Bekerja sama
“Maafkan aku, Nek.. sebenarnya aku memang lebih memilih tinggal di apartemen karena aku merasa lebih fleksibel dengan letak apartemen yang lebih dekat dengan kantor,” ucap Tian sekenanya.
“Sepertinya perbedaan jarak
tempuhnya tidak sampai tiga puluh menit. Apa itu menjadi masalah besar ?” Saraswati sepertinya belum merasa puas meskipun Tian sudah memberikan alasan.
Tian terdiam sejenak.
“Tian, tinggal dirumah itu justru
jauh lebih fleksibel karena dirumah ada Bik Sumi dan Pak Udin yang akan
menyiapkan semua keperluan kalian. Kalau di apartemen kan kasian Arini. Dia pasti akan sangat repot jika harus melakukan semuanya seorang diri. Bukankah begitu, Arini..?” Saraswati mengalihkan pandangannya kearah Arini yang tergeragap, tidak siap ditodong demikian dengan pertanyaan Saraswati yang tiba-iba saja sudah meminta pendapatnya.
“A-aku.. aku juga sebenarnya tidak
merasa keberatan, Nek.” Arini berucap refleks.
Ia menatap Tian sekilas. Hanya
sekilas, tapi sorot mata elang lelaki itu yang sudah menatapnya lekat terlebih dahulu lewat sorot matanya seolah sedang mengirim signal bahwa ia sedang meminta
Arini bekerja sama dalam hal
memberikan jawaban yang tepat agar bisa memuaskan pertanyaan Saraswati.
“Kalau masalah pekerjaan rumah sebenarnya aku juga tidak merasa repot sama sekali, nek, karena ada bik Wati yang selalu datang dua kali sehari untuk membereskan apartemen sekaligus mengurus laundry.”
Untung saja Arini ingat bik Wati,
wanita paruh baya yang tadi pagi datang ke apartemen. Sedangkan Tian sedikit mengerinyit mendengar penjelasan Arini tentang bik Wati karena ia sendiri merasa belum sempat memberitahukan perihal bik wati kepada Arini. Tian baru sadar bahwa hari ini memang jadwal bik Wati untuk datang membersihkan apartemen dan mengantar jemput laundry seperti biasanya.
Mungkin tadi pagi Arini sudah
bertemu bu wati, begitu fikir Tian.
‘Syukurlah’,
Batin Tian sedikit lega begitu
menyadari bahwa Arini dengan mudahnya bisa memuaskan rasa keingin tahuan Saraswati.
‘Wanita itu cerdas juga rupanya..’
"Siapa bik Wati ?” sepasang alis Saraswati nampak bertaut mendengar sebuah nama yang terdengar asing ditelinganya.
“Orang yang aku pekerjakan untuk membereskan apartemen dan mengurus laundry setiap dua hari sekali, nek,” kali ini Tian yang menjawab.
Saraswati menatap Arini dalam-dalam. “Tapi aku tetap
merasa bahwa tinggal di apartemen bukan pilihan yang baik..” imbuhnya perlahan namun belum juga menyerah.
“Aku mengerti, Nek.. tapi untuk sekarang sepertinya tinggal di apartemen justru lebih praktis untuk aku dan Pak Tian, karena dengan
begitu sangat memudahkan kami berdua agar lebih mudah pulang pergi kantor..” imbuhnya lagi, kembali melirik Tian yang terlihat menarik nafas lega karena Arini jelas memahami maksud tatapannya tadi yang meminta Arini untuk meyakinkan Saraswati, tapi tidak demikian dengan ekspresi Saraswati.
“Pak Tian ?” kedua bola mata Saraswati membulat sempurna. “Panggilan macam apa itu, Arini ? masa kamu masih memanggil suamimu sendiri dengan sebutan seperti itu..??” protesnya. Kemudian ia menatap Tian seolah menuntut penjelasan.
Arini terperangah.
‘Astaga celaka.. kenapa tadi aku bisa kelepasan ?’
“Sayang.”
‘A-appa..?’
“Kalau sedang berdua dia memanggilku ‘Sayang’, nek..”
Tian berucap sambil tersenyum – senyum.
‘Demi apa ??!’
Rasanya Arini ingin mencekik lehernya sendiri saat mendengar kalimat itu. Kedua telinganya terasa memanas mendengar kebohongan
Tian pada neneknya yang sialnya justru terdengar begitu manis ditelinga Arini.
‘Yah.. Kebohongan yang manis.’
Susah payah Arini menelan ludahnya sendiri.
“Kamu ini bagaimana sih, Arini.. bagaimana mungkin karena
kebiasaanmu memanggilku seperti itu di kantor membuatmu selalu saja lupa kalau harus memanggil mesra suamimu sendiri..?” Tian merengut kearah Arini yang masih terperangah. Wajah Tian yang bukan main imutnya saat merengut seperti itu, membuat Arini merasa liurnya bisa menetes begitu saja kalau ia tidak segera
mengatupkan mulutnya sendiri.
“Astagaa.. aku tidak menyangka kalau kalian ini ternyata begitu manis..” Saraswati mengeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir melihat kemanjaan Tian.
Tapi kemudian ia sudah menatap lekat Arini lagi sambil mengerinyit.
“Lalu apa maksudnya dengan ‘kami berdua..?’ Apa maksudnya setelah ini kamu akan tetap bekerja juga..??”
Lagi-lagi Arini terhenyak. Ia mengira semuanya sudah selesai, tapi ternyata Saraswati adalah tipe wanita yang sangat teliti hingga bisa mencerna satu persatu kalimatnya dengan mudah, sekaligus menemukan jika ada secuil saja kejanggalan disana.
.
.
.
Bersambung..
Berikan support dengan mem-follow / menjadi pengikut lapak penulis yah..
caranya dibawah ini.. Terimakasih and Lophyuuu all..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 246 Episodes
Comments
Dinda Kharisma
arini begooo.ngapain ikut bohong demi s bes balok...
2022-09-04
1
Eni Trisnawati Mmhe Winvan
ngapain bohong hanya untuk menutupi tian huh cape deh
2021-11-07
2
Yeni Eka
Like dulu aja, bacanya nanti ya
2021-07-26
2