Tian melangkahkan kaki memasuki gedung kantor pusat Indotama Group. Dibelakangnya sudah ada Rudi, Asisten pribadinya yang tadi menyambutnya di lobby begitu Tian turun dari mobil.
Seperti biasa Rudi dengan sigap memberikan informasi dan beberapa jadwal meeting penting yang akan dilakukan Tian hari ini, dan meeting dengan PT Atlas yang menjadi agenda terpenting.
Keberhasilan kerjasama Tian dengan PT Atlas menyangkut proyek dengan nilai milyaran rupiah. Sehingga, jika semuanya berjalan sesuai dengan yang direncanakan maka dengan sendirinya hal itu akan membuka peluang baru untuk proyek-proyek berikutnya yang tentu saja memiliki nilai yang lebih fantastis.
Berjalan kearah lift Tian tidak berhenti memijat keningnya. Memikirkan sejumlah agenda yang berseliweran di otaknya yang tentu saja menyita waktu dan pikiran, sementara disisi lain ia masih sulit mempercayai situasi yang sedang dihadapinya saat ini, yakni dipaksa menikah oleh Saraswati dengan seorang wanita tak dikenal.
Bagi Saraswati, selain mewujudkan keinginan almarhum ayah, hal yang tak kalah penting lainnya adalah terus melanjutkan mata rantai pewaris keluarga Djenar.
Indotama Group tentu saja membutuhkan pewaris, dan itu berarti keturunannya, anaknya, darah dagingnya sendiri.
Memang tak bisa dipungkiri bahwa sejauh ini bercinta bukanlah hal yang begitu tabu untuk Tian, tapi selama ini Tian teramat sangat berhati-hati dalam perkara tersebut.
Tian tidak pernah ceroboh, dan tidak pernah membuat kesalahan setiap kali melakukan perbuatan terlarang itu, dan sekarang, Saraswati justru meminta dengan jelas agar Tian mau menikah dan memberikan keturunan Djenar yang sah dari dirinya!
'What the hell ... Ini benar-benar gila.’
Lengkaplah sudah bayangan buruk yang melintas di benak Tian.
Wanita itu adalah satu karyawan di kantor pusat.
Lalu ada dimana dia?
Seperti apa sosoknya?
Tersadar akan hal itu, posisi tubuh Tian yang semula berdiri tegak menghadap pintu lift yang belum terbuka tiba-tiba berbalik seratus delapan puluh derajat. Gerakannya yang tiba-tiba tentu saja mengejutkan Rudi dan beberapa orang karyawan yang berdiri tepat dibelakangnya kaget, apalagi kini Tian sudah menatap mereka satu per satu.
Tepat dihadapannya ada Rudi dan lima orang karyawan lainnya yang juga sedang menunggu lift terbuka, dua diantara mereka adalah wanita.
“Ada apa, Pak?” tanya Rudi mengerinyit.
“Tidak apa-apa.” Sahut Tian datar tanpa menatap Rudi.
Mata Tian mengawasi dua orang wanita dengan setelan rok mini dan blazer ketat. Kedua wanita itu serta merta langsung menunduk hormat sebelum akhirnya melemparkan senyum takjim padanya.
'Apakah wanita itu adalah salah satu diantara mereka?'
Pikiran Tian mereka-reka.
Tian menanggapi senyum keduanya dengan mengangguk kecil, pandangannya kemudian mengitari sekeliling.
Ada seorang wanita berada dimeja resepsionis dan beberapa wanita lainnya yang hilir mudik dengan kesibukan mereka masing-masing.
Lalu diantara mereka ... Dimanakah dia berada ...?
Tian memijit keningnya lagi.
Yah, memijit keningnya sendiri dengan dua jari yakni ibu jari dan telunjuknya itu memang sudah menjadi kebiasaan Tian sejak dulu. Kebiasaannya saat ia sedang memikirkan sesuatu dan memendam sesuatu.
Intinya Tian akan melakukan gerakan refleks tersebut saat berada dalam kondisi yang tidak menyenangkan, bingung atau sedang menahan amarah, dan siapa pun yang tau dengan kebiasaannya itu pastinya akan dengan mudah membaca situasi hati Tian yang sedang tidak baik-baik saja.
Seorang wanita yang memeluk tumpukan berkas ditangan nampak mendekati lift dengan terburu-buru. Dapat ditebak ia akan menggunakan lift itu juga.
Saat menyadari kehadiran Tian yang menjulang tepat dihadapannya ia langsung menundukkan kepala penuh hormat kepada Ceo Indotama Group itu.
Gerakannya terlihat sangat kikuk, tak ada yang menyadari bahwa detik itu juga jantungnya langsung bertalu-talu.
Sama halnya seperti semua wanita yang mengenal seorang Sebastian Putra Djenar, dirinya pun selalu terpesona setiap kali menatap lelaki tampan yang tak lain bos-nya itu, hanya saja ia begitu tidak percaya diri untuk mengakui meskipun hanya dalam hati.
"Eh, ini bukannya berkas yang akan dipakai meeting sebentar dengan PT Atlas?” Rudi nampak memperhatikan berkas yang ada ditangan wanita itu.
“Iya Pak Rudi, ini sudah di copy sesuai jumlah yang bapak minta kemarin.” wanita itupun mengiyakan sembari mengangguk gugup, saat menyadari Tian ikut menatapnya lekat, membuat tubuhnya seolah ingin meleleh.
“Oke, kalau begitu langsung saja bawa berkas ini ke ruangan Ceo sekarang.”
"Baik, Pak.” mengiyakan lagi, tepat disaat pintu lift terbuka.
Dengan sigap ia langsung mengekor dibelakang Tian dan Rudi memasuki lift, sementara karyawan lainnya menunduk takzim sampai pintu lift tertutup kembali.
Tentu saja selain Rudi dan wanita yang diperintahkan tadi untuk langsung membawa berkas yang dibutuhkan, mereka tidak mungkin ikut masuk lift bersama Ceo dan harus menunggu lift berikutnya.
Didalam lift yang berisi tiga orang itu, Arini memilih berdiri di sudut.
Tidak ada yang bicara selama beberapa saat sampai pintu lift kembali terbuka.
Tian keluar dari lift, langsung menuju ruangannya diikuti Rudi sang asisten, sementara Arini dengan sigap tetap mengekor dibelakang.
Berada tepat dibelakang punggung Tian yang tegap membuat Arini merasa betapa aura lelaki itu begitu kuat. Saking kuatnya bahkan udara disekitarnya terasa dingin seolah ikut terintimidasi oleh kehadiran sosok rupawan itu.
“Rudi, sudah ada kabar belum dari Best Electro?” pertanyaan yang keluar dari bibir Tian memecah keheningan.
“Belum, Pak. Sudah beberapa minggu terakhir ini Pak Rico sangat susah dihubungi.”
“Hhh ...”
Tian membuang napasnya kesal sambil terus melangkahkan kaki menuju ruangannya.
“Kemarin maksa banget mau di acc, sekarang malah menghilang begitu saja.” rutuk Tian begitu seraut wajah Rico, Ceo Best Electro, salah satu perusahaan elektronik ternama di negeri ini melintas dibenaknya dan menambah kelam suasana hatinya di pagi ini.
Rico Chandra Wijaya adalah satu-satunya teman dekat Tian sejak kecil.
Mereka pertama kali bertemu dibangku Sekolah Menengah Pertama, dan terus bersama saat di Sekolah Menengah Atas, hingga mengambil kuliah pada jurusan yang sama juga di Harvard.
Dua bulan yang lalu Rico begitu gencar mengajukan permohonan kontrak kerja sama demi melebarkan bisnisnya yang bergerak di bidang elektronik.
Rico bahkan terang-terangan ingin memanfaatkan koneksi Tian selaku sahabat dekatnya untuk membantunya dalam hal ini.
Dewasa ini persaingan dalam pemasaran barang elektronik memang sudah sedemikian ketat. Ada begitu banyak perusahaan-perusahaan baru yang bergerak di bidang serupa dengan kwalitas barang dan harga yang sangat bersaing di pasaran sehingga dibutuhkan tekhnik yang jeli dalam mengungguli persaingan pasar.
Rico tau persis bahwa jika Tian ikut andil didalamnya, maka apapun persoalan dan kendala yang akan dihadapi pasti akan jauh lebih mudah menyiasatinya, hanya dengan berbekal nama besar Tian, Ceo Indotama Group.
Tapi yang membuat Tian jengkel sudah sebulan terakhir ini Rico telah menjadi sangat susah untuk dihubungi. Entah apa yang terjadi, Tian belum tau persis. Yang jelas sebelumnya tidak pernah sekalipun Tian kehilangan kontak dengan Rico hingga selama ini, mengingat Rico Chandra Wijaya adalah satu-satunya makhluk diatas bumi ini yang memiliki keberanian untuk mengganggu hidup Tian.
“Saya akan langsung memberikan informasi kalau sudah mendapat kabar dari Pak Rico,”
“Baiklah, secepatnya diinformasikan dan tolong kamu siapkan saja dokumen kontraknya. Prioritaskan juga semua urusannya.” meskipun dalam hati Tian dongkol setengah mati tapi kenyataannya ia tidak bisa mengabaikan begitu saja segala sesuatu yang berhubungan dengan si cecunguk Rico yang tak lain adalah sahabatnya itu.
"Baik, Pak Tian, saya mengerti.” Rudi mengangguk takjim.
Arini yang sedari tadi mendengar pembicaraan singkat itu hanya berdiam diri.
Arini tau bahwa yang dimaksud Tian dengan seorang lelaki bernama Rico itu adalah tak lain Rico Chandra Wijaya, Ceo Best Electro yang merupakan sahabat dekat sekaligus rekan bisnis Tian yang cukup sering datang ke kantor pusat Indotama Group.
Sosok Rico tak kalah tampan dengan Tian. Melihat mereka berjalan bersama ibarat sedang menyaksikan sepasang pangeran dari negeri impian yang sedang tersesat di bumi.
Arini terlalu sering menyaksikan setiap kali Rico Chandra Wijaya datang ke kantor pusat, pasti tidak pernah sekalipun melewatkan kesempatan untuk menebar pesonanya pada para karyawan cantik yang dijumpainya.
Sifatnya itu jauh berbeda dengan Tian yang justru terkesan sangat dingin kepada siapa saja, meskipun menurut kasak-kusuk yang sering Arini dengar bahwa mereka berdua sebenarnya sama saja, sama-sama piawai dalam hal wanita.
Tapi karena Tian mempunyai sebuah prinsip, yakni pantang baginya memiliki urusan serius apalagi skandal dengan karyawannya sendiri.
‘Tentu saja, pria selevel Pak Tian pastinya memiliki selera yang tinggi untuk seorang wanita. Mana mau menengok karyawannya sendiri? Apalagi karyawan dengan penampilan dekil seperti aku ...'
Arini berkutat dalam lamunan sambil tak henti menatap punggung kokoh dihadapannya diam-diam dengan tatapan memuja.
Sesampainya di dalam ruangan, Arini langsung menaruh tumpukan berkas tersebut diatas meja dan berniat akan undur diri tapi niatnya teralihkan oleh suara telepon genggam Rudi, asisten pribadi Tian.
Rudi meminta ijin Tian untuk mengangkat teleponnya yang berdering dan lelaki itu berjalan keluar, meninggalkan Tian yang duduk di kursi kebesarannya, dengan Arini yang masih mematung salah tingkah didepan meja Tian.
Arini baru akan membuka suara untuk pamit manakala sebuah suara berat telah lebih dahulu menghentikan niatnya.
“Siapa namamu..?”
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Dinda Kharisma
keren thor...baru bab 2 dah bikin penasaran...alur nya ok bingit...
2022-09-04
3
Lili Ana
Saran thor. PT itu gak pakai titik thor
contoh:
PT Atlas ✔️
PT. Atlas ✖️
2022-01-13
1
sri hasan basri, S.Pd.
cukup baca 2 bab, aku tau kalau novel ini benar2 bagus dan menarik, jalan cerita dan bahasanya mudah dipahami, nggak njelimet, untuk sementara keyakinanku untuk baca ini novel nggak akan sia2, jdi aku lanjut thor..
2021-11-15
2