Rasa kantuk mulai melanda diriku. Tubuh terasa lemas dan lelah. Matahari telah terbenam di balik awan. Lampu-lampu telah menyala. Hawa panas basemen telah menguras keringatku. Entah seperti apa tampilan wajahku sekarang. Mungkin aku harus memesan taksi online saja sebelum bateraiku benar-benar habis.
Sudah hampir setengah jam lebih aku menunggu di sini, di basemen yang sesak dan panas. Namun batang hidung Ferdian belum juga muncul. Ketika kuhubungi ponselnya tidak aktif. Kepalaku dipenuhi prasangka buruk tentangnya. Aku tertunduk lemas dan kehausan.
"Miss Ajeng!" suara itu muncul, suara yang kutunggu sejak tadi.
Aku menatap pria itu lemah.
"Maafkan aku, Miss!" katanya sambil menghampiriku.
Ia menuntunku dan memasukanku ke dalam mobilnya. Hawa sejuk dari AC mobil membuatku sedikit merasa nyaman.
"Ajeng, kamu gak apa-apa?" tanyanya.
"I'm fine, really really fine!" ujarku lemas.
Kemudian ia menyodorkan sebuah botol air mineral, dan langsung kuraih & kuminum saat itu juga. Seketika, aku merasa mendapatkan energiku kembali.
"Kamu darimana aja, sih?" tanyaku marah.
"Ceritanya panjang! Aku jelasin nanti!" katanya sambil menyalakan mobil.
Ferdian terlihat cukup emosi. Ini pertama kalinya aku melihatnya begitu. Ia juga terlihat lelah, sama sepertiku. Cowok berkemeja biru itu kini melajukan mobilnya.
Ferdian mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia mengklakson kasar beberapa kali ketika ada hambatan kecil. Wajahnya mengeras, terlihat dari rahang dan urat-urat lehernya. Entah apa yang terjadi sehingga membuatnya marah besar.
"Kamu kenapa sih? Harusnya aku yang marah, nunggu kamu lama banget!"
Ia diam saja dan tetap mengendarai mobilnya dengan cepat. Dasar anak muda!
Ferdian mengerem mobilnya mendadak ketika ada seseorang menyeberang jalan, membuatku terkejut dan membuat barang-barang di belakang terlempar ke depan.
"Fer, stop di sini! Aku pulang sendiri aja!" bentakku. "Aku gak mau mati sebelum kita nikah!" ujarku.
Ferdian menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
"Good! Sekarang kamu mau membiarkan aku, seorang gadis turun di jalan sepi kaya gini?" bentakku lagi.
"Jadi mau kamu apa?" tanyanya dengan nada agak tinggi.
"Parkirkan mobil kamu di sana!" ujarku menunjuk sebuah masjid yang cukup ramai dengan jamaah karena azan maghrib baru saja memanggil.
Pria itu menghela nafas, kemudian memejamkan matanya sejenak. Ia menuruti perintahku dan memberhentikan mobilnya di halaman masjid yang cukup luas.
"Aku mau sholat maghrib dulu! Biar tenang!" kataku langsung keluar dari mobil.
Ferdian mengikutiku dan berjalan ke arah tempat wudhu khusus laki-laki.
Sejenak aku menyerahkan diri dan memusatkan seluruh pikiran dan hatiku pada Yang Maha Kuasa. Aku merasa bersalah, ketika tadi memutuskan untuk kabur dari Sally. Atau setidaknya aku memberitahu Ferdian bahwa Sally ada di sana, mungkin kejadiannya tidak begini. Aku menduga Ferdian bertemu dengan Sally, dan entah bagaimana akhirnya membuat pria itu emosi.
Angin malam bertiup sepoi-sepoi terasa sejuk dan menyegarkan tubuhku yang sudah lelah ini. Aku menunggu pria itu di teras masjid. Tak apa aku menunggunya lebih lama, aku sudah merasa baikan.
"Udah selesai?" tanyaku ketika melihatnya berjalan menuju ke arahku.
Ia mengangguk.
"Aku minta maaf," ujarnya. "Karena membuatmu menunggu lama, dan hampir membuatmu terluka," lanjutnya.
"Aku maafkan! Semoga lain kali kamu gak membahayakan orang lain dan diri kamu sendiri," kataku.
Ia mengangguk, ada penyesalan di wajahnya.
"Kamu mau cerita apa yang terjadi tadi?" tawarku.
Ia terdiam.
"Oh ya, maafkan aku juga, karena seharusnya aku bilang kalau tadi aku pergi terburu-buru karena Sally. Aku takut dia akan menemukan kita. Jadi secepatnya aku pergi sebelum kamu datang," kataku bercerita.
Wajahnya cukup terkejut mendengar ceritaku.
"Jadi, itu alasan kenapa kamu menyuruhku cepat datang ke mobil?" tanyanya.
Aku mengangguk.
"Tadi aku bertemu dengan Lisa di depan pintu toilet, tepat setelah kamu meneleponku. Lisa, sahabat Sally, langsung menarik tanganku dan mempertemukanku dengan Sally. Aku sudah menolak ajakan mereka untuk menonton. Tapi mereka terus menahanku dengan terus memegang lenganku. Terpaksa aku masuk ke dalam studio karena mereka sudah membeli tiket. Aku langsung kabur ketika mereka lengah dan tidak memperhatikanku lagi, meskipun Sally terus saja menahanku di dalam. Aku mencoba hubungi kamu, tapi ternyata baterai ponselku habis," terangnya.
Ya ampun, kasihan sekali Ferdian. Pasti dia merasa sangat tidak nyaman dipaksa seperti itu. Aku berempati padanya. Jika hal itu terjadi padaku, pasti aku akan langsung berteriak dan berlari. Meskipun begitu, Ferdian masih berusaha menjaga perasaan cewek-cewek tadi karena masih teman sekelasnya.
Aku menatapnya iba.
"Apa ini juga yang akhirnya membuatmu memutuskan untuk menikah lebih cepat?"
Ia mengangguk.
"Kadang, bukan hanya perempuan saja yang mendapatkan sexual harassment, tetapi kami laki-laki pun begitu," ujarnya lesu.
"Ya, i know that! We both feel it!" kataku.
"Pulang sekarang, yuk!" ajakku.
Ia mengangguk, kami pun melanjutkan perjalanan pulang tanpa percakapan hanya suara dari radio yang menemani sepanjang perjalanan pulang.
"Ferdian, thank you so much for today! Hati-hati di jalan ya," ucapku sebelum keluar dari mobilnya.
"Sama-sama," jawabnya singkat.
Tatapannya terlihat lesu dan lelah. Tampaknya ia masih menahan emosi yang ada di dalam dirinya.
"Fer, maaf coba lihat di depan ada sesuatu deh, apa ya?" kataku tiba-tiba.
"Hah?" matanya membesar, dan matanya melihat menuju apa yang kutunjuk.
Sedikit kecupan kutaruh di pipinya. Maafkan aku. Aku terpaksa melakukannya agar beban yang ada di pikirannya sedikit terlepas.
"Bye, Ferdian!" aku langsung turun dan keluar dari mobilnya, membanting pintunya dengan keras. Yang aku ingat hanyalah tubuhnya yang terdiam dan mengeras seperti patung.
Langsung kututup pagar dan kukunci semua pintu. Jantungku meledak bagaikan kembang api tahun baru.
Ya, ampun apa yang sudah kulakukan?! Gila kamu, Jeng!
\===
Malam itu aku benar-benar tidak bisa tidur, memikirkan apa yang sudah kulakukan pada Ferdian. Sungguh keterlaluan! Aku memukul kepalaku berkali-kali karena kelakuan bodohku.
Dimana harga diriku sebagai wanita? Sebagai dosen? Aku menciumnya hanya karena kasihan kepadanya, atau karena aku tidak bisa menahan nafsuku? Argh!
Tubuhku berguling-guling di atas kasur. Kubenamkan wajahku di bawah bantal dan berteriak di sana.
Kudengar ponselku berdering. Tertera nama Ferdian di layar.
Aku berteriak tak karuan dan berlari ke kamar mandi. Ajeng, kamu bakal kualat! Rutukku berkali-kali. Aku tak mau berbicara dengan anak itu dulu apalagi bertemu dengannya dalam waktu dekat.
Ya Tuhan maafkan hamba-Mu yang bodoh ini!
\===
[POV Author]
Hari telah berlalu begitu cepat. Ajeng benar-benar menghindari berkomunikasi dengan Ferdian setelah kejadian Sabtu malam kemarin. Ia tidak pernah mengangkat teleponnya, tidak membalas chatnya, dan ketika berada di kampus, ia benar-benar berusaha menghindari pria itu.
Tetapi hari itu Ajeng tidak bisa menghindarinya lagi. Hari Rabu adalah waktu baginya untuk mengajar kelas Ferdian. Ia tidak mungkin izin hanya karena alasan bodoh yang tidak masuk akal. Apalagi setelah menikah nanti ia akan mengambil cuti. Ia harus menghadapi Ferdian, suka atau tidak.
Ajeng berjalan sepanjang koridor gedung B. Seperti biasa, ia akan menyapa para mahasiswa yang menyapanya lebih dulu. Hanya saja tidak seperti hari-hari biasanya, energi di dalam dirinya begitu lemah. Hatinya berdebar tidak karuan mengingat ia akan bertemu dengan Ferdian..Kakinya melangkah ragu-ragu menuju kelas. Ia mencoba menarik nafas panjang dan menghembuskannya agar bisa menenangkan dirinya.
Wanita yang mengenakan rok midi berwarna cream dengan inner maroon serta blazer pink ini mulai memasuki ruangan kelas. Ia berjalan menuju mejanya.
"Good morning, everybody, how are you?" sapanya meski agak terdengar gugup, tidak seperti biasa.
Mahasiswanya menjawab antusias. Ia melihat ke seluruh mahasiswanya satu persatu, namun ia tidak menemukan Ferdian diantaranya. Bukannya merasa lega, justru ia semakin resah karena tidak menemukannya berada di dalam kelas.
Kemana Ferdian? batinnya.
\=====
Jangan lupa like setiap episodenya ya ^^
Terima kasih sudah setia membaca
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
APA YG KU KUATIRKN TTG NOVEL INI TERJADI JUGA, TRNYATA AUTHOR BUAT TOKOH UTAMA PRIANYA BUKA TOKOH YG TEGAS..
HRSNYA TEGAS, MSKI KPADA PREMPUAN SKLIPUN..
2024-07-30
2
Nacita
pasangan ini ya ampun 😂
2022-02-24
1
Sri Mawardi
aku senyum 2 ndiri he he
2020-11-01
0