[POV AUTHOR]
Siang ini, Ferdian dan Ajeng melanjutkan perjalanan bulan madunya ke Kyoto. Daerah Jepang yang populer karena memiliki banyak keindahan di sana. Tersaji banyak kastil-kastil yang masih tertata dan terawat dengan baik. Kuil-kuil Budha dan Shinto yang masih aktif dikunjungi para penganutnya. Dan tentu saja pemandangan indah dari hutan alami dan danau yang tersebar di sana. Rasanya akan rugi jika pergi ke Jepang tapi tidak mengunjungi daerah indah yang satu ini.
Ferdian dan Ajeng berkesempatan menjajal kereta cepat Shinkansen, meski dengan tarif cukup mahal, mereka tiba di Kyoto dalam waktu kurang lebih 2 jam dengan jarak 500 km. Pengalaman yang tak akan pernah terlupakan menaiki kereta super cepat itu melintasi berbagai prefektur Jepang dari Utara ke Selatan.
Keduanya memilih sebuah hotel sederhana dengan gaya tradisional Jepang di sekitar Maruyama Park. Bunga-bunga sakura bermekaran memenuhi taman-taman. Sungguh sangat indah dipandang mata. Bunga dengan nama lain cherry blossom ini begitu kontras dengan latar belakang langit biru yang bersih.
Ferdian dan Ajeng berjalan-jalan di Maruyama Park, Kyoto. Mereka sedang melakukan kegiatan hanami, yaitu melihat keindahan bunga sakura di musim semi. Keduanya melangkah beriringan di bawah pohon-pohon sakura yang bermekaran. Sesekali angin meniup lembut menjatuhkan kelopak-kelopak bunga yang sudah rapuh, sehingga berserakan di atas tanah. Keduanya tampak menawan mengenakan busana tradisional khas Jepang, kimono. Ferdian memayungi istrinya itu dengan payung tradisional yang juga disewanya.
"Rasanya tenang dan damai sekali, pengunjung belum terlalu ramai jadi sepertinya sangat menyenangkan," ucap Ajeng sambil duduk di kursi taman yang tersedia. Ia menghirup udara segar, mencium aroma bunga sakura.
"Iya, makin malam biasanya makin ramai, apa kamu mau disini sampai malam?" tanya Ferdian.
"Entahlah, tapi sepertinya aku ingin menikmati suasana ini dengan waktu yang lama dengan kamu,"
Ferdian tersenyum memandangi istrinya yang terlihat cantik dengan kimono berwarna merah. Ia merapikan sedikit rambut istrinya yang tidak terikat.
Di Maruyama Park terdapat kurang lebih 600 pohon sakura yang bermekaran di setiap musim semi. Selama itu juga banyak penduduk dan wisatawan melakukan kegiatan hanami. Biasanya mereka menggelar tikar-tikar di bawah pohon sakura sambil menikmati bento, atau bekal hidangan yang mereka bawa. Namun, di taman ini sudah disediakan tempat duduk dan meja-meja yang sudah ditata rapi, sehingga mereka bisa langsung saja memesan hidangan untuk berkumpul bersama keluarga atau teman-teman.
Di waktu malam, lampu-lampu yang tergantung di pohon akan menyala, membuat suasana malam semakin hangat dan akrab. Inilah kegiatan favorit orang-orang Jepang pada saat musim semi datang.
"Apakah kamu pernah meragukan perjodohan kita sebelumnya?" tanya Ajeng tiba-tiba.
"Maksud kamu?"
"Sebelum pernikahan ini, aku pernah merasa ragu. Apa aku bisa melanjutkan perjodohan ini? Apa aku bisa membangun pernikahan ini dengan benar seperti kebanyakan orang dengan jodoh pilihannya masing-masing? Karena di sisi lain aku tidak pernah merasa memiliki pilihan karena dijodohkan oleh Papa," terang Ajeng, pandangannya lurus ke arah parit kecil yang jernih.
"Aku..., aku enggak pernah merasa ragu untuk milih kamu jadi istri aku," jawab Ferdian, membuat wanita di sampingnya itu menoleh heran.
"Apa maksudnya?" Ajeng bertanya-tanya.
Ferdian menatap lembut mata istrinya.
"Ya, aku yang memilih kamu untuk jadi istri aku. Ketika ayah menjodohkanku, ia memberi 2 pilihan, salah satunya kamu. Dari sana aku merasa bahwa aku layak untuk jadi suami kamu, meski aku sempat ragu apa kamu mau benar-benar menerima aku? Mengingat usiamu yang sudah matang, kepercayaan diri yang tinggi, dan pesona kamu yang luar biasa itu, apakah masih mau menikahi mahasiswanya yang jauh lebih muda usianya?" terang Ferdian.
"Aku terus optimis bahwa aku bisa bersanding dengan kamu di pelaminan. Wawasanku cukup luas dan pemikiranku cukup dewasa. Lagipula aku sudah memiliki penghasilan sendiri, jadi pasti kamu mau menerimaku, meski aku sendiri agak kurang percaya diri kamu bisa menaruh perhatian sama aku di awal. Tapi aku benar-benar beruntung, semua perhatian yang kamu kasih ke aku selama ini adalah diluar dugaanku. Kamu bisa menerima aku, mahasiswa kamu sendiri untuk bisa jadi imam kamu," lanjut Ferdian mengelus lembut pipi Ajeng.
"Aku enggak pernah meragukan kamu, Fer! Aku hanya terus meragukan diri aku sendiri. Aku takut obsesiku menjadi wanita karir yang sukses menghalangi aku untuk jadi istri dan ibu yang baik," ucap Ajeng menggenggam tangan Ferdian.
"Pernikahan ini milik kita berdua, Sayang! Kita akan bersama-sama melewatinya, bagaimanapun masalah yang akan kita hadapi nanti,"
"Terima kasih, kamu sudah hadir dihidupku, ingatkan aku jika sudah kelewatan,"
"So you do, okay? Kenapa jadi mellow gini sih?"
"Enggak tau, kayanya mau dapet deh," ucap Ajeng.
"Haid?"
Ajeng mengangguk.
"Hmm....bakal puasa dulu dong ya?"
Ajeng tertawa mendengar ucapan Ferdian. Ia sadar usia Ferdian yang masih muda, tentu membuat hasratnya terus menggebu-gebu dilanda asmara.
Ferdian mengecup lembut bibirnya, membuat wanita itu tersipu-sipu mengingat mereka berada di tempat umum yang banyak orang berlalu lalang. Tetapi suaminya itu tidak pernah peduli, merasa dunia ini hanya milik mereka berdua.
Keduanya kembali berjalan menikmati suasana damai di musim semi, sampai-sampai tidak terasa ternyata sudah waktunya untuk kembali menjalani kehidupan normal dan pulang ke Indonesia.
\=====
"Assalamu'alaikum....!" ucap Ajeng dan Ferdian, setibanya di rumah Mama dan Papa.
Keluarga yang sedang berkumpul di ruang tengah tampak bahagia menyambut keduanya.
"Aduh ini pengantin baru udah pulang honeymoon! Gimana sehat semua?" sambut Mama mengecup anak bungsunya itu.
"Alhamdulillah kita sehat, Ma! Ini oleh-olehnya!" jawab Ajeng sembari mengeluarkan banyak bingkisan buah tangan dari Jepang.
Semuanya kegirangan, termasuk Kak Nadya dan Alice yang juga ikut berkumpul. Ada yukata, payung, kipas, gantungan kunci, dan pernak pernik lainnya. Semuanya sudah kebagian dengan jatahnya masing-masing.
"Jadi Papa udah dapet cucu lagi belum nih? Itu oleh-oleh yang utama, lho!" ucap Papa memandang Ferdian.
Ferdian hanya tersipu-sipu saja dibuatnya.
"Doain aja Pa, hehe!" jawab Ferdian singkat, mengingat rencana Ajeng untuk menunda dulu untuk memiliki momongan.
Ajeng menatapnya tersenyum kecil. Dalam hatinya ia tahu bahwa kedua orangtuanya pasti mengharapkannya juga untuk menambah cucu. Tetapi lagi-lagi ia masih merasa belum siap mengemban amanah baru itu.
Keduanya kembali ke apartemen setelah cukup lama melepas rindu dengan keluarga mereka masing-masing. Karena besok keduanya sudah kembali ke aktivitas masing-masing, menjalankan perannya seperti sediakala.
\===
Ajeng dan Ferdian melakukan kesepakatan sebelum mereka kembali ke kampus. Mereka sudah bersepakat tidak akan mengumumkan pernikahan mereka kecuali jika memang beredar isu-isu yang mencoreng nama baik keduanya. Mereka juga tidak akan membatasi kegiatan satu sama lain. Hubungan harus tetap terjaga, meski mereka menikah karena dijodohkan, tetapi perasaan cinta yang tumbuh diantara mereka sudah terjalin kuat. Jadi keduanya harus saling percaya.
Ajeng berangkat dari apartemen menuju kampus dengan motor miliknya, seperti biasa. Ia beruntung, akses dari apartemen barunya tidak jauh, jadi ia tidak lagi harus menghadapi kemacetan.
Seperti biasa, penampilannya benar-benar menarik, rambut panjang yang terurai, lipstick coral yang merona, dan hari ini ia mengenakan setelan jumper dress dengan kemeja polos cantik. Kepercayaan dirinya meningkat beberapa persen setelah menikah. Auranya semakin menebar.
"Morning, Miss Ajeng!" sapa beberapa mahasiswa, baik perempuan dan laki-laki.
"Good morning!" jawabnya ramah.
Ia berjalan dengan sepatu stilettonya. Terdengar suara hentakan sepatunya menggema di telinga orang-orang yang dilewatinya.
"Hello, good morning everybody? How are you today?" sapanya pada mahasiswa yang diajarnya di jam pertama.
Semua pandangan mahasiswa melihatnya takjub. Ada aura berbeda pada penampilan Miss Ajeng mereka kali ini. Luar biasa cantik dan mempesona, dan tidak ada satupun dari mereka yang menyangkal hal itu, baik mahasiswa laki-laki maupun perempuan. Hal itu membuat mereka semakin semangat untuk belajar hari ini. Benar-benar, energi Miss Ajeng luar biasa.
Siang itu, Ajeng menikmati makan bekal siangnya di meja kerjanya. Ada beberapa dosen di ruangan yang sama.
"Jeng, kemaren kamu liburan kemana? Asyik banget deh bisa refreshing!" ucap Novi, salah satu dosen muda seperti dirinya, duduk dihadapannya.
"Iya alhamdulillah, Papa aku yang bikin rencana, jadi ngikut aja!" ucap Ajeng jujur, memang Papanya yang merencanakan liburan bulan madunya. Hihi.
"Gimana liburannya, kamu ke Tokyo bukan? Aku lihat instagram kamu," tanya Novi antusias.
"Iya, tapi cuma 2 hari aja di sana terus lanjut ke Kyoto. They both are awesome! Kamu harus ngerasain sendiri deh, pokoknya two thumbs up!" ucap Ajeng mengangkat kedua jempolnya.
"You're so lucky. Apalagi ke Kyoto, katanya romantis banget, harusnya kamu kesana sama pacar deh!" ujar Novi, matanya melirik ke arah kanan, ada Ardi yang tiba-tiba masuk.
Ajeng hanya menyengir. Padahal dalam hatinya ia memang merasakan suasana romantis bersama Ferdian, suaminya.
"Oh ya ampun, aku lupa! Ini oleh-olehnya!" ujar Ajeng menaruh sebuah goody bag berisi bingkisan-bingkisan kecil dari Jepang.
"Hey! Wah asik nih yang baru pulang liburan!" sapa Ardi tiba-tiba mendatangi mereka. Ajeng hanya tersenyum kecil.
"Ini spesial buat kamu, Nov!" kata Ajeng memberikan sebungkus sapu tangan dengan motif bunga sakura.
"Ah...so beautiful! Thank you so much!" ucap Novi kegirangan.
Karena suara Novi semakin gaduh, dosen-dosen lainnya pun ikut mengerubungi Ajeng. Tentu saja Ajeng sudah mempersiapkan oleh-oleh untuk mereka semua, teman kerja satu ruangan khusus untuk para dosen Sastra Inggris. Tak terkecuali, Ardi.
"Here's special for you!" Kata Ajeng menyodorkan sebuah sapu tangan dengan motif lukisan Gunung Fuji karya seniman terkenal di Jepang, juga sebuah gantungan kunci menara Tokyo.
"Oh, that's sweet!" ucap Ardi.
Entah kenapa setelah Ajeng memberikan souvenir kepada Ardi, tiba-tiba dosen lain berterima kasih dan pamit pergi meninggalkan keduanya di meja Ajeng.
"Gimana liburannya, pasti seneng banget ya? Sampai-sampai gak bisa diganggu," tanya Ardi berbasa-basi.
"Ya pastinya, ini pengalaman pertamaku soalnya, jadi everything was unforgettable! Oh ya, sorry ya yang waktu itu!"
"No problem! Paling nanti aku coba lagi di lain waktu," ucap Ardi membuat sebelah alis Ajeng mengernyit.
"Emang apa sih? Biasanya kalau ada apa-apa juga kamu chat langsung,"
"Enggak apa-apa kok!" ucap Ardi tersenyum, membuat Ajeng semakin ingin tahu, tapi ia tidak akan memaksa.
"Ya udah, aku ke meja dulu ya, masih ada hasil translate anak-anak yang belum kuperiksa," pamitnya.
"Okay!"
"Thank you for the souvenirs! I'll call you, later!"
Ucapan Ardi membuat alis mata Ajeng naik. Ada apa sih? batin Ajeng.
\======
Keep support
Jangan lupa Like & Vote
makasih ❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
CIHHHH MSH BLM PEKA LAGI LO...
2024-07-30
0
yuanita
ardi si muka koloteun 🤣
2021-02-07
1
࿇ωΐຮε࿐🅟🅖 ✈️
mau nembak tuuuuu si Ardi
2021-01-10
1