“Nama saya Arini, Pak.” ucap Arini sambil menunduk takjim, bulu kuduknya meremang dan tubuhnya sontak berkeringat dingin.
Tenggorokan Arini seolah tercekat, namun ia tetap berusaha menatap sang Ceo yang juga sedang menatapnya dengan pandangan intens.
“Terima kasih sudah membawakan berkas ini.”
Basa-basi.
Padahal Tian hanya bermaksud untuk mengulur waktu dan menahan wanita itu agar tidak segera berlalu.
Tian masih penasaran, jangan-jangan justru inilah wanita yang dimaksud Saraswati.
Biasanya karyawan wanita yang bekerja di kantor pusat, rata-rata berpenampilan modis.
Tapi dikarenakan penampilan Arini yang terkesan terlalu biasa, maka secara tidak langsung wanita dihadapannya ini cukup berpeluang dari segi ciri-ciri calon istrinya yang digambarkan sepintas oleh Saraswati kemarin.
Pasti dibenak Saraswati wanita modelan begitu bisa lebih mudah diatur daripada harus berurusan dengan gadis-gadis manja, anak dari para kolega atau rekan bisnis mereka selama ini.
“Ohh ... Egh.. I-iya pak. Tidak apa-apa. Sudah menjadi tugas saya untuk melakukan apapun pekerjaan yang ada di perusahaan ini." meski awalnya sedikit tergeragap, tapi dengan menguatkan hati akhirnya Arini bisa juga mengucapkan kalimat berikutnya dengan mantap.
“Di bagian mana kamu ditempatkan?“
“Bagian administrasi keuangan, Pak."
Alis Tian sedikit terangkat. "Kalau begitu ruanganmu berada tepat diluar ruangan ini dong?"
"Iya, Pak, di salah satu kubikel diluar ruangan ini ..."
“Apa kamu sudah menikah?” masih terus saja bertanya tanpa sadar.
“A-apa?” Arini terhenyak mendengar pertanyaan tak terduga itu. Refleks ia menggeleng. “B-belum, saya belum menikah, Pak ...” Arini tetap menjawabnya meskipun risih.
‘Aku memang belum menikah, tapi lebih tepatnya akan segera menikah.'
'Tapi apakah penting harus menjelaskannya kepada Pak Tian sampai sedetil itu?'
'Ah, sepertinya tidak perlu ...'
Arini membatin, kepalanya refleks menggeleng kecil.
Sementara Tian yang baru tersadar agak menyesali pertanyaan konyol yang telanjur meluncur dari bibirnya.
‘Cih.. sedang apa aku ini ?’
Rutuk Tian dalam hati, menyesali sikap gegabahnya karena telanjur menginterogasi karyawan yang sedang berdiri gugup dihadapannya.
Entahlah.
Tian merasa bingung sendiri, mengapa ia terlalu bersemangat menginterogasi wanita yang sejujurnya benar-benar bukan ‘seleranya’, padahal belum tentu juga wanita bernama Arini ini adalah wanita yang dimaksud Saraswati.
Jumlah karyawan wanita di kantor pusat Indotama Group tidaklah sedikit. Dan yang terpenting ...
Untuk apa dia menjadi begitu peduli?
Menikah atau tidak ...
Beristri atau tidak beristri ...
Dirinya tetaplah seorang Sebastian Putra Djenar, pewaris tunggal Indotama Group yang tentu saja akan tetap menentukan jalan kehidupannya sendiri.
Hening.
Tian yang masih saja lekat mengawasinya membuat Arini semakin frustasi dan kesulitan bernafas.
'Ada apa dengan Pak Tian? Kenapa dia terus mengawasiku begitu lekat ...?'
Membatin lagi saat menyadari bahwa ini bukan sifat Tian yang seperti biasa.
Semua orang tau bahwa Ceo yang sering disapa Pak Tian itu tidak pernah begitu peduli pada bawahannya, sampai-sampai ia harus menanyakan namanya, di bagian mana dia ditempatkan, dan apakah dia sudah menikah atau belum.
Pak Tian yang mereka kenal selama ini adalah sosok lelaki maha sempurna dengan hati sedingin salju di kutub utara.
Pria itu bahkan tidak pernah terlihat begitu ingin bicara dengan karyawan biasa seperti dirinya.
Hanya asisten Rudi dan Vera sang sekretaris yang kelihatannya bisa berbicara dengan frekuensi sedikit lebih banyak dengan sang bos besar.
Alhasil jika sekarang Pak Tian seolah peduli padanya, maka bukan hal yang lebay kalau Arini merasa cenat-cenut baper tak karuan.
Tubuh Arini bahkan sedikit gemetar saat bersusah payah agar tidak ceroboh dan salah bicara.
“Maaf Pak, kalau sudah tidak ada lagi yang harus saya kerjakan saya mohon pamit untuk melanjutkan pekerjaan saya.” ucap Arini, lirih.
Tian sedikit terhenyak menyadari dirinya masih saja termanggu sambil menguliti wanita yang berdiri jengah dihadapannya.
Kepalanya sontak mengangguk, tapi dalam hati Tian mengutuk dirinya sendiri bahwa sebentar lagi mungkin ia akan benar-benar gila jika terus melakukan hal yang sama pada setiap karyawan wanita yang ada di kantornya.
Melihat anggukan itu dengan secepat kilat Arini beranjak keluar.
Begitu sampai dibalik pintu Arini pun mengusap dadanya yang berdetak kencang.
Oh, astaga ... Apa tadi itu?
Begitu merasa debaran jantungnya mulai netral Arini baru berani melangkahkan kakinya ke meja kerjanya, yakni di salah satu kubikel yang ada dilantai yang sama dengan Ruangan Ceo.
Selama kurang lebih tiga bulan bekerja, sejauh ini Arini hanya bisa mencuri-curi pandang saat bos-nya itu keluar-masuk ruangannya.
Pun jika tirai yang menjadi sekat ruangan berdinding kaca itu terbuka, Arini dan beberapa karyawan wanita dilantai lima belas itu akan merasa beruntung dengan hanya diam-diam mengamati sang bos besar dari luar ruangan, meskipun moment langka tersebut begitu jarang terjadi.
Saking jarangnya bisa diibaratkan seperti oase di padang gurun.
Ini adalah kali pertama Arini berada begitu dekat dengan Pak Tian dan berinteraksi langsung.
Arini merasa geli sendiri, menyadari betapa konyol dirinya begitupun semua karyawan wanita yang ada di kantor pusat ini.
Mereka selalu memendam histeris setiap kali melihat sosok Tian, padahal sedikitpun Tian tidak pernah memperhatikan karyawan biasa seperti mereka secara khusus.
‘Mimpi saja..’
Arini kembali tertawa dalam hati, sambil menghempaskan tubuhnya dikursi.
“Kamu kenapa, Rin?" Meta, rekan kerja Arini yang meja kerjanya bersebelahan pas dengan mejanya menatap Arini dengan tatapan penuh selidik.
Arini menggeleng sambil tersenyum pada sahabatnya itu. “Tidak apa-apa kok ...”
“Idih, bisa ya segitu hepi habis melihat wajah Pak Tian dari dekat ...”
“Sssttt …” Arini melotot mendapati senyum menggoda Meta.
“Hi ... Hi ... Hi ...” Meta terkikik kecil.
“Sudah gila ya, yang ada jantungku tadi hampir copot tau ...”
Arini merenggut, membuat Meta semakin terkikik geli.
“Pake ketawa lagi ... Kerja ... Kerja ...”
“Iya deh, maap ...” Meta malah sengaja menggoda Arini lagi sambil mengedipkan matanya, dan sebelum Arini melotot judes, Meta sudah terlebih dahulu kabur dengan cara membenamkan kepalanya di dinding kubikel.
Arini yang tersenyum melihat tingkah konyol Meta, akhirnya memilih untuk kembali meneruskan pekerjaannya.
XXXXX
Sementara itu ...
Didalam ruangan Tian masih duduk di kursinya. Menatap tumpukan berkas yang dibawa gadis bernama Arini tadi. Benaknya mereka-reka lagi.
‘Arini. Apakah dia?’
Dengan outfit celana capri bahan kain serta atasan bewarna senada. Wajah mungil gadis itu terlihat alami tanpa make up berat, rambut hitamnya sedikit bergelombang, lagi-lagi tidak seperti wanita jaman sekarang yang lebih suka mewarnai rambut dan meluruskannya.
Tubuhnya lumayan proposional, tapi memang penampilannya agak ... Kampungan.
Bahkan untuk standar seorang karyawan kantor pusat Indotama Group penampilannya terkesan terlalu biasa.
Lalu bagaimana wanita seperti itu bisa menjadi istri dari Sebastian Putra Djenar?
Tian merutuk, terlebih saat menyadari ia bahkan lupa menanyakan nama wanita itu pada Saraswati.
Lalu apa saja yang ia lakukan sejak menginjakkan kakinya di kantor ini ...?
Dengan bodohnya mereka-reka setiap wanita yang dijumpainya!
Baru kali ini Tian merasa telah melakukan hal konyol dengan level keterlaluan.
“Bodoh.” umpatnya perlahan, tak tertahan lagi.
Tian menatap keluar, saat ia tersadar tirai yang biasa menutup dinding kacanya terbuka, tanpa sengaja ia melihat Arini yang sedang menghampiri salah satu kubikel yang dengan sendirinya menandakan bahwa disitulah letak meja kerjanya.
Tian bahkan merasa seperti tidak pernah melihat sosok Arini sebelumnya.
Ternyata wanita itu benar-benar bekerja di lantai yang sama, dan sosok itu telah membuat Tian tercenung sesaat sebelum akhirnya tersadar mengapa sekarang ia malah mengawasi gerak gerik Arini terus menerus.
“Rudi, tolong tutup tirainya.” ucap Tian, kesal.
“Baik, Pak.” Rudi yang baru saja masuk ke ruangan itu dengan sigap meraih remote kecil dan menekan salah satu tombolnya untuk menutup tirai ...
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Dinda Kharisma
tulisan apik thor.
jg alurnya mudah d pahami
semangat berkarya thor
2022-09-04
5
Mariana Frutty
✔️
2022-06-13
1
Lili
calon istrimu itu loo tian 😍😍
2022-05-29
1