[POV Author]
"Ah ya ampun, rasanya capek banget deh! Beli oleh-oleh segini banyak tapi rasanya masih kurang aja," ucap Ajeng menaruh semua barang belanjaannya di lantai. Ia duduk di sofa, melepas sepatu sneakers pinknya.
"Aku mau tidur!" Ferdian langsung menjatuhkan dirinya di kasur, sementara sepatunya belum dilepas.
"Pangeranku yang ganteng, itu tolong ya sepatunya buka dulu kek, terus cuci kaki dan tangan, baru kamu boleh tidur!" Ajeng menceramahi suaminya, namun matanya sudah terpejam.
Ajeng hanya menggeleng-gelengkan kepala ketika ceramahannya itu tidak mendapatkan respon sedikit pun dari suaminya. Ferdian pasti sangat kelelahan setelah hampir empat jam menghabiskan waktu berjalan-jalan di Shinjuku untuk membeli oleh-oleh. Mereka banyak mengunjungi toko-toko souvenir yang ada di wilayah Kagurazaka-dori, karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari hotel tempat mereka menginap. Jadi mereka memutuskan untuk berjalan kaki saja dari toko ke toko.
Akan tetapi, seperti kebanyakan wanita, Ajeng sungguh sangat antusias untuk berbelanja, dengan ringan ia melangkahkan kakinya dari toko pakaian ke toko souvenir dan begitu saja seterusnya. Sementara pria yang mengantarnya sama sekali tidak berpengalaman untuk melakukan olahraga ala wanita itu. Walhasil, sepulangnya dari jalan-jalan mereka, tubuhnya ambruk.
Wanita berambut merah itu melepas sepatu suaminya dan mengelap kakinya. Sementara tubuh pria tinggi itu sama sekali tidak bergerak.
"Fer, aku mau pergi ke spa dulu ya!" bisik Ajeng di samping telinga suaminya yang sedang terlelap itu.
Sementara pria itu, entah sadar atau tidak, mengiyakannya tanpa membuka matanya.
Ajeng berjalan menuju resepsionis, menggunakan bahasa Inggris ia menanyakan tempat pelayanan spa dan massage yang disediakan oleh hotel. Seorang pelayan wanita mengantarkannya menuju sebuah tempat di bagian belakang hotel. Karena tubuhnya terasa letih dan capek, ini kesempatan baginya untuk memanjakan tubuhnya sedikit dengan spa dan massage ala Jepang.
Seorang wanita muda di ruangan terapi menyambutnya.
"Saya mau melakukan terapi massage di sini, bisa kah?" tanya Ajeng dalam bahasa Inggris kepada wanita itu.
"Silakan Nona, kami menyediakan pelayanan spa dan massage, Anda ingin pelayanan yang mana?"
"Massage terapi saja, kira-kira berapa lama ya?"
"Sekitar 2 jam untuk terapi penuh, setelah itu tubuh Anda akan segar dan rileks, Anda mau coba?" tanya wanita Jepang itu ramah.
"Baiklah saya mau coba terapi penuh,"
"Baik kalau begitu, mari ikuti saya ke dalam," ujar wanita itu kemudian Ajeng dibawa ke ruangan terapi yang lebih tertutup.
Di sana terdapat ruangan-ruangan kecil yang di dalamnya terdapat matras, bathub, peralatan pijat, handuk, lilin aromatherapy, serta perlengkapan lainnya untuk terapi massage. Ajeng memilih terapi pijat ala Jepang dan lulur scrub dengan aroma greentea yang menenangkan. Wangi lilin aromaterapi beraroma green & grass sungguh sangat terasa segar menenangkan pikiran. Seorang wanita Jepang lainnya yang menjadi terapis datang menghampiri Ajeng. Ia menyuruh Ajeng untuk merebahkan tubuhnya. Sesi terapi massage tahap pertama pun dilakukan ke seluruh tubuh kecuali bagian intim.
Ferdian membuka matanya. Ia masih merasa letih dan capek, kemudian membenarkan posisi tubuhnya di atas kasur, tanpa sadar kalau wanitanya itu tidak ada di dalam kamarnya. Ia pun kembali terlelap dalam tidurnya.
Ajeng sungguh menikmati pelayanan spa dan massage yang dilakukannya. Benar-benar membuat pikirannya tenang dan membuat tubuhnya segar kembali. Bahkan ia sempat tertidur ketika sedang dilakukan pemijatan bagian tubuh belakang dan kakinya.
Dua jam sudah terlewati, ia benar-benar merasa seperti lahir kembali dengan tubuh yang bugar, pikiran yang jernih, wajah dan badan yang wangi. Ia merasa seperti seorang ratu kecantikan.
Apalagi, pelayan wanita tadi meminjamkan sebuah yukata (pakaian khas Jepang) cantik berwarna merah muda bermotif sakura padanya untuk dikenakan saat itu juga. Ajeng berkaca di cermin dan merapikan ikatan rambutnya. Ia tersenyum bahagia dan kembali berjalan menuju kamarnya.
Matahari telah tenggelam di ufuk Barat, meninggalkan semburat kejinggaan di ujung langit. Dedaunan bernyanyi menyambut malam saling bergoyang diiringi alunan suara musik angin malam.
Ferdian terbangun, kali ini matanya benar-benar terbuka. Ia menggosok matanya dan terduduk di atas kasur. Hatinya terkejut ketika tidak melihat sosok Ajeng tidak ada di hadapannya. Ia menengok ke arah kamar mandi yang memiliki tembok transparan, tetapi wanitanya tidak ada di sana. Ia merogoh ponsel di celananya, namun tidak ada. Ah, ternyata ada di sampingnya tergeletak. Langsung saja ia menghubungi nomor istrinya itu. Namun sayang, ponsel istrinya itu justru berdering kuat tepat di atas nakas samping kasurnya.
"Kemana Ajeng?" tanyanya pada dirinya sendiri. Ia membuka pintu ke beranda, memastikan kalau Ajeng ada di sana, tetapi tetap tidak ada.
Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Seorang wanita dengan yukata merah muda dan rambut terikat masuk. Tercium aroma greentea yang menenangkan dari tubuhnya.
"Hai Sayang, udah bangun?" tanya wanita itu yang ternyata istrinya.
Ferdian mimpi apa sampai-sampai ia tidak mengenal istrinya itu. Wajah istrinya terlihat berkilauan, berseri bagai bidadari yang baru turun dari surga. Ia benar-benar takjub melihat wajah wanitanya yang sangat cantik meski tanpa riasan sama sekali.
"Halo?" Ajeng melambai-lambaikan tangannya di depan wajahnya.
Mata Ferdian pun berkedip dan menatapi Ajeng dengan hasrat.
Tangannya langsung merengkuh tubuh istrinya yang langsing itu dan mendekapnya erat, menyesap aroma tubuhnya yang wangi. Ia menciumi pipinya membuat Ajeng jadi salah tingkah. Ah, aroma yang keluar dari tubuh Ajeng membuatnya benar-benar mabuk cinta. Tanpa berkata-kata, pria itu terus menghujani Ajeng dengan ciumannya.
"Fer, are you okay? Kamu baru bangun tidur mimpi apa sih?" tanya Ajeng yang kebingungan melihat tingkah aneh suaminya itu.
"Mmh ... you're so, ..." bahkan ia tidak mampu untuk berkata-kata untuk mengungkapkan perasaannya saat ini.
Tiba-tiba ponsel Ajeng berdering, mengganggu suasana yang sebenarnya mulai panas.
"I'm sorry, Sayang!" ujar Ajeng, membuat Ferdian lesu dan kecewa. Ia mendudukan tubuhnya di sofa, menghembuskan nafasnya kasar.
"Halo, ada apa, Kak?" ucap Ajeng mengangkat teleponnya yang ternyata berasal dari Kak Nadya.
"Gimana honeymoon kamu, Jeng?" tanya Kak Nadya, suaranya terdengar riang dan heboh.
"Ya gitu deh, kaya pasangan lainnya, happy with love, of course!" jawab Ajeng sambil memandangi suaminya yang terlihat agak cemberut. Ia tertawa sebenarnya melihat Ferdian seperti itu.
"Bagus deh! How's Japan?! Beruntung banget kalian honey moon ke Jepang!" tanyanya antusias.
"Tokyo is great, actually! Tapi kita cuma dua hari aja di sini, besok kita mau ke Kyoto!"
"Wow, aku pengen banget nih ke Kyoto, apalagi kalau lagi musim gugur. You both are so lucky! Aku harus ajak Bima nih kesana kapan-kapan,"
"Iya pasti keren banget ya kalau lagi autumn, cuma untungnya kita juga masih punya kesempatan nikmatin bunga sakura di sana!"
"Oh iya, itu juga pasti gak kalah keren deh! Wajib oleh-oleh ya, hihi!"
"Pastinya dong, nanti aku beliin yukata cantik ya, buat kakak sama Alice, pasti lucu deh," ucap Ajeng.
Sementara kedua kakak beradik itu saling asyik bercakap-cakap, Ferdian merasa diabaikan kali ini, padahal hasratnya sedang naik. Pria itu memutuskan untuk membersihkan dirinya, sedikit mendinginkan panas tubuhnya.
"Udah selesai mandinya?" tanya Ajeng sambil melepaskan ikatan rambutnya, "tumben lama amat mandinya!" ujarnya lagi.
Pria tinggi yang hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian tengah tubuhnya itu tidak merespon, ia sibuk mengeringkan rambut dengan handuknya. Ajeng merasa heran apa yang salah dengannya, sampai-sampai Ferdian tidak menanggapi pertanyaan yang sebenarnya memang tidak butuh jawaban.
Untuk pertama kalinya, hati Ajeng merasa was-was apa karena momen tadi sempat terganggu dan perbincangan dirinya dan kakaknya cukup lama?
Ferdian masih sibuk menata diri, ia menyisir rambutnya yang basah. Sementara di belakangnya, Ajeng cemberut. Ajeng sendiri tidak tahu harus bersikap bagaimana untuk menghadapi Ferdian yang sedang dingin itu.
"Kamu mau makan apa malam ini?" tanya Ajeng lagi, berharap mendapat jawaban suaminya.
Hening. Yang ada hanyalah bunyi-bunyi keyboard ponsel milik Ferdian. Dengan santainya, ia memainkan ponsel dengan posisi kaki kanan bertumpu di atas kaki kirinya, masih dengan handuk yang melilit tubuhnya itu tanpa menjawab pertanyaan istrinya.
Kini hati Ajeng benar-benar kalut. Matanya berkaca-kaca, sementara nafasnya terasa mengganjal di tenggorokannya. Air mata menetes melewati pipinya yang berkilauan. Masih hening. Kali ini terdengar suara sesenggukan membuat pria itu menoleh ke arahnya dan langsung menghampirinya. Ajeng menutup wajahnya yang sedang menangis.
"Lho, kamu kenapa nangis, Sayangku?" tanya Ferdian memegang bahu Ajeng.
Ajeng tidak menjawab apa-apa, bahkan ia malah menangis semakin keras. Ferdian memeluk erat tubuh istrinya itu dan mengusap punggungnya lembut untuk menenangkan.
"Kenapa Sayang?" tanyanya lagi sambil menciumi istrinya.
"Habisnya kamu gak jawab pertanyaan aku," jawab Ajeng sembari sesenggukan.
"Maafin aku, Sayang! Aku gak ngeh," jawab Ferdian.
Ajeng masih menangis, dan Ferdian masih memeluknya berharap dengan cara itu bisa membuat tangisan istrinya berhenti.
Wangi tubuh Ajeng masih menggoda penciumannya. Ia memegangi wajah Ajeng dan menatapnya.
"Maafin aku ya, tadi aku benar-benar marah, because I want you, tapi kamu malah asyik ngobrol sama kakak kamu," terang Ferdian.
"Ya masa, aku berhentiin telepon tiba-tiba!" ucap Ajeng.
"Iya aku ngerti kok, dasar aku aja yang gak sabaran! Please, jangan nangis ya. Ini pertama kalinya aku lihat kamu nangis! Masa pengantin baru nangis sih?!"
"Gara-gara kamu sih!"
"Hehe, udah ya, sini aku ilangin tangisnya!" ucap Ferdian sambil mengecup kedua mata Ajeng.
"Dasar genit!"
"Habisnya kamu cantik dan wangi banget, emang barusan dari mana?" tanya Ferdian, tangannya memainkan rambut Ajeng yang tergerai.
"Barusan aku dari spa. Aku udah bilang sama kamu, tapi kamunya tidur!"
"Ooh ... pantesan tiba-tiba ada bidadari turun dari langit, aku kaget lho!" gombal Ferdian.
"Dasar tukang gombal!" ucap Ajeng mendorong tubuh Ferdian.
Dengan sigap Ferdian kembali memeluk istrinya lagi.
"Kita lanjutin lagi yang tadi ya," ucap Ferdian manja.
"Mhhh...!"
Malam-malam panas pun berulang kembali untuk yang kesekian kalinya.
\=\=\=\=\=
Keep like & vote
Jangan lupa kasih masukannya
Thank you so much ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
TERNYATA SI NADYA, KIRAIN SI ARDI
2024-07-30
1
Sulaiman Efendy
PASTI SI ARDI TUH YG NGEBEL..
2024-07-30
1
Sulaiman Efendy
ASAL JGN TERAPI SPA PLUS2, YG MNA TUKANG TERAPINYA PARA PRIA JALANG, DGN BRBAGAI MODUS, MRK BSA SETUBUHI CUSTOMER WANITANYA, BAIK YG SINGLE ATAUPN ISTRI ORG. MRK TDK PRDULI, DN PARAHNYA, MRK SDIAKN KAMERA TRSMBUNYI, KRN NNTI VIDEO ITU MRK JUAL KE MAFIA YAKUZA YG MNGURUSI FILM ESEX2 AMATIR ORIGINAL... YG PRIA WAJAHNYA DIBLUR, SDGKN WANITA YG JDI CUSTOMER TTP DI TAMPILKN, SBAGAI KARTU AS MREKA. AGAR SI WANITA TRIKAT & MAU LAGI DI SETUBUHI DN DIREKAM, KRN DIANCAM, PADAHAL TNPA DIANCAM, TU VIDEO PRTAMA SDH DIJUAL DISITUS2 SEX ONLINE
2024-07-30
1