"Ajeng...! Ajeng! Bangun, Nak!"
Aku mendengar suara Mama samar-samar, dan masih merasa lemas sekali.
"Ajeng, bangun, Sayang!"
Aku mencoba membuka mataku yang terpejam rapat. Terhirup bau minyak angin yang terasa kuat. Aku berusaha membangunkan tubuhku yang tadi terbaring.
"Minum dulu, Sayang!" ujar Mama menyodorkan gelas berisi air putih hangat ke mulutku. Sementara Kak Nadya menopang tubuhku dari belakang, lalu membantuku untuk menyandarkan diri di papan kasur.
"Ya ampun, kamu kenapa tiba-tiba pingsan?"
"Gak tau, Ma! Tiba-tiba kepalaku pusing sekali dan nafasku sesak!" jawabku lemas.
"Ya sudah, kamu istirahat dulu aja di kamar. Biar nanti Bi Asih membawakanmu makan malam dan buah-buahan. Kamu perlu energi sepertinya," ujar mama menyimpan gelas yang sudah kuminum.
Aku mengangguk saja dan memperbaiki sandaran di kasur kamar tidurku.
"Mama keluar dulu ya, gak enak sama Bu Bella. Kamu istirahat aja dulu! Biar Mama yang dampingi papa," ujar Mama sambil menutup pintu kamar.
"Kamu pasti belum makan ya?" tebak Kak Nadya.
"Iya kak, aku memang lagi diet akhir-akhir ini, dan salahnya tadi sore aku belum makan apapun."
"Duh, calon pengantin harus sehat dong, harus butuh banyak asupan energi! Bercinta itu bikin capek lho!"
"What (Apa)?!!"
Rasanya nafasku kembali sesak. Ah iya, aku baru saja dijodohkan papaku. Oh my God! Anak itu akan jadi jodohku. Aku mencubit pipiku berkali-kali, sakit rasanya.
"Cubit aku, Kak!"
"Ngapain sih?! Ini kan bukan mimpi, ini beneran tau!"
Aku mendengus kesal.
"Apa kakak tau sebelumnya? Maksudku acara hari ini untuk perjodohan aku?" tanyaku penasaran, karena memang tidak ada yang memberitahuku sebelumnya.
"Umm... enggak juga sih! Aku cuma tau, kamu bakal dijodohkan sama anak dari salah satu teman baik papa. Itu aja!" jawabnya sambil mengupas sebuah apel fuji kesukaanku.
"Terus tentang anak itu, maksudku Ferdian, apa kakak tau sesuatu?"
"Mana aku tau, Jeng! Everything is under papa's control, and we know it (Semuanya di bawah kekuasaan papa, dan kita tahu itu), kita ga boleh nolak sama sekali!" katanya, ia menyodorkan potongan segar apel.
"Seperti perjodohan kamu dan Mas Bima! What did you feel at that time (Apa yang kamu rasakan waktu itu)?" tanyaku, aku menyuap potongan-potongan apel itu ke dalam mulutku.
"Aku takut! Bahkan kamu tau kan, aku sempat mau kabur ke Australia buat ketemu sama Brian! Tapi waktu aku lihat papa, rasanya aku bakal merasa jadi anak durhaka selamanya. Jadi, aku menyerah gitu aja demi papa! Tapi setelah itu, aku merasa jadi anak paling beruntung. Bima, seorang lelaki yang sama sekali gak pernah terlintas di pikiranku untuk jadi pendampingnya. Meskipun kita sering bertemu, mengobrol, dan bercanda. Entahlah tiba-tiba aja cinta itu datang setelah pernikahanku. He's so adorable, gorgeous, and so manly (Dia sangat mengagumkan, keren dan jantan). "
"Hadeeh...malah jadi muji suami nih!" dengusku.
"Hehe...bya gitu deh, cinta itu datang tak terduga buat aku. Sempat aku tanya sama dia, apa dia mencintaiku tulus? He said yes, of course (Dia bilang 'ya', tentu saja), bahkan dia udah kagum sama aku semenjak SMP. Aku gak pernah menyadari itu semua, maksudku, dia bersikap seperti tidak ada apa-apa. Perlakuannya sama kepada teman-teman lainnya, aku merasa menjadi perempuan yang beruntung banget! Dan pastinya, papa gak salah pilih orang buat jadi menantunya!" jelas Kak Nadya panjang lebar.
Aku merenung.
"Menurutmu, aku harus percaya sama pilihan papa?" tanyaku ragu.
"Kalau menurut pengalaman aku sih iya, kamu harus percaya sama papa. Meskipun papa memikirkan untuk keberlangsungan bisnisnya, tapi dia juga gak sembarangan untuk pilih calon menantunya yang bisa bikin putri-putrinya bahagia."
"Tapi, benarkah kamu merasa bahagia dengan pernikahanmu sampai sekarang? Jawab jujur. please!"
Kak Nadya mengangguk mantap, ia tersenyum sambil membelai rambutku.
Aku memejamkan mata sejenak untuk menerima kenyataan dan meyakinkan keputusan yang akan aku ambil.
"Ferdian itu mahasiswa kamu, bukan?" tanya Kak Nadya.
"Iya, Kak! Aku baru bertemu dengannya semester ini!"
"Berarti setidaknya kamu bisa mengenalnya sedikit."
"Nothing at all (Gak sama sekali)! Kecuali dia itu selalu lupa untuk mengisi absensi di mata kuliah yang aku ajarkan! Makanya aku jadi tau dia," jawabku.
Kak Nadya tertawa-tawa.
"How silly (Lucu banget)!"
"Ya entahlah! Jadi gimana nih caranya biar aku bisa mengetahui dia dari sudut pandang orang lain?"
"Kalau dilihat dari mata jujur perempuan, dia itu ganteng banget deh. Setuju gak? Badannya tinggi & proporsional, kulit bersih, rahangnya kekar, bahu lebar dan hidungnya mancung. Unch, body-nya model banget! Meskipun dia agak lebih kurus dari Mas Bima ya. Tapi mau dilihat dari sudut mana pun, dia sempurna untuk dijadiin pasangan. Siapa yang gak tergila-gila sama cowok kaya gitu di kampus? Dia pasti populer di kalangan mahasiswi. Jadi, coba deh gali informasi tentang dia, minimal dari teman sekelasnya!"
"Wuih..., kayaknya Kak Nadya udah tau banget fisik Ferdian ini ya? Hmm..., jadi curiga," ujarku. Habisnya dia berlebihan sekali mendeskripsikan Ferdian, padahal sepertinya baru ketemu hari ini.
"Hey, hey, tenang dong! Aku tahu, karena tadi dia yang angkat kamu ke kamar pas pingsan. Jadi bisa lihat lebih jelas deh."
"WHAT?!"
Kak Nadya mengangguk.
"Dia yang angkat aku? Kenapa gak papa aja?!"
"Woy, papa itu jongkok sedikit aja udah sakit pinggang. Apalagi gendong kamu!" ujarnya menoyor kepalaku.
"Dih, biasa aja sih!" ujarku kesal.
"Lagian, dia itu yang pertama sadar kalau kamu pingsan. Aku lihat dia berdiri terus lari ke arah kamu. Aku kira dia kebelet, eh pas di sana aku baru nyadar kalau ternyata kamu udah pingsan aja. Mama pun gak sadar tuh, padahal duduk di samping kamu!"
"Really (Benarkah)?!"
"Yes! Aku gak bohong, bener deh! Kayanya dia emang udah ada perhatian sama kamu, cuma kamunya aja yang gak sadar. Sama kaya Mas Bima ke aku."
Seketika jantungku berdegup kencang dan tubuhku merasa panas.
"Coba mulai sekarang kamu cari tahu informasi sebanyak-banyaknya tentang Ferdian ini. Gimana sifatnya di kampus, nilai-nilai akademik dia, apa aja aktivitasnya, dan orang terdekat dia itu siapa aja," saran Kak Nadya.
"Baiklah, mulai besok aku akan coba gali informasi tentang dia di kampus!"
"Nah, gitu dong, semangat! Kalian pun sudah harus mulai menjalin komunikasi. Karena dalam satu bulan lagi, kalian bakal resmi jadi suami istri!"
"WHAT?!"
\=\=\=\=\=
Malam itu aku keluar dari kamar untuk melihat isi kulkas di rumah papa. Aku merasa sangat lapar karena setelah berbincang dengan Kak Nadya yang menguras emosi, pikiran dan tenaga. Jadinya, aku tidak makan, terlalu tidak selera.
Aku mengambil dua buah apel fuji dan susu kotak. Langsung saja kumakan apel-apel itu tanpa dikupas. Pikiranku masih melayang tentang perjodohanku tadi. Rasanya masih tidak percaya dan berharap ini mimpi saja. Namun kulihat cincin putih itu masih terpasang di jari manisku.
Kubuka instagramku, kuketikkan nama Ferdian Winata di kolom pencarian. Kubuka satu persatu akun yang menunjukkan nama yang sama, mulai dari yang pertama. Mataku terbelalak, sejak kapan anak itu mengikuti akunku? Hmm, tapi wajar sih, toh aku ini dosennya, dan aku salah satu dosen terpopuler di fakultasku. Jadi pasti hampir semua mahasiswa yang aku ajari mengikuti akunku, untuk melihat foto-fotoku.
Aku mencoba mengecek foto-foto Ferdian, tidak ada yang asyik. Hanya berupa foto-foto sudut ruangan tertentu, tanpa tulisan, dan tanpa tagar. Tidak ada yang memuat foto dirinya. Mungkin dia tertarik dengan dunia fotografi. Dilihat dari jumlah followernya, yang berjumlah sepuluh ribuan follower, untuk mahasiswa di kampus kami yang sedikit jumlahnya adalah termasuk populer. Sepertinya followernya itu dari kalangan kampus dan sekolah yang dia ikuti selama ini.
Aku terus melihat foto-foto yang diuploadnya sampai bawah. Ternyata ada satu foto yang memuat wajah dia. Ia terlihat mengenakan jas almamater kampus, berdiri di bawah pohon, sambil tersenyum, manis sekali, eh! Ia membawa poster bertuliskan 'PILIH NO. 1 untuk peradaban kampus yang lebih maju!', lalu di kolom tulisan tertulis tagar #electrone seingatku ini istilah untuk pemilihan presiden mahasiswa tahun lalu.
Ah..., ternyata dia presiden mahasiswa tahun lalu, tidak salah lagi, dia pasti sangat populer dan memenangkan pemilu khusus mahasiswa itu. Oke, kita sama-sama populer dan aku harus berhati-hati agar berita perjodohanku dengannya tidak tersebar. Aku harus mengajaknya bekerja sama.
\=\=\=\=\=
Siang itu aku membawa bekal yang sudah dipersiapkan oleh mama. Aku membuka kotak bekal dan memakannya sendirian di meja kerjaku. Meski aku populer di kalangan mahasiswa dan dosen, tetapi aku tidak punya teman dekat yang benar-benar cocok denganku. Aku hanya ingin menjadi profesional di dalam karirku, jadi aku membatasi diriku dan privasiku di tempat kerjaku.
Setelah ini, aku ada jadwal mengajar satu mata kuliah lagi, setelah itu aku bisa benar-benar istirahat di rumahku sendiri untuk menenangkan pikiran dan jiwaku.
Aku berjalan di sepanjang koridor gedung B untuk menuju kelas. Aku akan mengajar mahasiswa baru untuk mata kuliah basic grammar. Seperti biasa, energi positifku menyebar di sepanjang jalan yang aku lewati. Banyak sekali mahasiswa yang berpas-pasan denganku tersenyum dan menyapaku dengan ramah. Senang sekali rasanya.
Aku harus melewati perpustakaan, satu-satunya tempat favoritku di kampus ini. Memiliki banyak koleksi karya sastra lokal dan mancanegara yang lengkap dan update, membuatnya menjadi tempat yang sering aku kunjungi di waktu kosong untuk menunggu jadwal mengisi mata kuliah.
Sembari lewat, aku berniat untuk mengembalikan sebuah novel yang aku pinjam minggu lalu. Namun saat aku melewati pintu masuk, tiba-tiba saja seorang mahasiswa menabrakku dari depan.
"Aww!" aku terjatuh di lantai dengan posisi terduduk. Panggul bagian kiriku terasa linu sedikit.
"I'm sorry, Miss! Saya tidak sengaja!" ujarnya.
Aku menengadahkan tatapanku ke wajah mahasiswa yang menabrakku itu. Seketika jantungku langsung melompat.
Itu adalah Ferdian! Ia mengulurkan tangannya, agar aku bisa berdiri. Aku memang kesulitan untuk berdiri karena rok span selututku ini. Terpaksa aku menyambut uluran tangannya dan berdiri kemudian membersihkan debu-debu yang menempel di rokku.
"Maaf sekali lagi, saya benar-benar tidak sengaja!" ujarnya, wajahnya terlihat panik, tatapannya tertunduk. Sungguh beda sekali dengan ekspresi wajahnya tadi malam ketika memasangkan cincin di jariku. Benar ini Ferdian?
"No, It's okay!" ucapku.
"Baiklah, saya permisi dulu kalau begitu!" ujarnya, kemudian berjalan terburu-buru keluar.
Hmm..., gitu aja ya ekspresinya nubruk calon istri? Lho kok, aku kecewa sih?! Bagus dong, like nothing happen (kaya gak terjadi apa-apa).
"Miss Ajeng!" suara itu lagi.
Aku membalikkan tubuhku.
"I'll call you later (Nanti saya telepon ya)?" ujarnya dengan nafas terengah-engah dan senyuman kecil di bibirnya.
Seketika tubuhku membeku. Aku tak bisa membalas ucapannya atau senyumannya. Namun sosok itu sudah pergi dengan sendirinya.
Oh my God! (Ya Tuhan)!
\=\=\=\=\=
Like dan Vote terus yaa
Keep support ^^
Makasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SEMOGA CERITANYA TDK MNGECEWAKN. KRN EPISODENYA LUMAYAN PANJANG.. SAMPE TIGA RATUSAN EPISODE, KRN EPISODE PNJANG YG MENARIK DN TDK BOSAN BACANYA, SUAMIKU MASIH ABG, TERRA THE BEST MOTHER, HARUSKAH AKU MENGALAH, BATAL CALON IPAR, DAN CEO ITU SUAMIKU SERTA KHILAF TERDALAM.. ITU NOVEL DGN EPISODE PNJANG DGN CRITA MNARIK..
2024-07-29
2
Ra Ja
cerita yang menarik
2022-11-13
2
Nacita
sampe sini aku syukaaaa 😍😍
2022-02-24
0