BAB 9

Amila terbangun seketika perutnya mual, ia terburu buru menuju kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya di kloset. Kepalanya berdenyut akibat mabuk. Ia berkali-kali mengumpat karena mengingat kebodohannya sendiri. Pintu kamar terbuka dan suara langkah kaki menghampirinya.

"Apa kau bodoh Ami? Mengapa kau minum alkohol di siang hari?" tanya Kairo.

"Oh ayolah kak, aku masih pusing sekarang." jawab Amila.

Kairo membantu adiknya berdiri. "Untung saja mami dan papi tak marah karena mereka sibuk dengan tamu yang lain. Minumlah obatnya, kau akan segera membaik."

"Terima kasih kak, aku hanya merayakan pesta ini."

"Ciiiih, aku rasa bukan itu alasanmu minum nona. Tanyalah pada hatimu sendiri." ejek Kairo.

"Apa?" tanya Amila.

Kairo membantu Amila menuju tempat tidur lalu memberikan air dan obatnya, seketika Amila meminumnya.

"Mengapa kau terus menghindari Louis jika kau menyukainya?" tanya Kairo.

Amila tersedak membuat Kairo terkekeh.

"Kejam sekali, aku tersedak kak Kai malah tertawa."

"Terimalah Louis sebelum pria itu menjadi milik orang lain."

"Tidak...Aku tak menyukainya." jawab Amila.

"Kau keras kepala, kau akan menyesal karena sikapmu ini. Belajarlah dari pengalaman kak Kevin, Ami." kata Kairo.

"Oh ayolah kak, aku benar benar tak menyukai Louis. Aku tak menyukai pria asing."

"Kau bisa dekat dengan kak Veronica, mengapa kau tak bisa..."

"Itu berbeda, kak Vero wanita sedangkan Louis itu pria." potong Amila.

"Terserahlah, aku sudah memperingatkanmu. Louis pria yang sangat baik, ia tampan juga mapan. Bahkan aku bisa melihat kelembutannya saat menggendong Nathan. Ia pria yang sempurna untuk menjadi suamimu." ujar Kairo.

"Stop it...Kakak bisa menasehatiku tapi bagaimana dengan kakak sendiri?" tanya Amila.

"Kenapa denganku?"

"Ya Tuhan kak, kakak juga harus jatuh cinta dan berkeluarga."

"Tidak akan, aku tak ingin hidupku dicampuri oleh orang lain terutama seorang wanita. Hidup bebas seperti ini sangat menyenangkan." jawab Kairo.

"Astaga aku tak bisa bicara lagi denganmu soal wanita, tapi aku yakin suatu saat kau bisa termakan dengan omonganmu sendiri saat sedang jatuh cinta."

"Hentikan Ami, mengapa kau justru menasehatiku. Sialan..." umpat Kairo.

Amila tertawa, rasa sakit kepala dan mabuknya perlahan lahan menghilang karena efek obat yang ia minum.

"Mengapa pestanya lama sekali, apa mereka semua masih disini?" tanya Amila.

"Aku bisa mengartikan pertanyaanmu Ami, Louis dan kekasihnya sudah pergi." jawab Kairo.

"Kak Kai..."

Kali ini Kairo yang tertawa setelah menggoda adiknya, bahkan rona wajah Amila sudah menjadi merah.

"Kalian seru sekali..." ujar Amora memasuki kamar.

"Mami..." jawab keduanya.

Amora mendekati mereka lalu menarik hidung putrinya. "Kau gadis nakal, hampir saja kau mengacaukan pesta kakakmu."

"Tentu saja ia mengacau, ia cemburu melihat Louis bersama wanita lain." goda Kairo.

Seketika Amila mengambil bantal dan memukul kakaknya. Kairo tertawa lalu beranjak dari sisi tempat tidur itu.

"Aku akan keluar sekarang, pikirkanlah Ami..."

Amila kembali melemparkan bantalnya pada Kairo.

"Apa kau baik baik saja sekarang?" tanya Amora setelah putranya menutup pintu kamarnya.

Amila mengangguk. "Tadi aku sudah minum obat yang dibawakan kak Kairo. Maaf mi..."

"Mami tak pernah melarang kalian minum untuk merayakan sesuatu, tapi mami tak suka kalian melakukannya hingga mabuk. Kau bahkan melakukannya di siang hari Ami." kata Amora.

Amila memeluk ibunya. "Aku salah, maaf."

Amora mengelus punggungnya dengan lembut. "Jika kau merasa terganggu dengan kehadiran Louis dan wanita itu, artinya kau sedang cemburu dan memiliki perasaan padanya."

Amila melepaskan pelukannya. "Tidak, aku tak menyukai Louis mi. Aku kesal karena keduanya mengatakan aku gadis kecil, bahkan wanita itu bilang aku kekanak-kanakan."

Amora terkekeh. "Apa yang salah dengan itu? Kau masih berusia 21 tahun, tentu saja masih gadis kecil."

"Mami malah mengejekku, mami lupa sejak usiaku 20 tahun aku sudah mengurus hotel Kurnia dan tinggal sendirian. Aku bukan gadis kecil lagi. Aku sudah dewasa." jawab Amila.

"Baiklah kau gadis mami yang sudah dewasa. Ami, apa kau rela melihat Louis bersama wanita lain? Kau yakin tak kesal melihat mereka?"

"Mami benar, aku sangat kesal sekali. Tapi aku tak mau mengakuinya, aku tetap tidak menyukai pria asing. Bahkan Louis bilang sudah berhenti mengejarku." pikir Amila.

"Lupakan harga dirimu jika kau menyukainya Ami, Louis sangat baik untukmu." kata Amora lagi.

"Tidak mi, sudah jangan bahas lagi. Jika pestanya belum berakhir, biarkan aku tidur lagi." jawab Amila.

Amora menggelengkan kepalanya, Amila mirip sekali dengan Dion dan Kevin yang sangat keras kepala.

"Baiklah kau boleh tidur lagi, setelah itu kau harus makan. Mami tahu kau memuntahkan semuanya jika mabuk." kata Amora.

Amila menganggukkan kepalanya lalu merebahkan tubuhnya lagi. Amora menarik selimutnya dan menutupi tubuh putrinya, ia mengecup kening Amila lalu meninggalkan putrinya lagi.

Amila menatap pintu kamarnya yang baru tertutup. Ia kembali menatap langit kamarnya dengan nanar. Pikirannya menjelajah kemana mana.

"Aku tidak menyukai pria asing, Aku tidak menyukai pria asing, Aku tidak menyukai pria asing, Aku tidak menyukai pria asing." gumamnya berulang ulang.

Tapi ia justru mengingat semua yang dilakukan wanita itu pada Louis, ia kesal mengingat saat wanita itu bergelayut di tangan Louis, ia kesal saat wanita itu memanggilnya dengan kata sayang, ia kesal karena wanita itu terlihat cantik dan seksi. Seketika Amila bangun lagi dari tempat tidurnya menuju cermin.

Amila menatap tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Ia menepuk pipinya pelan. "Aku hanya memiliki wajah ini, sedangkan tubuhku sangat jauh dari kata seksi. Tentu saja pria seperti Louis akan berhenti mengejar wanita sepertiku." gumamnya.

Amila mengedikkan tubuhnya. "Ya Tuhan Amila, sadarlah. Apa yang sedang kau lakukan? Mengapa kau merasa terganggu. Bukankah kau seharusnya senang karena Louis akan menjauhimu."

Amila kembali ke atas ranjangnya, ia berusaha memejamkan matanya. Ia terus gelisah, dan terus membalikkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Ia mengambil ponselnya diatas meja dekat ranjangnya.

Amila menggigit jarinya sendiri. "Apa yang sedang mereka lakukan sekarang? Mungkinkah mereka sedang berduaan di sebuah hotel. Tubuh wanita itu sangat menggoda, pria manapun pasti tak akan tahan. Oh ayolah Ami, mengapa kau terus memikirkan mereka. Apa kau sudah gila."

Ponselnya berbunyi, ada pesan masuk untuknya ternyata itu benar benar dari Louis. Ia tiba tiba tersenyum senang lalu membuka pesannya.

"Aku ingin meminta pendapatmu, bagaimanapun kita sudah lama saling mengenal. Apa kekasihku sangat cocok denganku?"

Seketika kemarahan Amila kembali tersulut, ia menggertakkan giginya. Ia pikir Louis akan menanyakan keadaannya tapi pria itu justru meminta pendapat soal kekasihnya. Amila mengumpat begitu banyak, semua kata kata kotor keluar dari mulutnya.

Alih-alih menjawab pesan itu, ia justru melemparkan ponsel mahalnya ke dinding hingga menjadi beberapa keping dan menimbulkan suara kegaduhan. Air matanya tiba tiba keluar karena terlalu emosi. Untung saja kamar di rumah Kevin dan istrinya sangat besar sehingga tak mungkin ada yang mendengarnya dari luar.

*****

Happy Reading All...😘😘😘

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ

🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ

sudah makanya jangan jutek lagi y, akui aja kalau suka sama Louis. sebelum Louis di rebut dan di ganggu sama si jaja eh Janet 😂🤣

2022-10-23

0

AGR

AGR

👍👍👍👍👍👍

2022-06-28

0

kusrini 09

kusrini 09

usia amila yg di judul novel sebelumnya 22 th, kok ini usianya baru 21 th padahal selang waktu 1 tahunan.... ato aq yg gagal fokus ya....

2022-01-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!