Arini masih menatap ponselnya lekat usai pembicaraan tersebut diputus Meta sepihak.
Tak dipungkiri jika dirinya merasa sedikit lega karena secara tidak langsung mengetahui bahwa Tian ada di kantor, dalam keadaan baik-baik saja.
Arini baru saja berniat untuk beranjak dari sofa saat layar ponselnya kembali menyala, menampilkan sederet nomor tak dikenal.
Ragu-ragu akhirnya Arini memutuskan menekan gambar ponsel berwarna hijau di layar ponsel guna menerima panggilan tak dikenal itu.
“Halo..?”
“Dimana kamu ?”
Arini mematung, begitu suara berat minim nada itu menyapa gendang telinganya.
‘Pak Tian !’
Bathin Arini sontak bersorak. Antara kesal yang bercampur senang, rindu .... dan yang Arini tidak mengerti, mengapa hatinya ikut-ikutan menghangat ...?
“Halo ... Arini ...?!"
“Ehh ... I-iya Pak Tian, saya ada di apartemen ..."
‘Memangnya mau dimana lagi ...?’
Lagi-lagi Arini membatin.
“Bersiaplah sekarang, sejam lagi saya jemput."
Alis Arini bertaut mendapati titah tanpa embel-embel itu. "Memangnya kita mau kemana, Pak?"
"Kerumah nenek, kita akan makan malam disana ...”
“Baik Pak."
“Oh iya ... Satu lagi ...”
“Ada apa, Pak ?”
“Lain kali jangan sembarangan mengangkat telepon dari nomor tidak dikenal ...!"
“Hahh ...?? T-Tappi ...??”
Klik.
Dimatikan begitu saja.
"Dih ... Dasar gunung es ...!"
Arini merenggut sambil menatap layar ponselnya yang sudah kembali ke layar normal.
Bisa-bisanya mengatakan hal seperti itu. Lalu kalau tadi ia tidak mengangkat telepon, bagaimana bisa pria itu bisa memberitahukan dirinya untuk bersiap ke rumah Nenek Saraswati?
Arini membuka log panggilan masuk di ponselnya.
Jemarinya menekan menu ‘tambah kontak’ pada nomor tak dikenal yang ia yakini pasti merupakan nomor ponsel Tian, sedikit termanggu saat ingin menamai nama kontak tersebut sebelum akhirnya dengan sedikit ragu-ragu memutuskan mengetik kata ‘Suami’ untuk menamainya.
Arini merasa malu karena menyadari pipinya bersemu merah begitu selesai menekan tombol save di ponsel, sebelum akhirnya beringsut bangun dari duduknya langsung menuju kamar.
Langkah Arini terayun ringan dan bersemangat, merasa begitu senang hanya karena mendengar suara Tian dan membayangkan akan bertemu lelaki itu segera.
‘Ahh ... Perasaan apa ini ...?’
Arini refleks menekan dadanya, disitu ia bisa merasakan detak jantungnya sendiri yang tiba-tiba saja sudah berdebar kencang.
Rasanya begitu aneh, dan Arini benar-benar tidak bisa memungkiri perasaan bahagia yang terselip begitu saja disudut hatinya meskipun ia malu untuk mengakui.
Sesampainya di kamar Arini membuka wadrobe yang meskipun kata Tian tempo hari memang diperuntukkan khusus untuknya, namun ini merupakan kali pertama ia membukanya.
"Astaga ..."
Mata dan mulut Arini sontak ternganga bersamaan.
Bagaimana dirinya tidak terkesima?
Pemandangan setumpuk perhiasan, bermacam aksesoris, sepatu, dan tentu saja pakaian dengan berbagai model terhampar di mata Arini.
Dari gaun pesta dengan potongan model sederhana sampai yang 'wah', hingga ke pakaian dalam bahkan lingerie sexy semuanya tersedia.
Anehnya, semua pakaian tersebut terlihat begitu sesuai dengan ukuran tubuhnya.
"Kira-kira siapa orang yang sudah menyiapkan semua ini yah?"
Arini bergumam srndiri saking tak bisa memendam rasa keheranan.
Apakah Pak Tian ...?
Rasanya tidak mungkin.
Atau jangan-jangan ... Rudi ...?
Ini jawaban yang justru lebih masuk akal, meskipun wajah Arini sontak merah padam penuh rasa malu, membayangkan saat Rudi menyiapkan keseluruhan isi wadrobe, termasuk beberapa baju tidur kurang bahan yang ada didalamnya!
Namun terlepas dari pemikiran-pemikiran horor tersebut, tetap saja Arini terpesona dengan keseluruhan isi wadrobe tersebut, sehingga tidak bisa untuk tidak berdecak kagum.
Ternyata gemerlapnya kehidupan orang berada seperti Keluarga Djenar masih belum mampu dibayangkan oleh rakyat jelata seperti dirinya.
Arini memberanikan diri menyentuh setumpuk dress yang ada di sana, yang sudah bisa ditebak harganya pasti tidak ada yang murah, dan pilihannya jatuh pada dress sederhana berwarna salem dengan panjang selutut.
Menempelkan dress berbahan super lembut itu ketubuhnya dan mematut dirinya sebentar didepan cermin besar.
Demi menemui Saraswati, nenek Tian yang super duper perfect dalam segala hal itu, Arini sadar ia harus berpenampilan baik.
Untuk itulah ia juga ekstra hati-hati saat memilih pakaian apa yang pantas ia kenakan.
Arini tidak ingin membuat kesalahan hanya karena ia salah memilih kostum yang tepat. Pakaiannya selama ini tidak ada yang cukup pantas ia kenakan dan bagaimanapun Arini tidak ingin membuat Tian malu jika bersama pria itu dan ia masih nekad menggunakan baju-baju murahannya selama ini.
Merasa yakin dengan pilihannya, Arini pun menaruh dress tersebut diatas tempat tidur dan bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tian hanya memberikan waktu satu jam untuknya bersiap, dan itu berarti Arini harus sudah siap sebelum waktu satu jam yang diberikan pria itu.
XXXXX
Tidak butuh waktu yang lama untuk Arini bersiap, karena Arini memang tidak terbiasa berdandan berlebihan.
Cukup dengan sedikit sentuhan cushion yang tipis disertai lipstick berwarna peach, sementara rambutnya yang panjang agak bergelombang hanya dijepit satu kebelakang dengan rapi.
Arini menatap kembali pantulan dirinya yang tercetak jelas di dalam cermin besar untuk terakhir kali, sebelum akhirnya berniat menunggu Tian diruang tamu, tempat sebagian besar waktunya ia habiskan percuma seharian ini hanya demi menunggu Tian yang tak kunjung pulang sejak kemarin.
Baru saja berniat beranjak keluar tiba-tiba pintu kamar sudah terbuka lebih dulu dari luar.
Arini sedikit terperanjat, lebih-lebih saat seraut wajah tampan namun terkesan letih itu muncul disana.
Tian menutup pintu yang ada dibelakangnya perlahan namun pandangannya menatap lekat pada sosok wanita yang terbalut dress selutut dengan warna salem.
Sedikit terpesona, beruntung cepat tersadar.
“Sudah siap ?” tanya Tian sambil memalingkan wajah. Merasa takut berlama-lama menatap Arini karena bisa-bisa tubuhnya yang sensitif akan tertarik pada wanita itu begitu saja seperti besi yang merespon medan magnet.
‘Tapi ... Bukankah memang begitu respon setiap lelaki normal saat berhadapan dengan wanita cantik?’
Tian menelan ludah saat menyadari secara
tak sengaja barusan sisi hatinya telah memuji kecantikan Arini yang awalnya tidak terlalu ia sadari.
Ternyata istrinya ini lumayan juga, padahal baru dipoles sedikit.
Arini tersenyum manis sambil mengangguk, membuat Tian lagi-lagi terpaku menatap wajah polos yang tersenyum secerah mentari pagi itu, sebelum akhirnya kembali membuang muka acuh.
“Tunggu sebentar, saya mau mandi dulu.”
Ia melonggarkan dasi, dan melemparnya begitu saja.
Dasi itu menyangkut di sandaran sofa sebentar sebelum akhirnya jatuh terkulai dilantai.
Melihat pemandangan itu refleks Arini
mendekat dan memungutnya.
Saat Arini membungkuk, lewat ekor mata ia melihat Tian sedang berjalan kearahnya atau lebih tepat kearah kamar mandi yang ada dibelakangnya.
Pria itu berjalan sambil membuka kancing kemejanya satu persatu, membuat Arini menelan ludah susah payah karena lagi-lagi ia harus menyaksikan pemandangan maskulin tersebut.
Secepatnya Arini menaruh dasi itu ke keranjang cucian yang ada di dekat pintu kamar mandi, berniat berbalik dan menghilang dari kamar itu secepat kilat manakala menyadari sosok Tian malah sudah berdiri menjulang dihadapannya dengan aura yang aneh, membuat udara dikamar itu tiba-tiba berubah menjadi gerah.
“Jangan ngintip.” ucap Tian, melirik sekilas Arini dengan tatapan mengejek, kemudian dengan acuh melewati Arini yang masih keukeuh dengan ekspresi wajah terpana.
Lelaki itu masuk ke dalam kamar mandi dengan lagak super songong, membuat Arini akhirnya membelalak saat tersadar.
'Apa katanya tadi ...? Jangan ngintip ...? Ck ck ck ... Apa dia sudah gila ..? Ge-er amat sih jadi orang ...!'
Rutuk Arini kesal sambil menghentakkan kaki ke lantai ...
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Dinda Kharisma
walaupun ganteng..orang sudi ngintipnya jg..laki² g punya belas kasihan,g punya hati
2022-09-04
1
Mahendra
Bgus ceritany
2021-10-06
1
dear no one
newbie, marathon ... so far so good 👍
2021-07-18
1