Aku berjalan ke luar dengan terburu-buru lalu berdiri di depan mini market yang sedang buka.
Tiba-tiba keluar dari mini market, seorang mahasiswa cowok yang aku kenal nama dan wajahnya. Kami saling menatap. Aku terkejut.
"Miss Ajeng? Lagi apa di sini?" tanya mahasiswa berambut gondrong dengan kumis tipis. Ia membawa botol mineral di tangannya.
"Eh, Malik, sa...saya, lagi mau ke mini market," jawabku beralasan. Ya ia adalah Malik, koordinator kelas A, teman sekelas Ferdian.
"Miss ngapain di kampus hari Minggu siang gini?" Tanyanya kemudian.
"Ehm...mm, itu Jumat kemarin saya ketinggalan sesuatu yang penting di meja kerja, jadi saya kesini hari ini," kataku, terpaksa berbohong.
"Oohh, pantesan! Saya ke asrama dulu ya, Miss!" pamitnya sopan.
"I-iya, silakan,"
Aku langsung berjalan masuk ke dalam mini market dan berdiri di samping pintu masuk. Aku khawatir terpergok sedang bersama Ferdian.
Aku mendengar suara mereka, itu Ferdian dan Malik.
"Woy, mau kemana Lo, bawa tas ransel?" tanya Malik.
"Ah biasa, gue balik dulu ke rumah bokap," jawab Ferdian.
"Oooh...eh, Fer! Gue ketemu Miss Ajeng barusan," ucap Malik, membuatku gugup.
"Wah masa?!" Ucap Ferdian, kayanya jago akting juga ini anak.
"Beneran, kayanya masih ada tuh di mini market,"
"Seriusan?"
"Bener, gue gak bohong! By the way, Miss Ajeng tambah cantik aja kayanya gue lihat," ucap Malik.
"Emang udah cantik kali, Lo aja matanya agak ngeblur," celetuk Ferdian.
"Iya gue tau, tapi berasa ada yang beda lihat aura wajahnya tadi,"
"Ah jadi penasaran, gue coba cari ah!"
"Ya udah sono! Good luck deh, gue balik dulu, capek nih!"
"Okey, see you!" ucap Ferdian.
Tak lama sosok itu muncul di pintu mini market.
"Kamu ngapain, sembunyi?" tanyanya.
Aku mengangguk.
Dia tertawa sambil mengacak-acak rambutku.
"Hey, gak sopan!" Ucapku mendengus.
"Beli minuman seger dong, haus nih!" pintanya kemudian.
"Beli aja sendiri!" ujarku cemberut.
"Sini aku cubit ya?!"
Penjaga & kasir mini market memperhatikan kami berdua, membuat kami menjadi salah tingkah. Mungkin kami dianggap sepasang kekasih yang aneh.
Ah biarlah, toh mereka tidak akan tahu siapa kami yang mungkin dianggapnya seperti mahasiswa lainnya.
\=\=\=\=\=
Mobil milik ayah Ferdian melaju dengan kecepatan sedang di ruas tol menuju bandara Soekarno Hatta. Pak Yusuf mengantar Ferdian dan aku yang duduk di belakang. Ini pertama kalinya kami melakukan perjalanan bersama. Aku merasa masih ada rasa canggung diantara kami .
Sepanjang perjalanan tak banyak percakapan terjadi, hanya percakapan ringan saja, mengingat ada Pak Yusuf. Kami hanya saling menggenggam tangan. Kadang aku bersandar di bahu Ferdian ketika mengantuk, dan ia pun mengelus lembut rambutku. Atau kadang Ferdian yang tertidur di atas pangkuanku, membuatku tak tahan untuk gantian membelai rambutnya yang pendek dan tebal itu.
Matahari sudah terbenam, langit menyambut bulan dan bintang untuk menemaninya. Angin berhembus kencang, menusuk ke dalam kalbu. Ferdian dan aku telah tiba di bandara 2 jam lebih awal sebelum jam keberangkatan pesawat yang akan mengantarkan kami langsung ke bandara Narita, Jepang. Rencananya, dalam 2 hari kami akan berlibur di Tokyo dan 3 hari di Kyoto untuk menikmati musim semi di sana.
Ferdian menggenggam tanganku kemana pun dia pergi, membuatku selalu tersipu-sipu dibuatnya. Kami menunggu di sebuah kedai kopi yang memiliki tempat duduk nyaman.
"Kamu pernah ke Jepang?" tanya Ferdian, ia menyeruput espressonya.
"Belum pernah, kamu sendiri?"
"Aku pernah waktu kecil," jawab Ferdian.
"Oh iya?"
Ferdian mengangguk dan memotong creme bruleenya.
"Duh kamu belum tahu ya?" tanyanya lagi.
"Tahu apa emang?" tanyaku polos.
"Tentang Ayah dan Bundaku,"
"Emang kenapa ayah dan bunda kamu?"
"Ayah dan Bunda sama-sama keturunan Jepang," terangnya membuatku cukup terkejut.
"Ohh iya? Masa?!"
"Iya, kalau ayah keturunan Jepang-Cina-Belanda, kalau bunda Jepang-Sunda, jadi waktu kecil aku sering mengunjungi ojisan (kakek)," terangnya.
Pantas saja anaknya seganteng ini. Aku benar-benar tidak menyangka. Mungkin ini juga alasan Papa memilihkan tempat bulan madu kami di Jepang, agar aku sedikit mengenal asal Ferdian.
"Kenapa bengong?" tanya Ferdian.
"Enggak apa-apa kok,"
"Pasti di dalam hati bilang, 'ooh pantesan suamiku wajahnya ganteng banget', iya kan?" tebaknya seraya tertawa.
Aku tertawa saja, karena tebakannya itu tepat sekali.
"Emang ada hubungannya ya, antara turunan dan tingkat kegantengan?" tanyaku iseng.
"Entahlah, tapi sepertinya ada. Buktinya aku ganteng tingkat dewa,"
"Uuh, pede abis!"
Emang dasar ini anak kepercayaan dirinya tinggi sekali. Ckck.
"Kamu sendiri turunan mana?" kini giliran Ferdian menanyakan.
"Entahlah, mungkin ada sedikit darah Korea di Papa, dan Belanda di Mama,"
"Hmm....I see!"
"Kenapa? Ngaku juga kan aku cantik?"
"Iya, kamu cantik banget istriku sayang cintaku jiwaku,"
Aku terbatuk-batuk menahan tawa dan malu bersamaan.
"Minum dulu, Sayang!"
"Udah ah bercandanya, cape aku nahan ketawa melulu kalau sama kamu,"
"Siapa yang bercanda, aku serius kok ujarnya sambil menyodorkan gelas berisi air putih.
"Oh ya, apa kamu udah yakin akan menunda anak?" tiba-tiba saja ia menanyakan hal itu. Kali ini benar-benar serius.
Aku mengangguk.
"Aku udah merencanakan hal ini sejak lama, bahkan ketika perjodohan ini belum dimulai pun sudah ada rencana seperti itu jika aku menikah, ada yang salah?"
"Enggak sih, aku juga masih ragu kalau kamu hamil lebih cepat sedangkan aku belum lulus kuliah,"
"Tapi sepertinya kamu malah bisa lebih siap dari aku, kalau hal itu terjadi," ujarku.
"Ah, enggak, malah aku sempat khawatir!"
"Emang kenapa? Kamu gak suka anak kecil? Bukannya kamu aktif di kegiatan Taman Belajar Anak?" tanyaku memastikan.
"Bukan gak suka, tapi belum yakin apa aku bisa?" jawabnya
"Kita bisa sama-sama belajar kan?!" kataku.
Ia hanya mengangguk, seperti memaksakan senyumnya. Entahlah apa yang dia pikirkan. Aku sendiri sepertinya bukan termasuk wanita yang subur. Datang bulanku tidak pernah teratur, ini membuatku kesulitan untuk menentukan kapan masa subur kapan tidak.
Aku juga sudah mengantisipasi hal itu. Sebelum pernikahan aku sudah berkonsultasi dengan seorang dokter kandungan, temanku juga, Dr. Sita. Ia memberikanku pilihan, apa ingin menggunakan alat kontrasepsi yang dipasang di organ dalam atau mengkonsumsi pil. Aku memilih untuk mengkonsumsi pil meski katanya sangat mempengaruhi hormon tubuh, namun aku belum merasakan apapun meski sudah mengkonsumsinya.
Semoga saja semuanya tetap baik-baik saja.
\=\=\=
Tak terasa satu jam lebih terlewati. Kami tertidur di sofa lounge ruang tunggu VIP bandara. Aku mengecek ponselku. Ada sebuah pesan singkat dari nomor yang tidak kukenal atau mungkin belum kusimpan.
[Jeng, besok bisa ketemuan?]
Kuperhatikan nama dan foto profilnya, itu Ardi.
[Ada apa?] balasku.
Tak kusangka, ia masih online saat ini.
[Aku ingin bicara sesuatu!] balasnya cepat.
Kuperhatikan Ferdian, ia masih terlelap di atas pangkuanku.
[Disini aja, emang ada apa sih?] tanyaku
[Umm...Bisa aku telepon kamu sekarang?] tanyanya.
Ya ampun apa susahnya bilang di chat saja.
[Maaf gak bisa, aku lagi sama keluargaku!] jawabku.
[Oh iya, kamu lagi liburan ya?]
[Iya, maaf ya! Lanjut lagi nanti, oke?!]
[Okay!]
Aku jadi penasaran apa yang akan dibicarakan Ardi padaku. Tidak seperti biasanya dia chat aku malam-malam seperti ini. Padahal, dia hanya kirim chat ketika perlu saja biasanya, kalau tidak menanyakan pendapat, analisis, atau tentang teori sastra.
"Jam berapa, Sayang?" tanya Ferdian yang terbangun.
"Jam 22.37," jawabku.
"Pesawatnya belum datang ya?"
"Iya belum mungkin sebentar lagi,"
Sesuai jadwal, kami akan berangkat pada pukul 23.20 WIB. Tak lama kemudian, sebuah suara mengumumkan bahwa pesawat yang akan kami tumpangi sudah mendarat, para penumpang diharapkan untuk bersiap-siap menaiki pesawat.
Akhirnya kami berjalan untuk menaiki pesawat setelah sebelumnya mampir ke toilet. Kami akan menempuh sekitar kurang lebih tujuh jam menuju Tokyo, ibukota Jepang, negara yang selalu membuatku terkagum-kagum. Ah, membayangkannya saja membuat hatiku melayang, apalagi kali ini aku akan mengunjunginya bersama pria yang kucintai.
\=\=\=\=\=
Keep like & vote
makasih ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BIAR SAMPE KE JEPANG PAGI HARI..
2024-07-30
1
Sulaiman Efendy
PSTI INGIN UNGKAPKN PRASAANNYA TU SI ARDI...
KLO GK PEKA JUGA, MMG BHLUL TU SI AJENG...
APALAGI KLO AJENG MNURUTI KMAUAN ARDI BUAT BERTEMU.. SANGAT BAHLUL
2024-07-30
1
Sulaiman Efendy
KIRAIIN SI ARDI ....???
2024-07-30
1