"Bang, gue.." Claretta tak dapat melanjutkan ucapannya. Lidahnya seakan kelu, tenggorokannya tercekat. Bingung, ia harus bagaimana sekarang?
Rasya tersenyum hangat pada Claretta. Ia mengusap pipi Claretta dengan sebelah tangannya. Melihat Claretta yang kebingungan, Rasya sepertinya sudah bisa menebak bagaimana perasaan gadis itu padanya. Tapi sepahit apapun jawaban Claretta, Rasya tetap ingin mendengarnya. Claretta memejamkan matanya saat usapan lembut itu datang dari pemuda tampan yang baik hati itu. Rasa bersalah semakin mendominasi hatinya. Andai Elang tidak hadir di hidupnya, mungkin Claretta tidak segalau ini.
"Katakan saja, gue nggak akan kecewa apapun jawaban lo." kali ini tangan Rasya mengusap puncak kepala Claretta.
"Gue.. minta maaf, Bang. Gue nggak bisa menerima cinta lo. Elo terlalu baik buat gue, elo bahkan bisa mendapatkan gadis yang lebih baik dari gue." Claretta menunduk dalam menghindari tatapan Rasya yang kini berubah sendu.
"Jujur sebenarnya gue kecewa mendengar jawaban elo, Re. Karena gue nggak bisa melihat gadis baik atau cantik lain selain elo. Hanya elo gadis yang sempurna menurut hati gue. Tapi gue juga nggak bisa maksain perasaan gue buat lo." bibir Rasya perlahan tersenyum, seolah ia baik-baik saja.
Claretta meringis melihat senyum Rasya. Ia tahu pasti hati pemuda itu sangat terluka karena jawabannya barusan. Sebenarnya Claretta tidak ingin menyakitinya, namun ia terpaksa harus mengorbankan salah satu diantara kedua pemuda itu.
"Re," Claretta mendongak saat Rasya memanggilnya lagi, "gue boleh tahu nggak, sebenarnya perasaan lo terhadap gue itu kayak gimana?"
Claretta tersenyum tipis, ia memalingkan wajahnya ke samping. "Gue nganggap elo hanya sebagai Abang sekaligus Bos gue nggak lebih." jawab jujur Claretta.
Memang selama ini ia hanya menganggap Rasya dan Adrian adalah kakaknya. Karena kedua pemuda itu sudah terlalu baik padanya selama ini, jadi akan terasa ngelunjak aja jika ia memiliki perasaan lebih terhadap mereka berdua.
Rasya mengangguk dengan bibir membentuk sebuah garis lurus. Ia menjatuhkan buket bunga itu di meja. Pemuda itu duduk di sofa dengan kaki menyilang, hatinya terasa sakit itu pasti. Tapi apalah daya, perasaan bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan dan Rasya menyadari itu.
"Bang," Claretta mengikuti Rasya duduk tak jauh darinya, "sekali lagi gue minta maaf."
"Its oke i'm fine, dont worry." ucap Rasya, ia tak mau terlihat jika ia tengah terluka di hadapan Claretta.
"Sebenarnya gue mau ngomong ini dari tadi pagi, Bang. Cuma gue nggak enak sama lo." Claretta menatap sendu paras tampan pemuda itu. Kening Rasya berkerut mendengar ucapan Claretta, ia menegakkan duduknya menatap gadis itu dengan intens.
"Mau ngomong apa?" tanya Rasya.
"Gue mau resign." wajah Rasya tercengang. Ia beralih tempat duduk lebih dekat dengan Claretta.
"Kenapa, Re. Oh gue tahu, karena tadi gue nyatain cinta ke elo ya? Elo nggak usah pikirin itu, anggap saja itu tidak pernah terjadi. Gue nggak bakal ngizinin elo keluar cuma gara-gara kejadian tadi." Rasya menggenggam kedua tangan Claretta dengan erat.
Claretta terkekeh pelan melihat Rasya kalang kabut karena perkataannya barusan.
"Bang, alasan gue keluar bukan karena pernyataan cinta lo. Gue punya alasan lain, tapi jujur buat saat ini gue masih belum bisa cerita yang sebenarnya sama lo."
Rasya menghembuskan napas lega mendengar jawaban Claretta, dia pikir gara-gara itu Claretta ingin keluar dan menjauhinya.
"Terus kenapa, beneran gue nggak boleh tahu alasannya?" tanya Rasya dengan nada penuh selidik.
"Iya, Bang. Tapi jika suatu hari gue siap cerita gue pasti cerita kok."
"Ya udah oke. Gue ngijinin elo keluar tapi serius nih, Re. Elo beneran mau ninggalin gue?" Rasanya tidak rela jika ia tidak bisa melihat wajah cantik gadis itu lagi. Walau cinta tidak terbalas, setidaknya ia bisa melihatnya setiap hari.
Claretta mengangguk, berat memang jika harus meninggalkan pekerjaan yang sudah seperti rumah buatnya itu. Sekian lama ia berkerja di sana, ia mendapat banyak teman dan bos yang baik. Membuatnya merasa nyaman dan betah bekerja di sana.
"Elo boleh balik ke sini kapanpun elo mau, Re. Pintu kafe ini akan terus terbuka buat lo dan inget eli jangan sombong, sering-sering main ke sini."
Claretta tersenyum seraya mengangguk dalam diamnya. Ia pun tak tahu apakah masih bisa ia main atau datang ke kafe itu setelah menjadi istri Elang nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Nuniek Nurhandayani
suka
2021-08-29
0
Lastri Gete
baik bgt sih
2021-05-27
0
🤬😠🤪
lanjut thor
2021-02-19
0