"Ajeng! Kamu gak tahu kalau Ferdian sakit?" tanya Mama di telepon.
"Aku belum tahu, Ma! Aku agak sibuk belakangan ini," ucapku beralasan.
"Oh, karena kamu sibuk, jadi gak peduli sama calon suami kamu?" tanya Mama, nadanya terdengal kesal.
"Maafkan aku, Ma! Aku tidak bermaksud begitu," kataku kecewa dengan diriku sendiri.
"Ya udah, kalau bisa secepatnya kamu jenguk dia. Dia dirawat di rumah sakit sekarang,"
"Di rumah sakit?!" tanyaku tidak percaya.
"Iya, nanti Mama kirim via chat rumah sakit tempat inapnya,"
"Baik, Ma!"
Ya ampun, kemana aja aku selama ini? Aku makin merasa bersalah, bodoh dan tak guna. Jangan-jangan dia sakit karena tingkahku kemaren. Kenapa dia tidak memberitahuku lewat chat kalau dia sakit, setidaknya aku masih bisa membacanya. Aku merasa semakin kecewa dengan diriku.
Tring. Pesan dari Mama sudah kuterima. Aku langsung menuju rumah sakit tempat Ferdian dirawat inap. Sebenarnya dia sakit apa? Hal itu terngiang-ngiang di kepalaku selama perjalanan ke rumah sakit.
Bau khas rumah sakit langsung menyapaku seketika kuinjakkan kakiku di lantainya. Suasananya penuh dan ramai oleh orang yang mengantar pasien, menunggu obat, dan perawat juga staff rumah sakit yang berlalu lalang. Beruntung di perjalanan dari kampus ke rumah sakit tidak macet, jadi hanya butuh 15 menit saja untuk sampai di sini.
Seorang petugas keamanan menanyakanku, "Maaf, Ibu hendak kemana?" tanyanya sebelum aku masuk ke paviliun ruang rawat inap.
"Saya mau ke paviliun Anggrek, di sebelah mana ya?"
"Silakan jalan lurus, kemudian belok ke kanan, di sana sudah masuk paviliun Anggrek," jelasnya.
"Baik, Pak! Terima kasih!"
"Jam kunjungan hanya sampai jam 5.30 sore saja ya, Bu!" katanya mengingatkan.
"Baik, saya permisi dulu!"
Aku berjalan menuju paviliun Anggrek, melewati berbagai ruangan yang istilahnya tampak asing bagi orang sastra. Sebuah kantong berisi buah-buahan segar kujinjing di tangan. Kuperhatikan nomor setiap kamar. Find it! Sebuah ruangan VIP di ujung paviliun. Pintunya tertutup. Apa Ferdian masih di dalam? Lebih baik langsung kuketuk saja.
"Assalamu'alaikum!" ucapku.
"Wa'alaikumsalam, masuk aja, Princess!" ujar sebuah suara di dalam, terdengar cukup rapuh.
Aku membuka handle pintu dan melihat pria itu tampak terduduk lemas di atas matras dengan selang infus tertancap di lengannya. Pria itu tersenyum menyambut kedatanganku.
"Ya ampun, Ferdian kok kamu bisa sakit gini?" tanyaku cemas dan langsung duduk di samping matrasnya. Kuperhatikan wajahnya yang pucat dan lemas.
"Gara-gara kamu, gak mau aku hubungin!" ucapnya sambil cemberut.
"Maafin aku, ya?! Aku agak shock kemarin," kataku, terdengar agak bodoh sebenarnya.
"Harusnya aku yang lebih shock, kena kecupan maut dari dosen tercantik di kampus," katanya sambil tertawa.
Aku memelototinya kesal dan khawatir ada orang di sekitarnya. Tetapi ternyata memang tidak ada yang menemaninya di sini.
"Kamu sendirian di sini?" tanyaku kemudian setelah menyadari hal itu.
Ferdian mengangguk, "Nanti ada Ridho kesini yang bakal temenin aku tiap malem," jelasnya.
"Benar-benar soulmate, ya?"
"Kalau kamu mau temenin aku juga boleh kok!"
"Mau aku cubit ya?!"
Ia tertawa-tawa.
"Jadi kamu sebenarnya sakit apa?" tanyaku serius.
"Aku terkena virus malarindu akut,"
"Ya ampun, ini anak mau aku getok kepalanya ya?!" ujarku kesal.
"Ampun deh, dosenku!" ujarnya sambil menangkupkan kedua tangannya
"Jawab yang bener dong, aku cemas tau!"
"Ini maaghku kambuh, tapi parah banget jadinya masuk rumah sakit!"
"Ternyata kamu punya penyakit maagh? Kenapa jadi kambuh? Gak makan teratur?" tanyaku berlebihan.
"Iya gitu, gara-gara kamu menghindar terus. Aku kepikiran, jadinya lupa atau nunda makan," terangnya.
"Astaga! Maafin aku ya, aku beneran gak maksud buat bikin kamu sakit. Jujur, aku cuma kalut, bingung, dan merasa bodoh kalau nanti ketemu kamu," ucapku.
Ferdian tersenyum lembut.
"Gak apa-apa kok! Aku jadi merasa beruntung, sepertinya aku benar-benar jatuh cinta sama kamu," katanya lembut.
DEG.DEG.DEG
Kembang api itu meledak lagi sore ini di hatiku.
"Tapi nanti jangan bingung lagi ya? Karena nanti aku bakalan minta terus," ucapnya, aku tak mengerti maksudnya.
"Minta apa?" tanyaku polos.
"Minta sesuatu yang lebih dari kemarin kamu lakukan buat aku,"
DEG.DEG.DEG
Darah berdesir di sekujur tubuhku.
"Ngomong apa sih?! Nikah dulu, woy!" kataku sambil mencubit lengannya, refleks.
"Iya, iya pastinya dong, please jangan cubit aku!" pintanya.
"Udah ah, kamu jangan gombal lagi sakit gini! Biar aku yang gombalin kamu aja, supaya kamu cepet sehat lagi. Masa calon pengantin sakit begini?!" ujarku menutup debaran yang ada di hatiku.
"Mau gombalin apa buat aku?" tanyanya terlihat berharap.
"Tau ah!" ucapku membuang muka, membuatnya tertawa-tawa.
"Ini aku bawain buah-buahan biar kamu cepat sehat. Tapi aku gak tau buah mana yang boleh kamu makan," kataku sambil menunjukan isi kantong yang kubawa.
"Makasih, My Princess! Nanti aku tanya dokter dulu ya,"
Aku tersenyum mengangguk.
"Please, cepat sembuh! I need you by myside (Aku butuh kamu disampingku)!" kataku.
"I will! Tapi jangan menghindar lagi ya?" pintanya.
"Of course! I promise (Tentu saja, aku janji)!"
"Kata dokter, aku bisa pulang 2 hari lagi, dengan catatan kondisiku harus stabil mulai hari ini. Beruntungnya, aku dapat obat mujarab sore ini," katanya sedikit menggombal lagi, tapi tidak apalah.
"Good! Kayanya makin jago gombal, kamu bakal makin sehat,"
Dia tertawa lagi. Aku senang ada kecerian di wajahnya yang pucat itu.
"Ridho kapan datangnya?" tanyaku sambil melihat jam yang sudah menunjukan pukul 17.15 WIB.
"Biasanya bentar lagi, soalnya hari ini dia gak ada kegiatan!" terangnya.
"Oh gitu!"
Tiba-tiba suara ketukan di pintu. Ferdian menyuruhnya masuk.
"Wah panjang umur, orangnya datang!" ucap Ferdian, melihat kedatangan Ridho, sahabatnya.
"Kenapa?" tanya Ridho, wajahnya polos.
"Enggak kok," kata Ferdian.
"Eh ada Miss Ajeng! Good Evening (Selamat sore), Miss! Maaf mengganggu ya?" sapanya dengan logat khas Sunda.
"Gak apa-apa kok, kebetulan saya mau pulang!" ujarku.
"Yah kok pulang sekarang, sih?" ucap Ferdian sok manja.
"Jam besuk udah habis ya, bentar lagi!" jelasku.
Ferdian membuat-buat wajahnya terlihat cemberut seperti anak kecil, membuatku yang melihatnya merasa jengkel ingin menggetok kepalanya.
"Ridho, saya titip Ferdian sama kamu ya?! Make sure he will be getting well in tomorrow! So he will come home soon (Pastikan dia cepat sembuh besok, jadi dia akan bisa cepat pulang)," kataku kepada Ridho.
"Yes, Miss!" ucap Ridho lantang.
Ferdian tertawa saja.
"Okay, aku pulang sekarang ya, Ferdian?!"
Wajahnya cemberut dibuat-buat. Lalu jarinya menunjuk-tunjuk pipinya. Dasar lelaki, sekalinya dikasih malah menagih.
Aku cubit saja pipinya itu, persis seperti aku melakukannya sewaktu ia kecil dulu.
"Aww, sakit, Miss!" teriaknya.
"Don't be angry, bye (Jangan marah, daaah)!" pamitku sambil melambaikan tangan kepada dua mahasiswaku itu.
Sepanjang perjalanan pulang, entah kenapa bibirku ini terus melebar tersenyum. Hatiku juga selalu berdebar. Kepalaku dipenuhi oleh sosok Ferdian, berharap ia segera sehat kembali. Aku merasa bersalah kemarin-kemarin sehingga membuatnya sakit, tetapi aku juga merasa senang telah membuatnya ceria sore ini.
I hope all will get well, just as usual (Aku berharap semuanya akan baik-baik saja, seperti biasanya).
=====
Jangan lupa klik like dan vote ya
Kirim masukannya juga
Makasih sudah membaca ^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Rogaya Farid
unyuuu bangeet. jd trkenang masa muda...
2022-11-22
1
Rogaya Farid
unyuu.. bangeet novelnya. serasa muda lagi.. malu2 meoong
2022-11-22
0
Nacita
d bikin meleleh terua dehhh😍
2022-02-24
0