Retta terbangun saat mendengar suara pintu di ketuk dengan keras dari luar. Ia melipat karpet bekasnya tidur dan menaruhnya kembali di pojokan. Sesaat matanya menatap wajah pemuda itu, sejak semalam tidurnya tak berubah. Mungkin ia belum sadarkan diri. Retta tak mau ambil pusing, sepertinya nanti siang dia akan membawa pemuda itu ke rumah sakit.
Suara ketukan itu kembali terdengar, memaksa dirinya untuk membuka pintu. Saat pintu terbuka, di sana sudah berdiri seorang wanita yang dia lihat semalam. Penampilannya sangat hot pagi ini, ia hanya menggunakan bralette dan hotpants yang sangat minim sekali. Di tangannya terdapat handuk serta peralatan mandi. Retta menatap jengah pada wanita itu, ia menaikkan sebelah alisnya.
"Ngapain lo?" tanya Retta dengan sebal.
"Keran air gue rusak, gue numpang mandi di kamar elo ya?" sahut wanita bernama Lena, dia begitu saja menerobos masuk tanpa menunggu jawaban dari Retta lebih dulu.
Retta berdecak, ia terpaksa masuk mengikuti Lena. Tapi saat ia berbalik, Retta menatap heran pada punggung Lena yang tak jadi melangkah.
"Dia siapa? Tamu lo ya?" tunjuk Lena pada tubuh pemuda di tempat tidur Retta.
"Kepo lo, udah sana mandi buruan. Gue juga mau mandi." Retta mendorong punggung Lena pelan. Ia segera duduk di samping pemuda itu dan membenarkan selimut yang menutupi tubuh setengah polos itu.
"Mulai nakal lo ya? Kenapa nggak bilang gue, kan gue bisa bantu cariin tamu yang dompetnya tebal buat lo." seru Lena sebelum benar-benar masuk ke kamar mandi.
Retta tak menyahuti ucapan wanita itu. Kini tatapannya hanya fokus pada wajah yang kedua matanya masih terlelap.
"Elo kapan bangunnya sih? Gue harus kerja tahu."
Suara deringan ponsel di atas meja kayu kecil, mengalihkan perhatiannya. Retta mencabut ponsel itu dari kabel charger. Tatapannya tertuju pada nama si penelepon.
"Kenapa, Bang?" tanya Retta saat telepon tersambung.
"Elo kerja kan hari ini?" tanya Rasya dari sebrang sana.
Retta menarik napas pelan, ia melihat lagi pada pemuda di sampingnya. Sepertinya ia tidak mungkin meninggalkannya dalam keadaan seperti itu.
"Gue ijin ya hari ini. Ada urusan soalnya."
"Urusan apa? Mau gue bantuin?"
"Nggak usah deh, pokonya gue ijin aja ya."
"Oke deh, kalau udah kelar urusan lo. Segera hubungi gue!"
"Oke, makasih Bang."
Setelah telepon di tutup Retta kembali menatap tubuh itu dengan sayu. Ada rasa kasihan pada pemuda itu, tapi kalau ia membawa ke rumah sakit pun ia tidak punya uang.
"Re, thank you ya! Gue balik dulu. Inget elo kalau main yang aman jangan sampai isi nih." ucap Lena tiba-tiba, ia menunjuk perutnya sendiri memperagakan ucapannya barusan.
Kening Retta berkerut. Gila aja, emang dia sama cowok itu mau ngapain? Memang Lena pikir dia sama dengan dirinya.
Daripada memikirkan ucapan nggak penting Lena. Retta segera bangkit untuk mandi sebelum membeli bubur ayam untuknya dan pemuda itu siapa tahu saja nanti dia bangun dan kelaparan.
"Claretta!"
Baru saja kakinya melangkah hendak masuk ke dalam kamarnya. Ia sudah mendengar suara cempreng si ibu kost.
"Kapan bayar kos, kamu sudah nunggak dua bulan?" tanya ibu kost dengan berkacak pinggang di tubuhnya yang tak jelas bentuknya.
"Nanti ya, Bu. Aku belum gajian soalnya." jawab Retta dengan senyum terbaiknya.
"Dari bulan kemarin jawabannya selalu saja begitu."
"Kali ini janji deh, Bu!" Retta segera membuka pintu dan masuk.
Ia membiarkan perempuan bertubuh gemuk itu terus mengomel di luar. Sudah biasa memang jika sudah masuk tanggal pembayaran kost. Apalagi jika salah satu penghuni kost ada yang telat bayar seperti dirinya.
"Baru saja nunggak dua bulan aja ngomelnya nggak kelar sampe tahun depan." gumam Retta, ia meletakan kantong plastik putih di meja dekat kompor. Tangannya kini sibuk, hendak membuka sweaternya.
"Jangan bikin adegan porno di depan gue!"
Mata Retta membulat, ia segera membalik badannya dengan cepat, saat mendengar suara serak dari belakangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Sudirman Sudirman
yeee ..... akhirnya sadar juga ....
2021-07-04
0