"Gue ke apotek dulu deh. Luka elo harus diobatin." Retta bergerak bangkit dari tempat duduknya. "Elo nggak mau ngehubungin keluarga lo, barangkali mereka cemas nyariin lo?"
Elang menggeleng. Ia tak berniat menghubungi siapapun. Maminya pun mungkin tidak akan mencarinya, karena wanita itu pasti sedang sibuk dengan segala arisan dengan teman sosialitanya.
Melihat jawaban Elang, Claretta hanya mengangkat kedua bahunya. Terserahlah ia tak mau ikut campur urusan pribadi pemuda itu. Claretta hanya berfikir mungkin keluarga Elang tengah cemas karena anaknya tak kunjung pulang. Apalagi setelah mendengar cerita Elang tadi kalau ternyata dirinya adalah korban begal jalanan.
"Claree, baju gue ke mana? Elo modusin gue ya, pas gue nggak sadar?"
Claretta memajukan bibirnya beberapa centi ke depan saat Elang menuduhnya yang bukan-bukan.
"Tuh gue cuci, lagi di jemur di depan. Emang elo pikir gue cewek apaan dih." gadis itu bergidik ngeri sendiri, saat tiba-tiba ia membayangkan hal yang iya-iya.
"Ck. Masa gue telanjang gini terus sih, entar tetangga lo lihat disangka kita ngapa-ngapain lagi?" sahut Elang lagi, ia merasa badannya kedinginan padahal ruangan itu sempit bahkan tanpa AC. Tapi entah kenapa ia merasa badannya menggigil, mungkin efek badannya kurang fit.
Giliran Claretta berdecak, ia berjalan menuju lemari plastik yang terdapat di samping meja. Claretta berdiri dengan bertolak pinggang, mencari pakaian yang cocok untuk ia pinjamkan pada pemuda itu.
Senyumnya merekah saat ia mendapat satu setel baju dengan ukuran over size. Beruntung ia pernah membeli baju itu walau dia sendiri belun pernah menggunakannya.
"Nih, pakai aja baju gue dulu. Bisa kan ganti sendiri?"
Elang menerima pakaian itu. Ia segera bangkit walau dengan bantuan Claretta. Elang berjalan menuju kamar mandi.
"Claree, masa gue pakai kaos warna pink?" Elang menunjuk kaos pink yang kini telah melekat di tubuhnya dengan bawahan celana training hitam. Bibirnya cemberut.
Claretta berbalik, matanya melebar saat melihat penampilan Elang. Pemuda itu terlihat imut dengan kaos pinknya. Namun Claretta berusaha tak tertawa melihat penampilan menggemaskan Elang.
"Perfect." Claretta mengangkat kedua jempolnya.
"Perfect dari hongkong. Harga diri gue di mana dan apa kata dunia seorang Elang pakai baju pink." gerutu Elang, seraya kembali duduk di kasur.
"Ya elo nggak usah keluar dari kamar, simpel kan? Baik-baik ya di rumah, anak manis." Claretta mengambil tas slempang kecilnya, ia segera keluar sebelum Elang meneriakinya.
"Claree.." baru saja ia menutup pintu, dari dalam terdengar Elang hendak berteriak namun tertahan mungkin karena rasa sakit di tubuhnya.
~
Claretta melihat beberapa jenis obat pereda nyeri serta perban dan betadine untuk mengobati luka-luka Elang. Ia menghela nafas pelan, sepertinya bulan ini ia akan sedikit mengurangi jatah makannya karena uangnya terpakai untuk membeli obat serta makan untuk Elang juga. Tapi ia ikhlas, karena dalam membantu ia tak mau setengah-setengah.
"Claretta!!"
Baru saja kakinya menyentuh trotoar, sebuah teriakan terdengar nyaring di belakangnya. Claretta segera membayar angkotnya. Matanya membulat saat ke tiga lelaki berbadan besar itu mendatanginya.
"Mam*pus gue. Itu kan anak buahnya bang Jordan. Aduh mana gue belum pegang uang buat bulan ini lagi. Mikir Retta mikir. Hah gue tahu." Claretta berbalik menatap ketiga lelaki itu ia tersenyum lebar dan kemudian ia berlari meninggalkan tempat itu.
"Woi jangan lari lo? Bayar utang lo?"
Claretta tak perduli lagi pada keadaannya, saat ini ia harus lari. Menghindari para penagih hutang yang tak pernah ada habisnya menyatroni keberadaanya.
Hujan turun membasahi bumi saat Claretta tengah berlari menghindari kejaran para preman yang sengaja di sewa untuk menagih hutangnya. Bajunya basah kuyup begitu ia sampai di teras kosannya.
"Anjjir basah. Mamp*us gue!" Claretta membuka sepatunya dengan cepat ia menutup pintu dengan rapat. Membuat Elang yang baru saja akan tidur kembali terbangun.
"Kenapa lo?" tanya Elang dengan kening berkerut.
"Sssttt diam deh, nggak usah banyak tanya?" Claretta mengintip di balik tirai putih jendela kamarnya.
"Claretta!! Keluar lo!"
Claretta terpernjat saat teriakan itu kini terdengar di depan pintu kamarnya.
"Gila-gila. Papa Claretta mau ikut papa aja." Claretta bersandar pada pintu yang terus di ketuk dengen keras dari luar. Tanpa terasa air matanya menetes begitu saja. Kedua tangannya saling meremas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Chupiet Feterly Oktaria
Jgn lama2 up nya thor,,, keren thor
2021-02-14
0
Moly
Lanjut
2021-02-14
0