Louis sebenarnya tak tega melakukan itu, tapi untuk melanjutkan rencanya, ia harus tetap menyakiti Amila sedikit. Ia mengirim pesan pada Amila disaat wanita itu kemungkinan masih mabuk. Louis terkejut saat melihat tanda pesan sudah dibaca penerimanya. Louis ingin tahu apa jawaban dari wanita itu. Tapi sudah lebih dari setengah jam sejak pesannya dibaca belum juga ada jawaban.
Louis mencoba menghubunginya dan terkejut nomornya di luar jangkauan.
"Apa ia marah atau tak perduli hingga mematikan ponselnya." gumam Louis. "Ah sudahlah, aku akan menghubungi Veronica saja nanti." sambungnya seraya meletakkan ponselnya di atas meja.
Louis membaca berkas yang dikirimkan dari Novotel, walaupun ia jarang turun ke bisnis itu. Tapi laporan Novotel selalu dikirim padanya. Setelah selesai ia meletakkan semua berkasnya lalu keluar lagi dari ruang kerjanya. Rumah yang ia tinggalkan selama satu bulan ke Inggris tetap rapi dan bersih karena bu Mini selalu mengurusnya dengan baik, bahkan taman yang ia inginkan sudah mulai cantik.
"Apa tuan butuh sesuatu?" tanya bu Mini.
"Tidak, aku sedang menikmati udara disini saja. Di Inggris cukup dingin saat ini sangat berbeda dengan udara di Indonesia." jawab Louis.
Bu Mini hanya tersenyum, bahasa Indonesia yang digunakan oleh majikannya mulai bagus terdengar.
"Dimana pak Sarman?" tanya Louis.
"Katanya beli pupuk tuan." jawab bu Mini.
"Aku senang tamannya mulai terlihat cantik, persis seperti yang aku inginkan."
"Maaf tuan, bolehkah ibu bertanya?"
"Tentu saja bu, silahkan." jawab Louis.
"Apa tuan tak berniat punya istri disini? Rumah ini sangat besar dan sudah waktunya ada yang menemani tuan Louis di rumah." kata bu Mini.
Louis tertawa. "Bu Mini tenang saja, aku sedang mengejarnya. Tidak lama lagi aku akan menikahinya."
"Benarkah, orang Indonesia."
Louis mengangguk. "Benar, aku jatuh cinta pada wanita Indonesia."
"Alhamdulillah ya Allah." ucapan rasa syukur bu Mini keluar dari mulutnya.
Louis kembali tertawa. "Mengapa ibu membawa nama Tuhan?" tanyanya.
"Bu Mini senang tuan, bu Mini kadang sedih saat tuan kembali ke Inggris begitu lama. Rumah ini terasa kosong." jawabnya.
"Walaupun kelak aku akan menikah disini, tapi aku tetap tak bisa meninggalkan Inggris. Aku memiliki bisnis disana. Aku pasti akan sering mondar mandir." kata Louis lagi.
"Tapi tuan bisa punya anak anak yang tak mungkin akan ikut bolak balik ke luar negeri. Jadi bu Mini tidak kesepian."
Louis kembali tertawa, ia sangat senang membayangkan akan ada Amila dan juga anak anak mereka kelak.
"Bu Mini bisa mengunjungi anak anak bu Mini jika aku tak ada di rumah."
"Lah wong anak anak ibu jauh semua tuan." jawab bu Mini. "Ya sudah ibu mau masak lagi, tuan mau makan apa untuk makan malam?" tanyanya.
"Apa saja, aku menyukai masakan ibu." jawab Louis.
Bu Mini meninggalkan Louis untuk kembali ke dapurnya. Sedangkan Louis menuju taman rumahnya untuk menikmati matahari sore. Louis duduk di kursi taman sambil menatap tanamannya. Ia membayangkan ada anak anak yang berlarian disana dan juga senyuman Amila sebagai istrinya. Ia terus senyum senyum sendiri tanpa menyadari pak Sarman sudah kembali sedang menatapnya.
"Apa tuan sangat menyukai tamannya?" tanya pak Sarman membuat Louis terkejut.
"Ah, iya pak." jawabnya. "Terima kasih sudah merawatnya dengan baik." sambung Louis.
"Tentu saja tuan, itu sudah menjadi tugas pak Sarman."
"Untuk apa pupuk itu?" tanya Louis.
"Untuk semua bunganya biar tambah subur dan segar." jawab pak Sarman.
"Oh baiklah, bisakah aku ikut melakukannya."
"Jangan tuan, kotor."
"Memang tak bisa cuci tangan." jawab Louis seraya tertawa.
Louis pun ikut membantu pekerjaan pak Sarman, saat tangannya begitu kotor ponselnya berbunyi. Ia melihat ponselnya yang ada di meja taman ternyata Veronica yang menghubunginya. Louis segera membuka sarung tangannya lalu mencuci tangannya. Belum sempat ia mengangkat ponselnya, dering itu berhenti. Louis segera mengelap tangannya yang basah dan menghubungi Veronica balik.
"Ada apa Vero, maaf aku sedang mengurus taman." ujar Louis saat Veronica mengangkatnya.
"Oh ya ampun Louis, suamiku terus mengamuk karena adiknya tak henti hentinya menangis." jawab Veronica.
"Maksudmu Amila menangis?" tanya Louis.
"Tentu saja Amila, jika Kairo dan si kembar menangis mungkin Kevin tak semarah ini. Kami sudah berusaha membujuknya, dan kami tak berhasil. Ami tak mau mengatakan apapun pada kami, yang lebih mencengangkan ponselnya hancur berkeping-keping. Louis apakah kau menghubungi Amila dan mengatakan sesuatu yang menyakitinya?"
Louis terkejut, jangan jangan karena pesan yang ia kirimkan pada wanita itu. "Vero, bisakah aku berbicara dengannya?"
"Pintu kamarnya sekarang di kunci, tak ada satupun yang bisa masuk kesana. Mami sempat menemuinya, ia mengatakan sebelum ia keluar dari kamar, Amila baik baik saja. Ia pamit untuk tidur lagi. Tapi Kevin terkejut saat memasuki kamar untuk melihat keadaannya, ponselnya di temukan di lantai dan adiknya terus menangis."
"Aku akan kesana sekarang, aku akan membujuknya." kata Louis.
"Jangan sekarang, Kevin bisa membunuhmu. Karena sejak tadi ia yakin ini karena ulahmu."
"Justru karena itulah aku harus bertanggung jawab Vero, aku tak takut apapun. Tunggu saja." jawab Louis seraya menutup ponselnya.
"Pak Sarman, maaf aku tak meneruskannya. Aku akan keluar ada urusan mendesak." ujar Louis.
"Tentu tuan." jawab pak Sarman.
Louis segera masuk ke dalam rumah, ia tergesa gesa mengganti pakaiannya. Lalu mengambil kunci mobilnya dan keluar dari rumahnya menuju rumah Kevin. Berkali kali Louis mengumpat, ia tak sabar dengan kemacetan di sore hari. Ia menekan terus menerus klakson mobilnya.
"Oh ya Tuhan, apa ini karena pesan itu." gumamnya.
Louis menarik nafas panjang karena mobilnya tak kunjung jalan.
"Ah, sialan..." umpatnya.
Tapi apa daya, ia harus tetap bersabar. Hampir dua jam ia terjebak kemacetan di jalan dan akhirnya sampai juga di rumah besar Kevin Pranadja. Ia segera memarkirkan mobilnya dan turun. Ia berlari masuk, pesta itu sudah selesai. Keluarga Pranadja terlihat kebingungan di depan pintu kamar. Kedatangan Louis seketika menjadi tatapan mereka semua.
"Apa yang terjadi?" tanya Louis.
Kevin menggertakkan giginya, ia tak mampu lagi menahan emosinya.
Buuuuukkk...
Suara pukulan keras melayang pada wajah Louis membuat Louis terjatuh dan yang lain berteriak.
"Apa yang kau lakukan Kev." bentak Dion.
Veronica menahan suaminya yang tak bisa mengendalikan emosinya.
"Aku yakin ini karena ulahmu, aku sudah mengatakan padamu. Sampai kau menyakiti Amila, maka aku akan membunuhmu." bentak Kevin.
Louis memegang rahangnya yang nyeri. "Aku sama sekali tak menyakitinya, aku hanya ingin mendekati Amila. Apa aku salah menyukainya?"
"Jika kau menyukainya, mengapa kau membawa wanita lain?" tanya Kairo ikut kesal.
Louis menatap Veronica dan Kevin, karena hanya mereka yang tahu sandiwara ini.
"Jangan salahkan Louis, Amila menolaknya. Apa Louis akan terus menunggu adik kalian." ujar Amora. "Kevin, mami tak suka kau memukul orang lain." sambungnya.
"Bisakah aku berbicara dengan Amila?" pinta Louis.
"Lakukan saja jika bisa, jika kau tak mampu membujuknya, jangan pernah lagi muncul dihadapannya." ancam Kevin seraya meninggalkannya.
Veronica menghela nafasnya. "Maaf Louis." ujarnya seraya mengejar suaminya.
Dion dan Amora mengangguk pada Louis lalu mereka juga meninggalkan pria itu. Sedangkan Kairo mengajak si kembar meninggalkannya juga. Louis menghela nafasnya karena diberi kesempatan untuk merayu wanita yang ia cintai.
*****
Happy Reading All...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Athallah Linggar
caramu terlalu extrim louis,bkn hanya kevin klo aku jd kk'y amila pun udh kubunuh kau louis😡😡
2023-01-09
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
semoga Louis bisa membujuk nya, kalau nggak bisa pulang tinggal nama 😂
2022-10-23
0
𒁍﷽⃟handoko ᶳᵏˢ𖤍💫
next lanjut
2021-09-13
1