“Kalau kalian tidak sedang bersandiwara, harusnya langsung nikah bukan masalah, kan?”
Episode 13 : Pertemuan Dengan Raden
Fina pasrah. Wanita itu ikhlas menerima takdirnya yang selalu mendapatkan dampak buruk, di setiap Fina menolong orang lain.
Bahkan, gosip buruk mengenai Fina hanya karena hubungannya dengan Bian, juga hubungan Fina dengan Ipul, belum sempat mereda bahkan mungkin akan semakin memanas setelah agenda empat ibu-ibu yang memergoki kebersamaan Fina dengan Rafael. Dan tidak menutup kemungkinan, Fina akan kembali mendapatkan masalah hanya karena ia memilih membantu Rafael. Akan tetapi, Fina tekankan sekali lagi, keputusannya menolong Rafael tak semata balas budi sekaligus rasa kemanusiaannya. Sebab, Fina juga akan sangat sedih, jika orang-orang yang ia sayangi, justru tidak ada yang peduli ketika mereka membutuhkan bantuan.
Raden menatap tak percaya wajah Fina. Cukup lama, hingga akhirnya tatapannya teralih pada tangan gadis itu yang digandeng Rafael. Namun sebelum Raden sempat sampai melihat gandengan kedua sejoli di hadapannya, Fina yang menyadari Raden akan memastikan gandengannya dan Rafael, langsung bergerak cepat. Fina balas menggenggam tangan Rafael yang memang awalnya mengendalikan gandengan mereka.
Ulah Fina sukses membuat Rafael yang refleks melirik dan bahkan menoleh kepada wanita itu, merasa sangat lega. “Sepertinya, Fina memang wanita berhati baik. Kalau tidak, mana mungkin dia bisa memanfaatkan kesempatan beasiswa dariku, kan?” pikir Rafael. Namun tiba-tiba saja, ia teringat hardikan keempat ibu-ibu yang tiba-tiba datang, kepada Fina. “Namun ... Fina yang mengaku menikah, kenapa dikata mereka sudah dicerai bahkan si Ipul juga disangkut-pautkan dalam kasus Fina? Tapi, tunggu! Bukan waktunya memikirkan nasib orang lain, sedangkan nasibku saja masih sangat rawan!” batin Rafael yang sengaja menunduk sambil menoleh ke samping Fina, padahal ia sengaja mendekatkan bibirnya ke sebelah telinga Fina, kemudian berbisik, “kali ini saja, Fin, tolong yakinkan Kakek. Setelahnya, biar aku yang urus. Karena kalau tidak, aku akan dijodohkan dan bahkan dinikahkan paksa dengan orang yang tidak kukenal dalam waktu dekat!”
Mendengar permintaan Rafael, Fina langsung terenyuh. Ia benar-benar trauma dengan perjodohan apalagi mengenai dinikahkan paksa. Sungguh, Fina yang kadung trauma sampai ketakutan dan tak mau orang lain, termasuk Rafael, merasakan apa yang ia rasakan. Imbas dari pernikahan paksa yang bahkan membuatnya sekeluarga mendapat banyak luka.
“Heh, Rafa ... ngapain kamu bisik-bisik?!” semprot Raden.
Sontak, Fina dan Rafael refleks mematung tegang mendengarnya. Meski tak lama setelah itu, Rafael sengaja menyemayamkan wajahnya pada kepala Fina, dan bahkan pria itu sampai mengendus mesra kepala Fina. Fina sendiri menjadi bergidik sekaligus tak percaya dengan apa yang Rafael lakukan.
“Ritual temu kangen, Kek!” balas Rafael dengan entengnya sambil memasang senyum yang membuat wajah berkarismanya menjadi terlihat sangat manis.
Raden tak lantas mempercayai ucapan Rafael yang kadung ia cap sebagai pembohong. Bayangkan saja, dari Rafael berusia dua puluh empat tahun, hingga kini Rafael sudah berusia tiga puluh tiga tahun, ia terus dikibuli oleh cucunya itu perihal masalah jodoh! Akan tetapi, ketika Raden memastikan ekspresi wajah Fina yang menjadi tersipu lengkap dengan wajah wanita berkulit kuning langsat itu yang sampai merona, rasa percaya untuk hubungan Fina dengan cucunya, mulai ada.
“Fa ... aku belum keramas dari empat hari yang lalu, lho!” bisik Fina masih pura-pura bahagia. Di mana, ia juga melakukannya tanpa membuatnya menatap Rafael, lantaran fokusnya sengaja ia tujukan hanya kepada Raden yang begitu gesit menatapnya dan Rafael.
“Gila saja kamu! Hidungku mendadak gangguan begini! Mau bersin takut kakek curiga! Jorok banget, sih!” balas Rafael yang juga melakukannya dengan cara yang sana layaknya Fina, lantaran ia dan Fina sama-sama waspada menghadapi Raden.
“Selamat malam, Kek?" sapa Fina kemudian.
Raden tak lantas menjawab. Ia mengerutkan dahi dan mengangguk sambil menatap saksama Fina.
Rafael tersenyum lepas. “Kakek masih ingat, dia siapa?” ujarnya.
Fina semakin melebarkan senyumnya dan membuatnya terlihat semakin manis.
Raden menelan ludah seiring tatapannya yang menjadi menunduk. “Kalau kalian tidak sedang bersandiwara, harusnya langsung nikah bukan masalah, kan?” ucapnya dengan santainya.
Anggapan Raden sukses membuat kedua sejoli di hadapannya ketar-ketir. Fina dan Rafael refleks memelotot sambil menelan ludah.
Fina melirik Rafael penuh isyarat, di mana pria itu yang kebetulan melakukan hal serupa, segera menuntunnya mendekati Raden.
“Kek, Fina ini sedang sibuk mengurus tes CPNS! Dia harus fokus belajar,” ujar Rafael masih pura-pura bahagia dengan memasang senyum seramah mungkin.
Fina yang menjadi menggeragap, segera mengangguk mengiyakan anggapan Rafael.
“Hanya ijab kabul, sedangkan resepsi nyusul di Jakarta!” balas Raden bersikeras.
Fina dan Rafael menjadi tidak bisa berkata-kata. Keduanya terjebak dalam keresahan tak berujung. Rafael berangsur mengakhiri gandengannya dan dilepaskan juga oleh Fina.
“Ayolah, Kek,” ucap Rafael berusaha meyakinkan. Pria bermata sipit itu benar-benar memohon pada Raden.
Bukannya menjawab dan membalas permintaan Rafael, fokus Raden justru teralih pada Fina. “Meski hidupmu akan menjadi susah kalau menikah dan menjadi istrinya,”
“K-kakek, apa maksudmu?!” tahan Rafael berusaha menghalang-halangi Raden.
Rafael sampai membelakangi Fina, tetapi Raden segera meraih tongkat kayu yang biasanya Raden gunakan sebagai alat bantunya dalam berjalan, di mana pria tua itu menghantamkannya keras pada kaki Rafael yang seketika menjengit menghindar. Dan Fina yang ada di belakang Rafael juga mundur demi menghindari Rafael.
“Serius, jangan begitu, Kek! Sakit!” keluh Rafael yang sudah berjarak jauh sekitar tiga meter dari Raden. Posisi yang terbilang aman karena tidak bisa terjangkau Raden berikut tongkat berbahan rotannya.
Fina yang tidak begitu jauh dari Rafael, berusaha berpikir cepat. Kedua tangannya sibuk memilin ujung pakaian bagian bawah perut, di mana tak lama setelah itu, ia berangsur mendekati Raden.
“Maaf, Kek. Tapi mengenai pernikahan, bahkan meski hanya ijab kabul, belum bisa dilakukan dalam waktu dekat, karena bapak saya sedang sakit. Setidaknya, tunggu setelah bapak saya siuman.” Fina berusaha meyakinkan Raden. Ia menatap Raden penuh keteduhan sekaligus keyakinan. “Maaf, ya, pak, aku terpaksa bilang bapak belum siuman, padahal bapak enggak kenapa-kenapa,” batin Fina.
Harap-harap cemas menjerat Fina dan Rafael, meski apa yang Fina lakukan cukup membuat Rafael merasa aman. Rafael sendiri sampai tidak percaya, Fina mau mencari solusi untuk kasusnya.
“Memangnya bapakmu sakit apa? Kamu orang sini? Seragam kamu seperti seragam ...?” ujar Raden menatap serius Fina sambil menerka-nerka.
Fina segera mengangguk. Anggukan yang membuatnya terlihat ayu. Di mana, ia tak hanya terlihat cantik bahkan manis, sebab ia juga terlihat anggun dalam waktu bersamaan. “Kita masih satu kecamatan, Kek. Rumah saya, ada di desa paling pelosok. Desa SKM, sedangkan saya merupakan guru di salah satu sekolah dasar.”
Raden menatap bingung Fina dan Rafael silih berganti. “Kok, kalian bisa kenal?”
“Jodoh, Kek!” saut Rafael dengan entengnya.
Mendengar apa yang Rafael balaskan, hati Fina menjadi terenyuh. “Jodoh? Memangnya, Tuhan juga menyiapkan jodoh untukku? Kok, aku enggak yakin, ya?” pikirnya.
“Kamu diam saja! Kamu enggak usah ngomong! Kakek enggak bakal percaya!” omel Raden sambil mengarah-ngarahkan tongkatnya dan nyaris ia hantamkan lagi ke Rafael yang kembali mundur sekaligus menghindar.
“Serius, Kek, jangan begitu. Harga diriku benar-benar hancur, kalau Kakek memperlakukanku seperti ini!” keluh Rafael.
Raden berhenti mencoba menghantam Rafael yang berdiri tegap di balik punggung Fina. Fokus Raden kembali tertuju pada Fina.
“Bapakmu sakit apa? Dan kapan, saya bisa bertemu dengan keluargamu untuk membicarakan pernikahan kalian?” tanya Raden terdengar tenang, tetapi serius.
Rafael menjadi harap-harap cemas. Sambil berkecak pinggang, ia melirik Fina yang ada di hadapannya.
“Saya usahakan secepatnya, Kek!” balas Fina yakin diakhiri dengan seulas senyum. “Maaf, Kek. Sebenarnya, aku enggak ada niat membohongi Kakek. Tapi kalau harus membayangkan orang lain dijodohkan, ... rasanya, aku enggak tega. Apalagi kalau nasib mereka juga sampai kayak aku,” batin Fina.
Setelah obrolan itu, Raden berangsur mengangguk mengerti. Di mana tak lama setelah itu, pria tua yang sebagian rambutnya sudah dikuasai uban itu juga sampai memberi Fina gerakan wajah untuk duduk di sofa panjang yang ada di sebelah ranjang rawat keberadaannya.
Diam-diam, Rafael terpejam sambil mengembuskan napas lenga. “Alhamdullilah ... terima kasih, banyak, Tuhan!” batinnya.
Fina berangsur memutari ranjang rawat keberadaan Raden. Ia duduk dengan gaya yang begitu santun. Rafael yang tidak mau membuat Raden curiga segera menyusul. Ia duduk di sebelah Fina dengan emosi yang kembali stabil. Bahkan, boleh dibilang, Rafael sedang merasa sangat bahagia.
Tak lama dari obrolan ringan antara Raden dan Fina, di mana Raden menanyakan sedikit mengenai asal-usul Fina dan dijawab jujur oleh Fina, Fina pun pamit undur. Fina benar-benar menceritakan semuanya termasuk mengenai bapaknya yang sakit. Yang tidak Fina ceritakan hanyalah mengenai statusnya yang baru saja dicerai Bian.
Fina menyalami tangan kanan Raden lengkap mencium punggung tangan pria itu sebelum benar-benar pergi, dan Fina pikir, kenyataan tersebut akan menjadi pertemuan terakhirnya dengan Raden.
Ketika Rafael yang menahan gagang pintu,nyaris ikut keluar mengantar Fina, tiba-tiba Raden berdeham dan memanggil Rafael. “Fa, sini sebentar.”
Kendati bingung, terlebih ekspresi Raden berubah menjadi datar bahkan murung, tetapi Rafael segera menghadap kakeknya, terlebih pria tua itu tidak pernah menerima yang namanya penolakan.
***
Di luar, Fina yang menjadi merasa sangat nelangsa sampai menjadi berlinang air mata. Fina benar-benar bingung dengan statusnya berikut beban moril yang harus turut keluarganya tanggung. Karenanya, tanpa menunggu Rafael, ia memilih kembali ke ruang rawat bapaknya. Fina terus melangkah cepat sambil sibuk menyeka air matanya.
***
Rafael kembali dilanda ketegangan atas kebersamaan dengan Raden kali ini. Raden yang terlihat sangat serius bahkan menunjukkan ekspresi yang sebelumnya, belum pernah Rafael lihat. Ekspresi Raden kali ini terlihat menerka-nerka, sedih, tetapi juga ada kemarahan yang menyertai.
“Ada apa, Kek?” tanya Rafael sambil mengerutkan dahi. Ia berdiri persis di sisi hadapan Raden, layaknya awal kedatangannya dengan Fina beberapa saat lalu.
Raden berangsur mengalihkan tatapannya. Ia menatap serius Rafael. Kenyataan tersebut pula yang membuat Rafael semakin tegang.
“Ayah Fina sakit, yang urus biayanya, kamu, kan?” tanya Raden.
Rafael masih mengerutkan dahi.
“Terus, dirawatnya di sini juga?” tanya Raden lagi. Ia ingin, bapak Fina juga mendapatkan perawatan terbaik layaknya dirinya.
Rafael mengulas senyum meski sebenarnya ia bingung lantaran memang tidak tahu-menahu megenai kenyataan yang sedang dibicarakan. Sebab, Rafael belum sempat memastikan langsung. Baik bertemu bapak berikut keluarga Fina, atau sekadar menanyakannya kepada Fina.
Dan ketika Rafael keluar dari ruang rawat Raden, ia tak mendapati Fina terjaga dan menunggunya. “Lho, kok Fina langsung pergi?” gumamnya bingung.
Rafael langsung mencari Fina. Ia mencari wanita itu ke setiap lorong puskesmas. Bahkan saking penasarannya lantaran pencariannya tak kunjung mendapatkan hasil, Rafael sampai memastikan di setiap ruang rawat yang ada di puskesmas. Akan tetapi, Rafael tidak menemukan jejak Fina.
“Kok, Fina sampai ngilang, sih?” gumam Rafael bingung dan kali ini sudah sampai di area bagian depan puskesmas. Kedua matanya tak hentinya mencari-cari, terus menyisir suasana sekitar bahkan jalan. Akan tetapi, Rafael benar-benar kehilangan jejak Fina.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Itha Fitra
aneh sih,kakek ny orang kaya.tp kok bs di rawat di puskesmas.lg pula y thor,dmn" tuh yg nm ny puskesmas gk ada ruangn VIV.kcuali RS di kota
2024-05-15
0
Al Fatih
penasaran......, lanjut....
2024-01-23
0
Sri Widjiastuti
😁😁😂
2023-06-18
1