Keesokan harinya, Amila terbangun dan merasakan sakit kepala karena ia kurang tidur. Berkali kali ia memijat pelipisnya sendiri lalu turun dari ranjangnya. Ia masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Lagi lagi ia kembali teringat sikap Louis padanya. Bahkan ia sudah menghubungi pria itu berkali-kali semalam, tapi sepertinya Louis benar benar marah padanya.
"Seharusnya ia menghubungiku pagi ini jika semalam tertidur. Tapi kenyataannya ia belum menghubungiku juga. Apakah ia benar benar ingin menjauhiku? Sialan, mengapa aku sangat terganggu." gumam Amila sambil menggosok tubuhnya.
Setengah jam kemudian, ia pun menyelesaikan mandinya dan siap siap berangkat ke rumah besar Pranadja.
"Non sarapan dulu." ujar bu Dede.
"Tidak bu, mungkin aku akan sarapan di rumah mami." jawab Amila.
"Setidaknya minum susunya non." pinta bu Dede lagi.
"Baiklah." kata Amila seraya mengambil susunya di meja dan menenggaknya setengah gelas.
"Aku berangkat sekarang bu." ujar Amila.
"Hati hati di jalan non." sahut bu Dede.
Amila melambaikan tangannya lalu meninggalkan rumahnya. Perjalanan menuju rumah besar Pranadja hanya satu jam. Ia pun akhirnya sudah sampai disana. Amila segera masuk ke dalam rumah.
"Mami, aku datang." ujar Amila.
"Langsung ke ruang makan Ami." teriak Amora.
Amila menuju ke ruang makan, disana sudah ada kedua orang tuanya dan si kembar.
"Selamat pagi semua." sapa Amila.
"Pagi juga." jawab mereka bersamaan.
"Apa mami mencariku?" tanya Amila.
"Sarapan dulu, mami tahu kau belum sarapan." jawab Amora.
Amila mengangguk dan duduk diantara mereka.
"Bagaimana kabar kalian?" tanya Amila pada si kembar.
"Seperti biasa kak, kami sibuk mempersiapkan ujian." jawab Gioni.
"Tak ada waktu untuk bertemu Nathan." sahut Giana kesal.
Amila tersenyum. "Nathan pasti akan mengunjungi kalian."
"Sarapan dulu, kita bisa berbicara nanti." kata Dion.
"Siap pi." jawab anak anaknya.
Mereka pun menikmati sarapan selama 15 menit. Si kembar berpamitan untuk ke sekolah, sedangkan Dion dan Amora membawa Amila ke ruang keluarga.
"Kita tunggu Kairo datang terlebih dahulu." kata Amora.
"Mami membuatku penasaran saja, apa ini penting?" tanya Amila.
"Penting sayang, ini soal acara Nathan." jawab Amora.
"Acara Nathan? Pembabtisan atau..."
"Perkenalan." potong Amora.
Suara langkah kaki mendekati mereka. "Pagi mi pi Ami." sapa Kairo. "Maaf aku terlambat bangun." sambungnya.
"Pagi juga Kai." jawab mereka.
"Apa kau sudah sarapan?" tanya Amora.
"Di hotel saja." jawab Kairo.
"Sarapan saja kau tunda." kata Dion.
"Aku tak biasa makan terlalu pagi pi, kalian kan tahu itu."
"Kebiasaan buruk tak bisa diubah." ejek Amila.
"Jangan mengejekku nona." kata Kairo
"Sudah sudah, bukan saatnya kalian bertengkar. Mami mengumpulkan kalian untuk membicarakan pesta perkenalan Nathan. Mami tidak membicarakannya pada Kevin dan Veronica karena ingin membuat kejutan. Mami ingin kalian memberi masukan seperti apa seharusnya acara besar ini." kata Amora.
"Nathan putra pewaris Novotel, seharusnya acara ini tak bisa sederhana." kata Amila.
"Mami tahu sayang, tapi acara yang kita lakukan selalu saja di Novotel."
"Setidaknya kalian harus membuat rencana antara hotel Sheraton atau Kurnia." sahut Dion.
"Mengapa kita menyiapkan pesta di rumah baru mereka saja?" tanya Kairo.
"Ide bagus juga." kata Dion.
"Jika kita melakukannya di rumah mereka, artinya ini bukan kejutan." ujar Amora.
"Tapi aku juga setuju pendapat kak Kai, selain pesta perkenalan Nathan, kita juga bisa syukuran rumah baru mereka." kata Amila.
"Kau benar, kalau seperti itu mami tak jadi memberi kejutan. Lebih baik mami rencanakan dengan mereka." jawab Amora.
"Itu lebih baik mi. Jika sudah selesai, aku harus kembali bekerja." kata Kairo.
"Aku juga mi, ada meeting jam 10 nanti." sahut Amila.
"Ami, bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Louis?" tanya Amora.
"Perkembangan? Aku tak punya hubungan apapun dengannya." jawab Amila datar.
"Jangan terlalu keras Ami, Louis pria yang baik. Dia tampan dan juga mapan. Bukankah tujuannya bekerja sama dengan Novotel karenamu." kata Kairo.
"Ck... Entahlah... Aku tak menyukai pria asing." kata Amila.
"Tapi kau menyukai kakak iparmu." ujar Dion.
"Berhentilah memaksaku, lebih baik carikan jodoh untuk kak Kairo sebelum aku."
"Kenapa jadi aku? Aku tak mau menikah." jawab Kairo.
"Kai, kau juga harus menikah. Jawaban apa yang kau katakan tadi." ujar Amora.
"Jangan perdulikan aku mi, aku tak ingin memiliki ikatan. Aku suka kebebasan seperti ini." jawab Kairo.
"Mau sampai kapan?" tanya Dion.
"Oh ayolah, bukankah kita sedang membahas Ami."
Amila terkekeh, ia tahu kakaknya yang lebih kalem ini tidak ingin berhubungan dengan wanita manapun. Ia sama sekali tak ada niat untuk memiliki kekasih apalagi harus menikah.
Kairo mencubit pipi Amila. "Pikirkan soal Louis."
Amila menggosok pipinya. "Ais kak Kai, sakit tahu."
Dion dan Amora tertawa melihat tingkah mereka yang masih seperti anak anak. Keduanya memang tak bisa memaksa anak anaknya untuk segera menikah. Apalagi Kairo yang sangat anti dengan perselisihan. Putra kedua mereka sudah berkali kali ingin menjadi lajang selamanya.
"Sudah sudah, lebih baik kalian bekerja sekarang." ujar Dion.
Kairo dan Amila beranjak dari duduknya. Keduanya berpamitan pada orang tua mereka menuju hotel masing masing.
*****
"Mereka mandiri namun belum dewasa." ujar Amora setelah kedua anaknya meninggalkan mereka.
"Aku justru lebih khawatir pada Kairo mi, anak itu sama sekali tak ingin menjalin hubungan dengan wanita." kata Dion.
"Kairo akan berubah pikiran setelah menemukan wanita yang ia cintai pi. Kau lihatlah Kevin, ia dari dulu hanya bermain main dengan wanita. Tapi siapa sangka ia justru jatuh cinta dan sekarang memiliki keluarga sendiri."
"Kevin selalu dekat dengan wanita, bahkan beberapa orang bergosip bahwa Kevin seorang playboy. Sedangkan Kairo sama selalu menghindari yang namanya wanita kecuali keluarganya sendiri."
"Lalu bagaimana dengan Ami? Putri kita hampir sama dengan Kairo."
"Ami akan berubah pikiran sebentar lagi. Aku melihat kegigihan Louis selama enam bulan ini. Aku pikir Louis akan berusaha untuk mendapatkan hati putri kita." jawab Dion.
"Aku memang setuju soal Louis, tapi sepertinya Ami benar benar tidak suka pria asing."
"Veronica juga orang Inggris sebelumnya, tapi ia sangat dekat dengan menantu kita itu."
"Veronica wanita sayang. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mereka?" tanya Amora.
"Tunggu saja perkembangan soal Louis selama satu tahun. Dan soal Kairo, aku akan mencari putri kolega bisnis untuknya." jawab Dion.
"Perjodohan? Apa papi yakin, bukankah kita janji tidak akan melakukannya."
"Tidak untuk Kairo sayang. Kita harus bertindak, ia terlalu pendiam. Hanya perjodohan yang akan mengubah sikap anak itu."
"Baiklah, terserah pada papi saja. Kita lebih baik ke rumah cucu kita. Aku ingin segera mengatakan rencana ini pada Veronica. Setidaknya butuh waktu satu bulan untuk mempersiapkannya dengan matang."
"Kau selalu tidak sabaran nyonya cantikku." jawab Dion, ia mendekati istrinya. "Sebelum itu, bisakah kau melayani suamimu ini." godanya.
"Ya Tuhan pak tua, kau sama sekali tak berubah." jawab Amora.
Dion tersenyum. "Aku selalu menginginkanmu." bisiknya. "Staminaku tak pernah berubah walaupun aku semakin menua." sambungnya.
Amora terkekeh, seketika tawanya terhenti saat Dion menciumnya.
"Papi..." ujar Amora namun wajahnya sudah memerah. "Ini masih pagi..."
"Dan aku belum kenyang sarapan." jawabnya seraya menarik Amora menuju kamar utama mereka.
*****
Sudah pasti kalian tahu apa yang mereka lakukan🤭🤭🤭
Happy Reading All...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
ya ampun Dion 🤭 jadi anu deh mana di sini ujan gede lagi 🤣😆🤣
2022-10-23
0
Debbie Teguh
lgs seger sepanjang hr hehehe
2022-01-21
0
Anindya
sarapan pagi.....diranjang tentunya
2021-10-03
1