Louis mendekati pintu kamar itu, ia mengetuk pintunya berkali kali.
"Ami, bisakah kau buka pintunya. Aku Louis, biarkan aku berbicara denganmu." pintanya.
Tak ada suara apapun yang terdengar dari dalam kamarnya.
"Ami, aku tahu kau mendengarku. Bukalah pintunya, apa kau mau aku dibunuh kakakmu. Aku sudah menerima pukulannya." ujar Louis lagi.
Cukup lama Louis menunggu, tapi pintu kamar tetap tak dibuka.
"Oke baiklah, dengarkan aku. Janet bukan kekasihku, ia hanya wanita sewaan untuk membuatmu cemburu. Sepertinya aku tak berhasil melakukan sandiwara ini, Ami. Jika kau sama sekali tak menyukaiku, aku tak akan mengganggumu lagi. Benar kata Kevin, seharusnya aku tak muncul lagi dihadapanmu. Aku malah membuatmu kesal hari ini, tapi jangan menyiksa keluargamu. Mereka sangat menyayangimu Ami, mereka tak ingin kau menangis. Ami..."
Seketika pintu kamar terbuka, Amila menghambur ke pelukan Louis membuat pria itu terkejut. Wanita itu terisak di pelukan Louis. Louis masuk ke kamar itu dan menutup pintunya. Ia memeluk Amila dengan erat.
"Maaf, maafkan kebodohanku." kata Amila sambil terisak.
Louis tersenyum. "Jadi apakah sandiwaraku berhasil menyadarkanmu?" godanya.
Amila melepaskan pelukannya, ia menekuk wajahnya. Seketika Louis menarik wajahnya dan menciumnya. Amila terkejut, ini ciuman pertamanya tapi ciuman itu membuat hatinya bergejolak. Amila memejamkan matanya dan menerima ciuman itu. Ciuman Louis sangat lihai, tapi Amila terasa sangat kaku.
"Apa ini ciuman pertamamu?" tanya Louis.
Amila mengangguk dengan polos.
"Maka kau akan cepat belajar dariku." kata Louis seraya menarik wajahnya lagi.
Ciuman yang lembut berubah menjadi hasrat yang menggebu-gebu. Benar saja Amila cepat belajar dari permainan Louis, ia mampu membalas ciuman itu membuat Louis tersenyum. Keduanya saling membelit lidah membuat Amila mengeluarkan suara lenguhan indah. Mereka hampir kehabisan nafas, keduanya menghentikan ciuman itu dan mengatur nafas mereka.
Louis kembali memeluknya dengan erat. "Aku pikir akan lama untuk melakukan sandiwara ini."
"Aku tak sanggup lagi menahannya, aku marah dan membencimu karena bertanya soal wanita itu bukan keadaanku. Aku menangis karena akhirnya menyadari kalau aku menyukaimu. Aku terus melawan hatiku untuk tidak menyukai pria asing. Tapi semakin aku menahannya, hatiku semakin sesak." jawab Amila.
"Oh ya Tuhan, kau menggemaskan sekali." kata Louis seraya mengelus punggungnya. "Ami, apa kau mau menikah denganku?"
Tiba tiba sebuah lamaran terlontar dari mulut Louis. Amila melepaskan pelukannya lalu menggelengkan kepalanya. Louis terkejut mendapat penolakan itu.
"Tapi kenapa? Aku akan melamarmu dengan layak nanti." kata Louis.
"Bukan itu, lamaran seperti apapun sama saja bagiku. Aku tak menginginkan lamaran romantis seperti yang diinginkan kebanyakan wanita." jawab Amila.
"Lalu mengapa kau menolakku? Aku cukup lama menantikan momen ini Ami, aku datang mengejarmu bukan untuk menjadikanmu seorang kekasih. Aku ingin kau menjadi istriku." ujar Louis.
"Tidak untuk saat ini, kita jalani terlebih dahulu. Aku masih belum yakin dengan perasaanku saat ini, walaupun aku senang mendengar kejujuranmu soal sandiwara ini. Tapi aku belum siap untuk menjadi seorang istri."
Louis menghela nafasnya. "Baiklah, aku hargai pendapatmu. Tapi kau tidak boleh mengubah pikiranmu sekarang, mulai hari ini kita berkencan Ami."
Amila tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. Ia mengangkat tangannya untuk mengelus wajah Louis yang mulai terlihat membiru.
"Kak Kevin benar benar keterlaluan. Apa sangat sakit?" tanya Amila.
Louis menggeleng. "Tidak sama sekali, ini tidak sepadan dengan air mata yang kau keluarkan karenaku. Aku akan membelikan ponselmu yang baru."
"Kau pikir aku miskin."
"Tentu saja kau tidak miskin, tapi aku akan memberikan hadiah pertamaku padamu. Jangan menolaknya Ami, ini adalah kebahagiaanku setelah berbulan-bulan aku menantinya." jawab Louis.
"Jika aku tadi tetap tak ingin menemuimu, apakah kau benar benar akan pergi selamanya dari hadapanku?" tanya Amila.
Louis mengangguk. "Selama kau bisa kembali bahagia, aku akan mengalah. Karena sesuatu yang dipaksakan itu tidak baik."
"Sepertinya aku sering mendengar kata kata itu."
"Tentu saja, Veronica adalah wanita yang selalu mengucapkan kata kata itu." jawab Louis.
Keduanya tertawa bersama.
Louis menarik Amila kedalam pelukannya lagi. "Aku tak ingin mendengar kabar kau menangis lagi Ami. Aku hampir menabrak setiap mobil di depanku karena panik."
"Kau berlebihan, sebenarnya aku baik baik saja. Hanya tak ingin berbicara pada siapapun, tapi keluarga Pranadja mana pernah membiarkannya terutama Kevin Pranadja." jawab Amila.
"Kau seharusnya bahagia memiliki keluarga seperti Pranadja."
"Tentu saja." jawab Amila.
"Aku sejak kecil tak pernah tahu siapa orang tuaku dan juga siapa saudaraku. Aku sejak kecil berjuang sendiri di jalanan hingga akhirnya bisa bersekolah dan memiliki bisnis. Menghasilkan uang sejak kecil adalah kebiasaanku." kata Louis sedih.
"Louis, apakah kau ditinggalkan di panti asuhan?" tanya Amila.
Louis menggelengkan kepalanya. "Mereka lebih kejam dari binatang, aku ditinggalkan di stasiun kereta api. Saat itu aku masih berumur 3 tahun, jadi sampai saat ini aku benar benar lupa seperti apa wajah orang tuaku. Aku hanya ikut seorang pengemis disana. Ia yang mengatakan usiaku saat ditinggalkan. Tapi sayang sekali, wanita tua itu meninggal saat aku masih berumur 7 tahun. Saat itulah aku mulai berjuang sendiri di jalanan."
Amila merasakan sakit saat mendengar cerita dari Louis. Ia tak bisa membayangkan seperti apa kehidupan di luar saat usianya masih sangat kecil.
"Lupakan ceritaku nona cantik, sudah saatnya kau menemui keluargamu dan katakan pada mereka kau baik baik saja." kata Louis.
Amila mengangguk. "Apa aku wanita yang mudah?" tanyanya.
"Apa maksudmu?"
"Hanya sekali kau membawa wanita di depanku, aku sudah menyerah. Apa aku begitu mudah Louis?"
"Ciiiih, aku mengejarmu selama 7 bulan sampai harus berinvestasi di hotel kalian dan terus mondar mandir Indonesia-Inggris. Bagaimana kau bisa mengatakan kau wanita yang mudah? Aku bahkan bisa mendapatkan wanita hanya beberapa menit di Inggris Ami." jawab Louis.
"Apa kau suka melakukan itu?" tanya Amila mulai kesal.
"Sebelum aku bertemu Veronica, aku sangat bebas Ami. Aku akui itu, tapi aku sehat sayang. Aku tak memiliki penyakit yang kau takutkan. Kita bisa mengeceknya ke dokter jika kau tak percaya. Aku melakukan itu hanya untuk bersenang senang, kau tahu disana sangat bebas dan aku pria yang normal. Saat aku bertemu Veronica, aku berubah. Veronica adalah wanita yang selalu melarangku ini dan itu, saat itulah aku mulai menyukainya. Tapi tak pernah jantungku berdebar kencang seperti saat bertemu denganmu Ami, dan aku menyadari perbedaan perasaanku itu." jawab Louis.
"Itulah mengapa aku tak suka pria asing."
Seketika Louis berjongkok di depan Amila lalu mengangkat kedua jarinya. "Aku bersumpah, kau wanita yang terakhir dalam hidupku. Aku akan melakukan itu denganmu setelah kau menyetujui menjadi istriku."
Amila tertawa lalu menarik Louis agar bangun. "Kau pria dewasa yang sangat konyol, tapi aku pegang sumpahmu tuan Louis."
"Kau terlihat cantik saat marah dan saat tertawa, Tuhan begitu luar biasa menciptakan wanita sepertimu." ujar Louis.
"Jangan gombal tuan, ayo kita keluar sekarang." ajak Amila.
Keduanya pun keluar dari kamar itu untuk menemui keluarga Pranadja yang sudah menunggu kedatangan mereka.
*****
Happy Reading All...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Athallah Linggar
ketidak sukaan amila thadap orang asing beralasan,kr pgaulan tg bebas disana jg sex bebas tdk dilarang Sering celap celup,bkiin ilfell kan ami? kamu benar ami
2023-01-09
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
cieee jadian 😆
2022-10-23
0
Debbie Teguh
berhasil.. berhasil..berhasil yeee ( lagunya dora)
2022-01-21
0