Hawa dingin sejuk terasa. Ini pertama kalinya kuhirup udara di Jepang. Matahari bersinar berkilauan dengan latar belakang langit biru tanpa awan. Wajahku berseri-seri dibuatnya. Ferdian tersenyum lepas melihat rona bahagia yang terpancar di wajahku.
Ia membungkuk, menyuruhku agar naik di punggungnya. Langsung saja aku menaikinya, tanpa peduli apa yang akan dikatakan oleh orang-orang yang melihat. Aku tak pernah merasa sebahagia ini. Rasanya setiap hari, setiap waktu, aku merasa bahagia setelah pernikahan ini, apalagi di sisi Ferdian.
"I love you," ujarku mengecupnya dari samping ketika tubuhku sudah ada di punggungnya.
"Love you too!"
Dari bandara kami pergi menuju sebuah hotel bernuansa tradisional Jepang, meski sebenarnya tetap bergaya modern, di kawasan Chiyoda. Perlu waktu kurang lebih satu jam untuk sampai ke sana, melintasi kota Tokyo dengan pemandangan gedung-gedung tinggi yang rapat dan kendaraan yang padat. Hotel ini berada di pusat kota, sehingga mudah untuk mengakses ke tempat lain, seperti ke Imperial Palace, Tokyo Tower, kuil-kuil Shinto, Shinjuku National Garden, stasiun kota, dan banyak lagi.
Kami memasuki lobi hotel untuk melakukan check-in pada resepsionis.
"Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?" ucapnya menggunakan bahasa Jepang. Mungkin karena mata kami yang cukup sipit dan berkulit putih terlihat seperti orang Asia Timur yang lain.
Baru saja hendak aku bilang, 'in English please!' tiba-tiba lelaki di sampingku ini bercakap dengan bahasa Jepang yang sepertinya cukup fasih.
"Kami sudah reservasi kamar atas nama Miss Ajeng Chandra Diningrat, apakah ada?" ujar Ferdian kepada resepsionis.
"Kami cek dulu sebentar,"
"Ternyata kamu bisa bahasa Jepang ya," ucapku di sela-sela resepsionis mencari daftar reservasi.
"Iya dong,"
"Miss Ajeng Chandra Diningrat sudah terdaftar di reservasi kami, biar kami konfirmasi ulang. Suite room untuk 2 malam, dengan fasilitas sarapan muslim friendly, apakah sudah benar?"
"Benar, sudah bisa check in sekarang?"
"Sudah, Tuan! Silakan lampirkan tanda pengenal Anda, lalu tanda tangan di sini," ujar resepsionis menyodorkan sebuah kertas.
"Kamu yang tanda tangan ya, atas nama kamu soalnya?"
"Okay, " kataku sambil mengeluarkan visa dan paspor.
Tak butuh waktu lama, seorang Bell boy membantu membawakan barang-barang kami menuju kamar penginapan.
"Terima kasih banyak," ucap Ferdian kepada bellboy dengan bahasa Jepang.
"Dari kapan kamu bisa bahasa Jepang gitu?" tanyaku sambil menaruh tas.
"Dari kecil, Bunda yang ajari sedikit-sedikit, terus sempat kursus juga waktu SD biar bisa ngobrol sama kakek dan nenek. Tapi giliran udah bisa, kakek dan nenek ternyata meninggal," cerita Ferdian sambil merebahkan diri di kasur.
"Oh...I'm sorry!"
"No, it's okay!"
"By the way, ini kamarnya cantik ya? Modern tapi nuansanya mirip-mirip rumah tradisional Jepang gitu," ucapku, membuka sliding door di samping, seperti rumah Nobita.
"Iya, Papa kamu jago nih milih kamar, apalagi kamar mandinya transparan, uh wow!"
Oh my God! Aku baru sadar, meski interior kamar benar-benar cantik seperti rumah tradisional Jepang kebanyakan, tetapi kamar mandi di dalam ini benar-benar transparan tanpa ada penutup sedikit pun.
"Bisa ngintip deh," ucapnya sambil mengerlingkan satu matanya.
Aku bergidik, kemudian melempar sebuah bantal ke arah kepalanya.
"Dasar genit!"
"Aww, ampun, Sayang! Lagian aku udah lihat semua punya kamu kok, kenapa mesti takut?"
"Tetep aja aku masih malu, tuh!" ucapku menutup wajahku.
"Lucunya dosenku ini, sini kupeluk!"
Sepertinya wajahku ini sedang merah padam di hadapannya. I can't control my face. >.<
\===
Malam tiba. Seharian ini kami istirahat saja di kamar hotel karena kelelahan. Rencananya, kami akan keluar malam ini untuk menikmati suasana malam di Tokyo.
Hari ini adalah hari Senin yang padat. Kami bisa melihat ramainya orang-orang yang baru saja menyelesaikan aktivitas dari pekerjaannya. Lampu-lampu gedung terus menyala meski malam makin larut. Orang-orang berlalu lalang di pedestrian ways. So this is it, one of the cities that never sleeps.
Kami berjalan bergandengan di atas trotoar lebar, melewati toko-toko, bar, kelab malam, cafe, restaurant, dan karaoke yang terus buka di malam hari. Tampilan-tampilan setiap tempat memang sangat memikat mata. Warna-warni lampu neon menarik hati, membuat orang yang lewat semakin ingin memasukinya. Musik-musik khas JPOP terdengar saut menyayat antara tempat satu dengan tempat lainnya. Orang-orang ber-cosplay ria untuk menarik wisatawan. Aku sebenarnya tidak terlalu menyukai tempat hingar bingar seperti ini, tapi bagaimanapun ini pengalaman pertamaku di negeri Sakura. Siapa tau aku bisa menuliskannya untuk bahan novelku nanti.
Ferdian tampak menikmati sekali jalan-jalan malam kami. Bahkan ia hampir saja masuk ke dalam kelab malam karena seorang cosplayer cantik yang menyerupai anime hits.
"Kamu mau karaokean?" tanya Ferdian padaku ketika ada sebuah tempat karaoke di jalan yang kami lewati.
"Ini beneran karaoke kan? Bukan tempat aneh-aneh?" tanyaku khawatir.
"Bukan, di situ tertulis karaoke dan bar, mau coba?"
"Sebentar aja deh," jawabku ragu.
Ferdian menuntunku masuk ke dalam karaoke dengan visual yang mencolok. Seorang cosplayer cantik yang mengenakan rok mini berwarna pink senada dengan rambutnya, menghampiri kami.
"Kalian mau bernyanyi atau ke bar?" tanyanya dalam bahasa Inggris, terdengar suaranya cempreng dengan logat khas Jepang.
"Kami ingin bernyanyi!"
"Baiklah, silakan ikuti saya!" ujarnya.
Sang cosplayer mengantarkan kami ke resepsionis untuk mendaftar ruangan. Petugasnya ternyata sangat ramah, dan bisa berhasa Inggris dengan baik. Kami pun diantar kembali oleh cosplayer ke dalam ruangan karaoke setelah mendaftar.
"Selamat menikmati waktumu, jika membutuhkan bantuan atau ingin memesan makanan atau minuman, silakan gunakan telepon yang ada di sini!" ucapnya ramah.
Kami masuk ke dalam ruangan 3x2 meter. Ada sebuah TV 24 inchi di dalamnya, lengkap dengan sofa lounge empuk, 2 mikrofon, alat pemutar musik, dan lampu warna warni, juga tamborine untuk memeriahkan suasana.
"Kamu bisa nyanyi?" tanyaku pada Ferdian, ia terlihat antusias sekali sepertinya.
"Enggak, kamu yang nyanyi buat aku ya?"
"Lha kenapa aku? Kamu dulu ah!"
"Berdua okay?" katanya kemudian.
Aku hanya tertawa menggeleng-geleng.
Namun pada akhirnya aku yang menguasai, sedangkan ia hanya memegang tamborin memeriahkan suasana. Sengaja aku memilih lagu-lagu KPop agar malam terasa enerjik dan hidup. Kunyanyikan lagu milik Blackpink, tentu saja tubuhku yang eksotik ini ikut bergoyang. Imageku sebagai dosen, sudah hancur di mata Ferdian. Suaraku yang sumbang sudah pasti bakal membuat telinganya illfeel, tapi goyanganku pasti membuatnya terpesona.
Ferdian terus saja menyoraki diriku dengan tamborin yang dipegangnya. Apalagi saat aku melakukan rap, entah apa yang merasukiku malam itu. Luar biasa hancur. Keringat terus bercucuran dari tubuhku karena lemak tiba-tiba ikut terbakar.
Dua jam terlewati, tenggorokanku terasa serak dan sakit, karena selain bernyanyi, tawaku pun tak bisa berhenti, apalagi ketika Ferdian ikut bernyanyi dan bergoyang ala gadis-gadis KPop. Ya ampun, kami benar-benar gila malam ini.
Aku merebahkan diri di atas kasur sepulang karaoke. Kami hanya membeli jajanan pinggir jalan seperti takoyaki, okonomiyaki, dan es krim matcha yang dibawa ke hotel. Aku benar-benar lelah.
"Sayang, habiskan dulu nih es krimnya, baru tidur," ujar Ferdian yang duduk di sofa sambil menikmati sebungkus okonomiyaki.
"Hmm..." ucapku malas.
"Sini aku suapi,"
Ferdian menyuruhku duduk. Ia menyuapkan sendok demi sendok es krim matcha yang tadi kubeli.
"Kamu kok sweet banget sih?" tanyaku memperhatikan wajahnya.
"Aku kan emang sweet, baru tau ya?"
"Kamu itu orang pertama yang aku tau paling pede banget deh,"
Ia hanya terkekeh geli sambil menyuapkan es krim ke dalam mulutnya.
"Kamu tadi keren deh, suara oke, dancenya apalagi!" pujinya membuatku malu lagi.
"Kaya orang gila ya?" tanyaku.
"Eh, serius, keren! Coba deh dance lagi di depan aku pake lingerie yang dibeliin Mama kamu," katanya cekikikan.
"Astaga!"
\=====
Keep support
Like dan Vote terus yaa ^^
Makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
INI LAGI MASA2 TRANSISI MNUJU BAHAGIA, LIAT AJA NNTI, SATU PRSATU MASALAH PASTI DTG TU MNHGUJI KEUTUHAN RMH TANGGA & CINTA MRK, DN YG PSTI BIKIN MASALAH, UJIAN DARI PEBINOR & PELAKOR, TUK PEBINOR SDH ADA CALONNYA. YAITU SI ARDI, TUK PELAKOR, BLM KLIATAN HILALNYA..
2024-07-30
0
Sri Mawardi
dosen ra kalap ha ha ha
2020-11-02
1
Nasyha Fitrry
emmmmm blackpink kesukaan aq ap gik kalo pemeran nya salah satu member nya pasti langsung bom like
2020-10-13
0