BAB 19

Louis duduk di sofa, ia menatap Janet yang berpura pura menyesal karena menabrak pelayan tadi.

"Tuan Louis, maafkan kecerobohanku hingga membuat gaun kekasih anda kotor." ujar Janet.

"Lupakan saja, sepertinya Amila juga sudah memaafkanmu." kata Louis.

"Minumlah, aku akan menunggu Amila dan meminta maaf padanya lagi."

"Terserah." kata Louis datar seraya menenggak minumannya.

Janet tersenyum licik, akhirnya ia berhasil. Minuman yang sudah ia campur dengan obat sudah diminum Louis sampai habis. Hanya dalam hitungan menit seperti yang dikatakan Benz, obat itu akan beraksi.

Janet terus menatap Louis, wajah pria itu memerah. Ia bahkan mulai mengendorkan dasinya.

"Apa anda baik baik saja?" tanya Janet.

"Mengapa ruangan ini sangat panas." jawab Louis.

Janet kembali tersenyum dengan licik. "Mana mungkin tuan, ini ruangan ber-AC."

Louis menggelengkan kepalanya, ia merasa mulai pusing. Janet segera mendekati Louis.

"Tuan, anda kenapa?" tanya Janet.

Wajah Louis semakin memerah, ia bahkan sudah membuka kancing kemejanya.

"Ami, kau sudah kembali." ujar Louis pada Janet.

"Gila, ternyata Benz tak membohongiku. Ia benar benar menganggapku kekasihnya yang ia cintai. Obat ini benar benar bekerja dengan cepat." pikir Janet senang.

"Tuan Louis, anda sadarkan." ujar Janet.

Louis semakin tak bisa menguasai tubuhnya, ia mendorong Janet hingga menyender ke sofa.

"Ami, aku tak sanggup menahannya lagi. Aku mencintaimu sayang, aku menginginkanmu." ujar Louis seraya mencium Janet.

Louis mencumbu Janet seolah olah sedang mencumbu Amila. Pria itu membuat Janet menggila, lehernya habis diciumi Louis, bahkan tangan pria itu sudah meraba kemana mana. Louis semakin menggila, ia menurunkan gaun Janet sampai payudara wanita itu semakin terbebas. Rasa panas pada tubuh Louis semakin terasa, ia benar benar butuh pelampiasan.

Pintu ruangan terbuka, Amila terbelalak saat melihat Louis sedang mencumbu Janet. Apa yang sedang dilakukan kekasihnya sungguh menyakitinya. Tapi ia bukan wanita lemah yang akan menangis lalu pergi begitu saja. Ia justru mendekati keduanya, Amila menarik Louis dengan kasar dan...

Plaaaaaaakk...

Suara tamparan keras mendarat di pipi Louis. "Apa yang kalian lakukan hah." bentak Amila.

Louis terkejut. "Ami..." ujarnya.

"Ya aku Ami, mengapa kau mengkhianatiku Louis." seketika air mata Amila tumpah.

Louis masih tak sadar, ia menatap keduanya bergantian. "Ya Tuhan mengapa kepalaku sakit sekali, mengapa kekasihku ada dua sekarang." ujar Louis.

"Kekasihmu ada dua, apa maksudmu?" bentak Amila.

"Jangan salahkan Louis, kami saling membutuhkan." ujar Janet.

"Diamlah jalang..." bentak Amila lagi.

"Kau Ami, kau juga Ami. Yang mana yang asli, ya Tuhan aku tak tahan lagi." ujar Louis semakin melantur.

Wajah pria itu semakin memerah dan keringatnya semakin mengucur deras. Amila menyadari ada yang tidak beres pada kekasihnya, ia adalah pekerja hotel yang tahu akan hal hal seperti itu. Amila menghapus air matanya, ia menatap meja dan melihat gelas kosong disana. Ia menatap Janet dengan marah.

Amila yakin, Janet melakukan sesuatu pada kekasihnya. Seketika Amila mengambil minuman yang masih penuh diatas meja dan menyiramkannya pada wajah Janet. Janet berteriak.

"Apa yang kau lakukan, apakah kau sudah gila." bentak Janet.

"Wanita murahan, aku tahu ada yang tidak beres. Apa kau pikir aku bodoh..." bentak Amila.

"Apa maksudmu?" tanya Janet.

"Ami, berhenti sayang... Bantulah aku..." pinta Louis.

Amila tak memperdulikan Louis, ia menarik Janet dengan kasar lalu menamparnya dengan keras.

"Aku berkecimpung di dunia perhotelan sejak aku kecil. Aku tahu bagaimana jalang murahan sepertimu untuk merayu seorang pria. Kau pikir bisa memisahkan kami. Kau wanita hina..." ujar Amila.

"Kau sialan..." bentak Janet.

"Keluar, sebelum aku memanggil polisi kemari. Keluar..." teriak Amila.

Seketika Albert dan Margaret juga beberapa orang masuk kedalam ruangan, mereka mendengar ada keributan dari laporan pelayan yang melewati ruangan itu.

"Apa yang terjadi?" tanya Albert.

Albert melihat ruangan semuanya sudah berantakan.

"Tuan Albert, bantu aku membawa Louis ke mobil. Dan nyonya Margaret, ajari temanmu menjadi wanita yang berharga. Jangan pernah mengganggu kami, atau kalian semua akan hancur." ancam Amila.

Amila Pranadja benar benar murka membuat siapapun akan takut mendengarnya, apalagi keluarga Pranadja benar benar bisa melakukan apapun untuk menghancurkan seseorang mengingat pengaruh besar dari keluarganya.

Walaupun Albert masih tak mengerti, ia tetap membantu Louis yang tak sadar keluar dari ruangan itu menuju mobil mereka di halaman. Pesta itu benar benar menjadi kacau akibat keributan mereka.

"Sayang bantu aku." gumam Louis saat sudah berada di kursi belakang mobil.

"Diam atau aku akan membuangmu ke sungai." ancam Amila.

"Apa yang terjadi padamu Louis?" tanya Albert ia menatap Louis lalu terbelalak. "Jangan jangan kau..."

"Anda benar, ini semua perbuatan Janet. Kali ini aku akan melepaskannya, tapi tidak untuk lain kali. Selamat atas rumah baru anda, kami pulang sekarang." jawab Amila seraya masuk ke mobilnya lalu meninggalkan rumah Albert dengan marah.

Sepanjang perjalanan, Amila terus menangis. Walaupun ini bukan kesalahan Louis, tapi tetap saja ia merasakan sakit hati melihat kekasihnya mencumbu wanita lain, jika ia lebih lama di kamar mandi, mungkin mereka sudah berhubungan intim di ruangan itu.

"Sayang..." ujar Louis sambil terus membuka bajunya.

"Oh ya Tuhan..." ujar Amila seraya menepikan mobilnya.

Ia turun lalu menghampiri Louis di kursi belakang. "Tenanglah Louis..." pintanya.

Louis memerangkap tubuh Amila, wanita itu terus berusaha melepaskan kengkangan tubuh besar kekasihnya sambil mengancingkan kemeja Louis. Pria itu terus mencumbu Amila, menciumi wajah dan lehernya. Amila berusaha bertahan. Ia mengambil sebotol air mineral lalu menyiramkannya pada Louis.

Seketika pria itu berhenti dan terkejut.

"Sadarlah Louis...Aku akan membawamu ke rumah kakak." ujar Amila seraya mendorong tubuh Louis.

Pria itu menahannya. "Aku menginginkanmu sayang."

"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang. Ini di jalan..." pikir Amila.

Sekuat tenaga ia mendorong tubuh Louis, pria itu terjengkang dan kepalanya membentur kaca jendela dengan keras lalu pingsan.

Amila terkesiap. "Louis, apa kau baik baik saja."

Tapi terlambat, ia benar benar membuat kekasihnya tak sadarkan diri tapi beruntung kepalanya tidak pecah. Ia segera keluar dari mobil lalu kembali ke kursi pengemudi. Dengan kecepatan tinggi, Amila membawa pria itu justru ke rumah sakit terdekat.

*****

"Apa yang terjadi sayang?" tanya Amora setelah mereka sampai di rumah sakit.

Amila menghubungi keluarganya setelah Louis selesai ditangani dokter di rumah sakit. Seketika Amila memeluk ibunya lalu menangis.

"Tenanglah Ami, Louis akan baik baik saja." kata Dion.

"Apa yang terjadi?" tanya Kevin ikut datang bersama Veronica.

"Berhenti bertanya, adikmu sepertinya masih syok." sahut Dion.

Veronica menghampiri Amila yang sedang memeluk pinggang ibunya.

"Ami, tenangkan dirimu. Ada kami disini." ujar Veronica.

Amila sejak awal terus berusaha tenang, tapi jika mengingat kejadiannya sejak awal, semua itu membuatnya ketakutan.

"Aku akan menemui dokter." ujar Kevin seraya meninggalkan mereka.

Amila akhirnya menceritakan semuanya pada keluarganya soal kejadian yang menimpa mereka. Dion tertawa saat mendengar bagaimana Louis bisa jatuh pingsan.

"Papi..." ujar Amila kesal.

"Tidak apa apa sayang, lain kali lakukan hal yang sama jika Louis seperti itu." goda Dion.

"Berhentilah bercanda papi." kata Amora.

"Aku setuju dengan papi, kau melakukan hal yang benar." ujar Kevin menghampiri mereka.

"Apa kata dokter sayang?" tanya Veronica.

"Louis baik baik saja, ia pingsan bukan karena benturan keras di kepalanya. Tapi karena dosis obat perangsang yang begitu besar dikonsumsinya. Pria itu tak bisa melampiaskannya hingga mempengaruhi kesadarannya. Ami, aku akan membuat laporan ke kepolisian. Ini bukan hal yang bagus untuk dibiarkan." jawab Kevin.

Amila menggeleng. "Aku memberinya kesempatan kak."

"Jangan begitu baik sayang, keluarga Pranadja tak pernah mentolerir hal seperti itu." kata Dion.

"Mi, tolonglah." pinta Amila pada ibunya.

Amora mengedipkan matanya pada Dion dan Kevin untuk menenangkan Amila. Mereka mengangguk penuh pengertian.

*****

Happy Reading All...😘😘😘

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ

🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ

nurut aja sama keluarga mu, biar si ulet keket kapok

2022-10-24

0

Debbie Teguh

Debbie Teguh

dasar junedi gila

2022-01-21

0

Agna

Agna

keren Amila

2021-07-28

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!