Amila sudah sampai di rumahnya sendiri, sepanjang perjalanan ia sungguh merasa terganggu dengan sikap Louis padanya. Padahal itulah yang ia inginkan selama enam bulan terakhir agar Louis tidak mengganggunya lagi. Tapi setelah melihat pria itu pergi begitu saja, ada perasaan kehilangan juga merasa bersalah atas sikapnya sendiri.
Amila duduk di sofa ruang keluarga, seketika bu Dede memijat pundaknya.
"Non pasti lelah." ujar bu Dede pelayannya.
"Seperti biasa bu, pekerjaan sangat full." jawab Amila.
"Non sudah makan malam belum?" tanya bu Dede.
"Sudah bu, apa papi dan mami kemari hari ini?"
"Tidak non, tapi nyonya Amora bilang non harus ke rumah besar besok pagi sebelum ke hotel."
"Ada apa? Apa mami bilang sesuatu?"
"Tidak non, hanya itu yang nyonya katakan saat di telepon. Katanya ponsel non susah dihubungi." jawab bu Dede.
"Ponselku seharian dalam mode diam. Baiklah, nanti aku yang menghubungi mami."
"Bu Dede siapkan air hangat untuk mandi ya non."
"Tidak perlu bu, ini sudah larut. Lebih baik bu Dede beristirahat, aku bisa melakukannya sendiri."
"Jangan sungkan non, bagaimanapun bu Dede pelayan disini."
Amila memegang tangan bu Dede. "Aku tak pernah menganggap bu Dede seorang pelayan atau pembantu. Bu Dede sudah seperti keluarga Ami sendiri. Bu Dede sudah merawat Ami lebih dari 3 tahun."
"Tetap saja, sudah non tunggu saja sebentar." kata bu Dede seraya meninggalkan Amila.
Amila menghela nafasnya, pelayanannya memang sangat rajin dan selalu merawatnya dengan baik setelah ia jauh dari orang tuanya.
"Apa yang mau mami bicarakan hingga menyuruhku kesana pagi pagi." gumam Amila. Ia menatap jam tangannya. "Sudah hampir jam sepuluh malam, pasti mami sudah tidur. Baiklah lebih baik aku kesana saja tanpa menghubunginya." gumamnya lagi.
Amila beranjak dari duduknya menuju kamarnya. Pelayannya masih berada di kamar mandinya.
"Bu Dede, tak perlu banyak banyak air di bak. Aku mandi hanya sebentar." ujar Amila.
Bu Dede keluar dari kamar mandi. "Sudah selesai non, lebih baik non mandi dan langsung tidur."
"Terima kasih bu, selamat malam." jawab Amila.
"Selamat malam juga non." jawab bu Dede seraya meninggalkan kamar Amila.
Amila membuka bajunya lalu segera masuk ke kamar mandi. Ia masuk ke bak mandi yang sudah di isi dengan air hangat. Amila merendam tubuhnya sendiri, rasa lelah seketika hilang tapi pikirannya kembali merajalela. Tentu saja Louis kembali mengganggu pikirannya.
Amila mengumpat sambil menggelengkan kepalanya dengan keras membuat air yang ada di rambutnya mengenai dinding dan kaca kamar mandi.
"Sadarlah Ami, bukankah seharusnya kau senang Louis menjauhimu." gumamnya sendiri.
Amila segera menyelesaikan mandinya. Ia memakai jubah mandi lalu keluar dari sana. Rambutnya yang basah segera ia keringkan dengan hair dryer. Setelah itu ia mengganti jubah mandinya dengan piyama tidur. Amila segera naik ke atas ranjangnya.
Perasaan gelisah terus membuatnya tak bisa tidur, sudah hampir satu jam ia terus membalik balikkan tubuhnya. Amila pun terduduk dan segera turun dari ranjangnya menuju dapur untuk membuat susu coklat kesukaannya.
"Apa yang sedang non Ami lakukan?" tanya bu Dede.
Seketika Amila terkesiap dan menjatuhkan gelasnya. "Ya Tuhan bu." kata Amila.
"Maaf non, biar bu Dede saja yang membereskannya. Nanti non terluka."
"Aku sudah terluka dengan menyiram kakiku dengan air panas." kata Amila.
Seketika bu Dede menunduk dan melihat kaki Amila. Amila segera mundur dan membangunkan pelayanannya.
"Apa yang bu Dede lakukan sih? tanya Amila.
"Bu Dede mengecek kaki non Ami." jawabnya. "Sini non, bu Dede akan mengoleskan obat bakar." sambungnya.
"Tidak perlu bu, aku bisa sendiri." kata Amila.
Bu Dede tetap memaksanya, ia membawa Amila ke ruang makan dan menyuruh wanita itu duduk. Bu Dede segera mengambil kotak P3K lalu segera berjongkok di depan Amila.
"Bu, biar aku saja." kata Amila.
"Tidak non, sudah non diam saja. Bu Dede takut ada bekas luka di kaki mulusnya non Ami."
Amila tertawa. "Ya ampun berlebihan sekali, hanya sedikit bu."
"Seharusnya non Ami bilang saja kalau butuh sesuatu, biar bu Dede yang membantu."
"Iya iya aku akan memanggil bu Dede lain kali, tadi aku tidak bisa tidur jadi mau buat susu coklat sendiri, tapi bu Dede mengejutkanku."
"Maaf non."
"Tidak apa apa bu, kenapa bu Dede belum tidur?" tanya Amila.
"Bu Dede tadi haus, lalu terkejut melihat non ada di dapur."
"Oh... Sudah cukup bu. Kakiku baik baik saja."
"Tunggu sebentar, biar bu Dede yang buat susunya."
Amila hanya mengangguk, ia menatap kakinya yang memerah. Untung saja tidak ada serpihan gelas yang mengenai kakinya.
"Semua ini gara gara Louis, bahkan ia mengganggu pikiranku." pikir Amila.
Beberapa menit kemudian, bu Dede memberikan susu coklatnya. Amila mengambilnya lalu langsung membawanya ke kamar setelah mengucapkan terima kasih.
Ia meminum susu itu sedikit demi sedikit. Tapi pikirannya kembali pada Louis lagi. Amila mengambil ponselnya, satu satunya cara agar ia bisa tenang dengan menghubungi pria itu. Ia mencari nomor telepon Louis lalu segera menghubunginya.
Amila sama sekali tak mempersoalkan waktu, karena ia juga sering mendapat telepon dari pria itu di tengah malam walaupun ia tak pernah mengangkatnya. Rasa kesalnya semakin menjadi saat pria itu tak kunjung mengangkat teleponnya.
"Apakah ini yang Louis rasakan saat aku tak mau mengangkat teleponku. Ternyata sungguh menyebalkan, apa semudah itu ia ingin menjauhiku? Apa ucapanku benar benar sudah keterlaluan?" pikir Amila.
*****
Di rumah Louis, ternyata memang pria itu sengaja tak mengangkat telepon dari Amila. Louis sudah menatap layar ponselnya berkali kali, Semua panggilan Amila sudah lebih dari tiga kali.
"Maaf Ami, aku akan menahan diriku sekarang. Aku harap kau benar-benar merasa terganggu dengan sikap dinginku. Walaupun ingin sekali aku mengangkatnya tapi aku tak ingin rencanaku gagal." gumam Louis.
Louis memang belum tidur, ia sedang mencari agen untuk menyewakan wanita cantik yang bisa bersandiwara di internet. Sudah banyak rekomendasi, tapi semuanya bukan wanita baik baik. Rata rata wanita itu berasal dari klub malam sampai tempat karaoke. Dan tarif mereka benar benar drastis, bahkan mereka berani melakukan hubungan intim dengan tarif yang berbeda.
"Bagaimana mungkin aku harus menyewa wanita seperti ini untuk membuat cemburu Ami. Bukankah sama saja merendahkan harga diri Ami, tapi aku tak ada waktu untuk mencari kenalan. Aku ingin cepat membawa wanita lain di hadapan Ami. Semakin cepat semakin baik untuk melihat perasaannya yang sebenarnya. Jika aku meminta bantuan pada Vero, maka Kevin benar benar akan membunuhku. Aku tak mau terus menerus mengganggu rumah tangga Vero dengan masalahku. Ya Tuhan, apa yang harus lakukan sekarang? Mengapa begitu sulit mengejar wanita yang aku sukai?" gumam Louis.
Louis menutup laptopnya, ia kembali menatap layar ponselnya yang berkedip kedip. Amila masih juga menghubunginya, dengan perasaan terpaksa, Louis memasukkan ponselnya ke dalam laci di samping tempat tidurnya. Ia langsung naik ke ranjang untuk pergi tidur.
*****
Happy Reading All...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
kalau dah dapet cewek boongan, jangan sampe tuh cewek nanti nya jadi pelakor
2022-10-23
0
𒁍﷽⃟handoko ᶳᵏˢ𖤍💫
lanjut
2021-09-13
1
Sri Salina
cie2 Louis jual mahal
2021-07-06
1