Claretta sedang duduk menunggu nasi goreng pesanannya. Ketika pulang dari klub tadi, ia merasa cacing dalam perutnya meronta minta diisi. Seperti biasa sebelum sampai ke kos-kosan-nya, di depan gerbang ia selalu membeli nasi goreng langganannya.
"Nembe mulih, nduk?" tanya si mang penjual nasi goreng.
"Iya, Pak. Seperti biasalah." jawab Retta dengan santai ia memainkan ponselnya.
"Ora kesel kerja kaya ngene, mulih saben dina?"
(Tidak lelah kerja begini, pulang dini hari terus?) tanya si mang lagi, dengan logat jawanya.
"Ya.. Mau gimana lagi, Pak. Aku ini kan hanya lulusan SMA mau kerja kantoran lebih nggak mungkin. Ini juga halal kok, daripada kayak gitu?" jawab Retta seraya menunjuk wanita berpakaian seksi yang baru saja keluar dari mobil mewah.
Wanita itu memang bekerja satu tempat dengan Retta. Namun jika ia menjadi DJ, lain lagi dengan wanita itu yang tiap malam pulang diantar laki-laki yang berbeda-beda.
Pak Tarjo tersenyum dalam diamnya. Dia sudah lama mengenal Claretta. Walau gadis itu hidup dalam kekurangan tapi ia tak pernah melakukan cara kotor untuk mendapatkan uang.
Setelah mendapatkan nasi gorengnya. Claretta segera pergi menuju kos-an yang tak jauh dari sana. Pak Tarjo pun melanjutkan keliling, menghabiskan sisa nasi goreng jualannya.
Baru saja kakinya melangkah memasuki area kos-kosan-nya. Ia dikejutkan oleh suara benda terjatuh diiringi suara rintihan seseorang. Claretta berbalik, melihat pada kegelapan malam namun tidak ada apa-apa. Ia melihat jam di pergelangan tangannya. Jam 1.30, masa hantu usil lewat?
Claretta mengangkat kedua bahunya, ia kembali pada tujuannya. Namun lagi-lagi ia mendengar suara seseorang. Tapi kali ini seperti suara minta tolong dan Claretta rasa itu bukan suara hantu atau jin buang anak.
Untuk mengusir rasa penasarannya, Claretta berlari ke pinggir jalan. Melihat ke kanan dan ke kiri dan betapa terkejutnya ia saat melihat seseorang terkapar di bahu jalan.
Tanpa pikir panjang lagi ia berlari menghampiri orang tersebut. Claretta berlutut di depan orang tersebut, ia mendekatkan telinganya pada dada pemuda yang hampir tak sadarkan diri itu.
"Masih hidup?" gumamnya.
Claretta berdiri melihat sekeliling, tidak ada kendaraan umum lewat. Wajarlah ini sudah lewat tengah malam, tadinya ia ingin membawa orang itu ke rumah sakit. Dengan berat hati ia memutuskan untuk menolong pemuda itu dan membawanya ke kosan-nya. Memang Retta sengaja ngekos yang umum, dia tak mau mengeluarkan uang lebih jika harus ngekos di tempat khusus wanita.
Kamar berukuran lima kali tiga meter itu menjadi tempat tinggalnya selama lebih dari dua tahun ini. Ada kamar mandi di dalam, walau ukurannya sangat kecil sekali. Kamar, dapur, dan ruang tamu menjadi satu dan satu kasur kecil yang hanya cukup untuk satu orang. Tidak ada kulkas tidak ada mesin cuci atau peralatan mewah lainnya. Hanya ada kompor serta dispenser serta beberapa perabot dapur lainnya.
"Elo kenapa sih? Berat banget lagi."
Claretta berdecak kesal setelah bersusah payah membopong tubuh laki-laki yang lebih besar darinya itu. Laki-laki itu kini telah berbaring di kasurnya.
"Babak belur banget, seperti habis digebukin orang ini mah."
Walaupun menggerutu, Claretta bangkit mengambil baskom serta handuk kecil. Perlahan ia membersihkan luka lebam serta darah yang mulai mengering. Claretta juga membuka jaket serta kaos yang digunakan pemuda itu dengan susah payah.
Tubuhnya begitu atletis, wajahnya sangat tampan walau terdapat banyak luka. Claretta memiringkan wajahnya menatap lekat wajah laki-laki itu. Seperti pernah melihat wajah itu. Claretta mencoba mengingatnya. Untuk sesaat Claretta sempat terpesona dengan wajahnya. Namun dengan cepat ia menghilangkan perasaan aneh itu.
Claretta menggeledah jaket serta saku celana laki-laki itu, siapa tahu ia menemukan dompet atau identitas orang itu, namun hasilnya nihil.
"Wah, elo bakal ngerepotin gue nih. Identitas aja elo kagak ada." ucap Retta.
Ia bangkit membuang air di baskom dan mencuci handuk kecil yang tadi ia gunakan membersihkan luka-luka pemuda itu. Perutnya kembali berbunyi, ia memutuskan untuk makan sebelum tidur. Ia akan menggelar karpet tipis yang mulai usang di lantai untuk tidurnya nanti.
"Pemuda yang misterius!" gumam Retta seraya terus mengunyah nasi gorengnya, tapi tatapannya tetap tertuju pada pemuda yang masih terlelap dalam tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Lastri Gete
itu elang bukan,? jangan ² dirampok ya tp kan tadi pulangnya bareng Rasya masa iya berantem???
2021-05-27
2
Ririe Handay
gantian Retta yg nolong elang ya🤭
2021-03-07
0