aja udah seperti ngeliat apa gitu..
2021-11-11
2
Siti Asmaulhusna
jleeebbb dlm pik8ran Tian bgtu ....
2021-03-13
2