Rudi melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, dia melirik kekaca mobil melihat nona dan tuannya seperti sedang habis bertengkar, Rudipun mencoba memecahkan kesunyian.
"Maaf Nona, apa Anda baik-baik saja?" tanya Rudi berbasa basi.
"Lo ngapain nanya segala, emang apa urusan Lo?" tanya Kevin ketus karena dia tidak suka jika Rudi mengajak pujaan hatinya berbicara.
"Saya sebenarnya merasa aneh dengan Tuan berdua, kok bisa ya dengan rentang waktu beberapa menit semua panggilan bisa berubah, dari halus jadi kasar dan dari baik jadi buruk," ujar Fira sambil melihat ke arah luar kaca mobil.
"Maksudnya apa non? Saya enggak mengerti." ucap Rudi mengerucutkan mulutnya kedepan.
"Tuan berduakan bersahabat, kenapa kadang seperti musuh, omongannya juga kadang nggak enak didengar, kayak kata kampret, emangnya Tuan tau tidak arti kampret itu apa?" tanya Fira.
"Emang apa arti kampret Non?" tanya Rudi penasaran.
"Yakin Tuan mau tau artinya? tetapi habis itu pikir-pikir sebelum mengucapkan ulang ya! " Ucap Fira dengan memberi syarat.
"Kamu itu siapa? Bisa-bisanya memberi syarat." Kevin akhirnya ikutan nimbrung juga.
"Eh ia, saya kan Syafira, masa Tuan lupa nama saya, jangan-jangan daya ingat Tuan sangat payah." Ujar Fira dengan senyuman mengejek.
"Baiklah, kami hanya bisa berusaha tetapi kami tidak bisa janji dapat merealisasikannya," jawab Kevin tegas.
"Kalau gitu akan saya jawab, kampret itu artinya binatang malam yang suka bergelantungan di pohon yang sedang musim berbuah, biasanya lebih sering di identikkan dengan dunia hitam oleh paranormal dan dukun, namanya selalu dikaitkan dengan kuku runcing dan horor, itulah kelelawar tuan," jelas Fira.
"Haduuh ... Saya kirain Nona mau bilang apa, ternyata kampret itu binatang kelelawar yaitu binatang yang sangat menjijikkan, tetapi kenapa orang sering mengucapkannya." Logika dari seorang Rudi sedang melanglang buana untuk bicara bak seorang sastra yang kehabisan kosa kata.
"Terus salahnya kampret dimata Kamu apa?" tanya Kevin.
"Sebenarnya si kampret tidak pernah salah Tuan, tetapi yang salah adalah orang yang menjual namanya dengan tidak hormat," ucap gadis itu.
"I-ya, tetapi kenapa kampret jadi kata yang dipermasalahkan?" tanya Kevin masih belum puas dengan jawaban yang diberikan barusan.
"Salahnya karena ada sebuah hadist yang melarang kita mengucapkan hal buruk kepada orang lain, Tuan tau tidak bunyinya seperti ini : Rasulullah salallahu'alaihi wasallam pernah bersabda 'Mencela seorang muslim itu adalah kefasikan (dosa besar), dan memerangi mereka adalah kekafiran HR. Bukhari no 48 dan HR. Muslim no 64. Dan ada yang lebih jelas lagi: Rasulullah salallahu'alaihi wasallam juga bersabda 'Apabila ada 2 orang yang saling mencaci maki, maka cacian yang diucapkan oleh keduanya itu, dosanya akan ditanggung oleh orang yang memulainya selama orang yang dizolimi tidak melampaui batas. HR. Muslim no 2587 dan HR. Abu daud no 4894" keterangan yang diberikan Fira membuat kedua laki-laki tersebut menjadi diam tak bicara lagi sampai handphone gadis itu berbunyi.
Tring
Tring
Tring
Fira mengambil hape bututnya namun dia ragu untuk mrngangkatnya.
"Angkat saja telfonnya, tapi kamu harus menggunakan speaker!" perintah tuan yang berada tepat di samping kanan gadis itu.
"Assalamu'alaikum Kak Santi, ado apo manalepon Ambo?" (ada apa menelfon ku?). Tanya Fira kepada Santi dan mereka menggunakan bahasa kampungnya yaitu bahasa Minang Kabau.
"Wa'alaikumussalam warohmatullah, Kakak tadi lah pai ka universitas favorit yang manemo Fira jadi mahasiswa undangan tu, kecek urang adm nyo, saluruh biaya kuliah alah ditangguang samo pihak kampus,"
(Kakak tadi sudah pergi ke universitas favorit yang menerima Fira jadi mahasiswa undangan itu, kata orang adm nya semua biaya kuliah ditanggung oleh pihak kampus).
Kevin yang mendengar bahasa yang digunakan oleh gadis itu hanya bisa diam karena dia tidak mengerti sama sekali, berbeda dengan Rudi yang sudah mengerti bahasa minang, jadi dia langsung mengerti apa yang dibicarakan oleh santi dan Fira.
"Alhamdulillah Kak, akhirnyo ambo bisa kuliah juo, tapi baa caronyo Kak, Ambo kini sadang karajo samo tuan Kevin, tambah ciek lai kalau Ambo ndak karajo tu ndak bisa diisi bagian tangah do."
(Alhamdulillah Kak, akhirnya aku bisa kuliah juga, tetapi gimana caranya Kak, Saya sekarang sedang kerja dengan tuan Kevin, tambah satu lagi kalau Saya ndak kerja terus nggak bisa diisi bagian tengah dong).
"Kalau kakak raso, labiah elok Fira baranti sajo karajo samo tuan Kevin tu. Lagian inyo urange ampun-ampun sombomgnyo, caliak lah gayanyo tiok ari, mode inyo se yang paliang kayo di duya ko,"
(kalau Kakak rasa, lebih baik kamu berhenti kerja saja dengan tuan Kevin, lagian orangnya ampun-ampun sombongnya, lihat saja gayanya tiap hari, seperti hanya dia saja orang yang paling kaya di dunia ini).
Rudi mendengar percakapan mereka di telfon langsung tertawa, dia membayangkan seandainya tuan Kevin bisa tau arti dari percakapan mereka mungkin entahlah...
"Buahahaha, kasih jempol untuk Santi ya Fir, dia sungguh hebat memuji seseorang hahaha." Rudi kembali menyambung tawanya karena orang yang dibicarakan sama sekali tidak mengerti bahwa namanya lagi diperjual belikan secara obral didepan matanya sendiri.
"Oh iyo kak, ambo ka pai makan, alah dulu yo. Beko kito sambuang caritonyo baliak, assalamu'alaikum." (oh ya Kak, Saya mau pergi makan, nanti kita sambung ceritanya lagi, assalamu'alaykum).
Syafira Alkatiri pun menutup sambungan telfonnya dan memandang tuan Kevin sekilas namun dia melihat ada kesan tidak suka terpancar dari wajah tuannya itu.
"Maaf, Tuan, kami tadi menggunakan bahasa kampung kami sendiri. Kak Santi tadi mengatakan jika dia telah menemui pihak kampus dan saya harus tetap melanjutkan kuliah sebab saya kuliah nggak pakai bayaran duit, tetapi saya harus membayarnya dengan prestasi saya. Sementara saya bingung, soalnya sekarang saya sedang bekerja dengan anda." Ucapan gadis itu terhenti seiring dengan sampainya mobil ke area Kafe Mentari.
Rudi segera membukakan pintu untuk tuannya, sedangkan Fira berinisiatif membuka pintu sendiri dan langsung turun dari mobil tersebut mengikuti Kevin dari belakang.
Mereka masuk bersama dan memilih tempat duduk lesehan yang mengarah ke pantai Angsa. Syafira memandang laut sangat takjub, dia berucap syukur karena masih bisa menikmati keindahan bumi Allah azza wa jalla.
"Maa syaa Allah ... Engkau memang Maha Indah ya Allah, lautan ciptaan Mu begitu luas sampai tak habis mataku mencari tepi, gelombang yang Engkau ciptakan di lautan bagaikan hidupku sekarang yang sedang berjuang untuk masa depan. Perjuangan yang Aku sendiri tidak tau entah kapan kesudahannya, aku memohon kepadaMu, tunjukkan lah selalu kebenaran kepadaku." Ucap gadis itu sambil menyeka sedikit sungai yang mengalir di ujung matanya.
Kevin yang sedari tadi duduk disamping gadis itu, merasakan aura kesedihan yang tak pernah dia rasakan ketika berdekatan dengan seorang gadis, dia seolah terbawa dengan apa yang diucapkan sang gadis pujaan hati.
Rudi sudah berada diantara mereka, dia telah memesan makanan yang hendak mereka santap siang itu, namun sekretaris itu merasa bingung, melihat mata tuannya sedang berkaca-kaca.
Sejak kapan tuan Kevin bisa bersedih, apalagi sampai berkaca-kaca seperti ini, apa yang sebenarnya terjadi.. Padahal Sayakan cuma sebentar untuk pesan makanan, sepertinya mereka habis bertengkar.
Sang sekretaris mengambil kesimpulannya dengan fakta yang menggunakan logika sendiri, tanpa mau bertanya kepada tuannya.
Apalagi setelah melihat ada bulir bening yang tersisa di pipi sang gadis yang sudah merusak logika tuannya yang sedang jatuh cinta.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Jangan lupa like, rate 5, komen dan vote ya. Terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 386 Episodes
Comments
Berdo'a saja
Untung tidak tau artinya kalau tidak bisa dipecat sisanti😀😂😀
2024-01-22
0
Sarini Sadjam
izin donk kevin fira kuliah sambil kerja dgn syarat tau jadwal kuliah nya
2022-08-18
0
Eman Sulaeman
untung tuan bos g ngerti bahasa minang
2022-03-14
0