Sudah lebih dari satu jam Louis menunggu di dalam kantornya. Ia sudah berkeliling di ruangan itu, lalu mendorong pintu tempat beristirahat Amila. Louis masuk kedalam ruangan itu dan terkejut melihat kemewahan yang ada di kamar tersebut.
"Kau memang keluarga Pranadja." gumam Louis.
Ia duduk di sofa lalu membaca beberapa majalah. Ia kembali menatap jam mahalnya. Sudah jam 7 malam, tapi kekasihnya tak kunjung datang. Louis menghela nafasnya, ia menutup majalah itu lalu menuju ranjang besar milik Amila.
"Lebih baik aku tidur sebentar." gumamnya lagi lalu merebahkan tubuhnya disana.
Ia menatap langit langit kamar itu sambil berkhayal jika saja ia dan Amila sudah menikah. Ia ingin sekali merasakan kehangatan tubuh kekasihnya itu.
"Ya Tuhan aku sudah gila, sebagai pria normal aku sudah lama tak menyentuh wanita diatas ranjang. Setelah aku jatuh cinta pada Amila, aku harus menahan hasratku berbulan bulan. Dan selalu nyaris kehilangan kendali saat bersama Janet yang menggodaku dengan tubuhnya yang seksi." pikir Louis.
Louis memejamkan matanya, baru saja ingin tertidur. Ia mendengar pintu terbuka. Ia yakin Amila sudah selesai dan menghampirinya. Louis tak mau membuka matanya, ia ingin tahu apa yang kekasihnya lakukan padanya.
"Ya Tuhan, kau pasti sangat lelah menungguku." ujar Amila sambil duduk di tepi ranjang.
Wanita itu menatap wajah Louis sambil tersenyum. Tangannya mulai menelusuri wajah Louis.
"Kau tampan sekali, aku merasa kau sangat berbeda dengan pria asing lainnya. Alismu yang tebal, bulu matamu yang panjang, hidungmu seperti Pinokio." gumam Amila sambil terkekeh.
Louis terus berputar-putar tidur, ia belum puas dengan sentuhan tangan kekasihnya. Benar saja, Amila menyentuh bibirnya dengan jari.
"Kau sangat seksi." ujar Amila. "Semoga kau tidak bangun jika aku menciummu." sambungnya.
Amila menunduk perlahan lalu mengecup bibir Louis. Mendapati kenakalan Amila, Louis tidak ingin berpura-pura lagi. Ia menahan kepala Amila lalu mencium wanita itu. Seketika Amila terkejut, ia menarik kepalanya tapi terlambat. Louis menarik wanita itu hingga jatuh ke ranjang, dan posisi mereka terbalik. Louis sudah tepat berada di atas Amila sambil menahan kedua tangan wanita itu.
"Louis..." ujar Amila.
"Apa kau sudah puas menyentuh wajahku?" goda Louis.
"Jadi kau hanya pura pura tertidur." jawab Amila kesal.
"Aku ingin tidur, tapi kau masuk ke kamar. Tentu saja aku penasaran apa yang ingin kau lakukan padaku. Aku tak menyangka kau mengambil kesempatan saat aku tertidur." ejek Louis.
Wajah Amila merona karena malu. "Aku tidak..."
"Bagian mana yang sangat tampan?" potong Louis.
"Hentikan, kau membuatku malu."
Louis tersenyum. "Kau harus mendapat hukuman karena membangunkanku."
"Aku tidak..."
Louis menunduk lalu mencium bibir Amila. Hawa panas kembali menjalar di sekujur tubuh keduanya. Suasana kamar yang hening membuat keduanya lupa segalanya.
"Sayang, menikahlah denganku. Aku butuh..."
Amila menutup mulut kekasihnya dengan tangan. "Tunggulah satu tahun lagi, aku bersedia menjadi istrimu."
Louis menarik dirinya lalu membangunkan Amila. Ia tak ingin menodai kekasihnya sekarang, walaupun miliknya sudah mulai meronta minta pelampiasan.
"Apa kau marah sayang?" tanya Amila.
Louis tersenyum lalu mencium kening Amila. "Bagaimana mungkin aku marah padamu sayang? Apa kau sudah selesai bekerja?" tanyanya.
Amila mengangguk. "Ini sudah larut, lebih baik kita pulang sekarang." jawabnya sambil merapikan penampilannya.
"Baiklah, kita pulang sekarang." jawab Louis.
"Apa kau tidak ingin makan malam terlebih dahulu?" tanya Amila.
"Aku makan di rumah saja Ami. Kau belum makan malam juga?"
Amila menggeleng. "Bagaimana jika kau makan di rumahku. Sepertinya bu Dede memasak malam ini."
"Jika aku terus bersamanya, aku yakin semakin tak bisa menahan hasratku." pikir Louis.
"Tidak sayang, pelayanku sepertinya juga masak malam ini. Lebih baik aku segera pulang setelah mengantarmu." kata Louis.
"Baiklah..." jawab Amila.
Keduanya keluar dari kamar itu, lalu meninggalkan ruang kerja Amila.
"Fani, kau boleh pulang." kata Amila saat melewati meja sekertarisnya.
"Baik nona, selamat malam. Hati hati dijalan." jawab Fani.
"Terima kasih." jawab Amila.
Keduanya menuju pintu lift menuju lantai basemen tempat parkiran mobil hotel. Seperti biasa Louis membukakan pintu mobil untuk kekasihnya lalu mereka pun pulang bersama.
Setelah keduanya sampai, Louis terkejut melihat kekasihnya tertidur. Ia tak tega membangunkan wanita itu, ia hanya bisa menunggu sampai Amila terbangun.
Setelah lima belas menit, akhirnya Amila mengerjapkan matanya dan terkejut ia masih berada di dalam mobil Louis.
"Mengapa kau tak membangunkanku? Sudah berapa lama aku tertidur?" tanya Amila.
"Aku tak tega membangunkanmu, baru lima belas menit. Masuklah sayang, sudah semakin larut." jawab Louis seraya keluar dari mobilnya.
Pria itu membukakan pintu mobil untuk Amila. Amila pun turun dari mobilnya.
"Ami, rumah ini terlalu besar untukmu tinggal sendirian. Mengapa kau tidak kembali ke rumah orang tuamu saja?" tanya Louis.
"Aku sudah terbiasa tinggal disini." jawab Amila.
"Bagaimana setelah menikah?" tanya Louis.
"Rumah ini akan ditinggali Gioni. Aku akan ikut suamiku."
Louis tersenyum, ia puas dengan jawaban kekasihnya. Ia ingin Amila tinggal bersamanya setelah menikah.
"Mengapa kau tersenyum? Apa kau pikir aku akan tinggal bersamamu?" goda Amila.
Louis mendorong tubuh Amila hingga bersender ke mobilnya. Pria itu memerangkap tubuh kekasihnya.
"Jangan terus menggodaku, apa kau tahu seberapa besar aku menginginkanmu sayang."
"Pulanglah, ini semakin larut. Kau pasti sudah lapar juga. Hati hatilah di jalan Louis." kata Amila mengubah topik itu.
"Kau tak ingin mengucapkan selamat malam dengan benar?" tanya Louis.
Amila mengalungkan tangannya ke leher Louis, ia mengecup bibir pria itu sekilas. "Selamat malam." ujarnya.
Seketika ia melepaskan tangannya lalu melepaskan diri dari kolong lengan pria itu dan berlari ke arah pintu gerbang.
"Hei..." teriak Louis.
Amila menjulurkan lidahnya membuat Louis tertawa. Wanita itu segera masuk ke dalam rumahnya sendiri. Louis hanya menggelengkan kepalanya lalu kembali masuk ke dalam mobilnya. Ia pun pergi meninggalkan rumah Amila menuju rumahnya sendiri.
*****
Janet sangat gelisah di rumahnya, ia terus memikirkan cara bagaimana menjebak Louis di hari pesta syukuran rumah baru Margaret. Ia memutar gelas minumannya berkali kali.
"Jika aku beri obat perangsang, ia bersama kekasihnya. Bagaimana caraku memisahkan keduanya selama di pesta?" gumam Janet.
"Ahaaa... Akhirnya aku punya ide. Baiklah, aku akan mencobanya minggu depan. Lihat saja tuan Louis, kau akan menjadi kekasihku selamanya." ujar Janet lagi.
Ia kembali menenggak minumannya, lalu mengambil ponselnya.
"Aku membutuhkan obat perangsang." ujar Janet.
"Siapa yang akan kau jebak kali ini Janet?" tanya seorang pria dari balik telepon.
"Sejak kapan kau mencampuri urusanku Benz. Kau hanya menyediakan obat itu lalu aku membayarnya."
Benz tertawa. "Aku kasihan pada wanita sepertimu, kau selalu menjebak seorang pria kaya. Tapi selalu saja gagal." ejeknya.
"Sialan kau, pria brengsek." umpat Janet. "Kali ini aku akan berhasil, kau lihat saja nanti." sambungnya.
"Berkencanlah denganku Janet, aku akan memuaskanmu di ranjang."
"Jangan bermimpi, sampai aku matipun aku tak tertarik denganmu."
"Ciiiih... Lima juta..."
"Kau gila, kau mau memerasku." bentak Janet.
"Jika kau mau, jika tidak kau beli saja di tempat lain. Obat yang aku berikan membuat orang itu hanya melihat wanita yang ia cintai. Kau tak akan rugi."
"Baiklah, kau temui aku tiga hari lagi Benz. Kita bertemu di tempat biasa."
"Tentu, aku akan kesana." jawab Benz seraya menutup ponselnya.
"Sialan..." umpat Janet. "Berani sekali kau menutup teleponku." teriaknya di ponsel seperti orang gila.
Janet kembali menenggak minumannya. Dengan tubuh sempoyongan, ia masuk ke kamarnya sendiri, ia menghempaskan tubuhnya sendiri ke atas ranjangnya. Ia berharap kali ini ia bisa mendapatkan Louis. Janet pun memejamkan matanya lalu tertidur dengan lelap.
*****
Happy Reading All...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
jangan sampai rencana ulet keket berhasil.
aku nggak mau Louis pisah gara" ulet keket
2022-10-23
0
Debbie Teguh
waduh baru eps segini ud berat konfliknya
2022-01-21
0
lii mou
next lanjut
2021-09-13
3