“Fina begitu karena dia mencintaiku! Kami sudah sering tidur bareng, dan kamu hanya akan mendapat bekasku. Yakin, kamu masih mau sama Fina?!”
Episode 16 : Patah Hati Berujung Petaka
Rafael gemetaran tak percaya menatap serius layar ponselnya yang menyala. Di sana, ia mendapat pesan baru. Pesan baru dari seseorang yang mengaku sebagai Sunny.
--Pak Rafael, ini Sunny. Ini nomor baru saya. Bersama pesan ini, saya ingin menyampaikan jika saya tidak akan memperpanjang kontrak karena saya ingin serius menjadi ibu rumah tangga dan mengurus keluarga. Ini serius, bukan main-main apalagi tipu-tipu. Mengenai nomor lama saya, hapus saja karena saya lupa di mana ponsel itu. Oh, iya, perihal nomor ini juga dipegang kendali oleh suami saya. Sekali lagi saya tekankan, saya sudah menikah, jadi Pak Rafael jangan berharap terlebih sampai terus menunggu saya. Pak Rafael itu orang yang sangat baik, polos tapi sangat tanggung jawab. Saya yakin, Pak Rafael juga akan menemukan istri cantik yang sangat baik dan sesuai kriteria Pak Rafael. Sedangkan mengenai tanggung jawab saya di hotel, saya akan segera menyelesaikannya hingga saya memiliki pengganti saya di hotel. Namun, mungkin untuk dua hari ke depan, saya masih izin cuti. Saya harap, Pak Rafael bisa mengerti. Semangat buat cari jodohnya, Pak! Doa saya selalu menyertai Pak Rafael!--
“Dia pikir, aku butuh tim hore? Yang aku butuhkan itu istri, bukan tim hore!” rutuk Rafael yang sampai berlinang air mata. Hatinya terasa sangat sakit hanya membaca pesan itu. Pun meski Rafael tidak yakin itu memang Sunny. Namun jika melihat terakhir kebersamaannya dengan Sunny, lebih tepatnya apa yang ia dapati pada wanita itu, ... Sunny pamit kencan dengan kekasih wanita itu yang baru saja pulang dari luar negeri! (Baca novel : Pernikahan Impian--Rahasia Jodoh). Namun, masa iya Sunny menikah dalam waktu yang hanya berselang satu hari? Memangnya ada, pernikahan secepat itu?
Apa yang menimpa Rafael yang duduk di sofa sebelah keberadaan Raden, sukses membuat pria tua itu ingin tahu. Terlebih, baru kali ini ia melihat Rafael sampai menangis.
“Bapaknya Fina meninggal?” tebak Raden khawatir. Ia yang awalnya masih berbaring sampai duduk saking khawatirnya.
Bukannya menjawab, Rafael justru mendengus sambil menatap jengkel Raden, sesaat sebelum akhirnya pria berkarisma itu justru berlalu keluar dari ruang rawat kebersamaan mereka.
Raden melepas kepergian Rafael dengan hati yang menjadi gamang. Masih dengan keyakinannya, ia yakin, alasan Rafael menangis karena keadaan bapaknya Fina yang ia takutkan benar-benar meninggal. “Kasihan Fina ...,” gumamnya. Bagi Raden, Fina merupakan wanita beraura baik. Raden juga mendapati kedewasaan sekaligus sikap tanggung jawab yang begitu besar dari wanita itu. Dan menurut Raden, wanita seperti Fina sangat cocok mendampingi Rafael yang masih sering bersikap kekanak-kanakan.
***
Rafael terduduk lemas di bangku tunggu yang ada di depan ruang rawat Raden. Ia masih menatap layar ponselnya dengan hati yang begitu kacau. Meski bukan kali pertama Sunny menolaknya, tetapi Rafael masih tak habis pikir, kenapa Sunny sama sekali tidak memiliki rasa kepadanya yang memiliki semuanya?
“Apakah aku begitu buruk, sampai-sampai, Sunny tetap enggak mau sama aku?” batin Rafael lemas lantaran untuk ke sekian kalinya, kembali patah hati oleh Sunny.
Tak mau menyerah, Rafael menghubungi nomor yang mengiriminya pesan dan mengaku sebagai Sunny. Rafael melakukannya dengan hati yang makin waswas. Rafael sangat berharap pesan yang ia terima perihal Sunny, tidak benar. Sunny hanya pura-pura dan sedang memberi kejutan kepadanya.
Telepon yang Rafael lakukan akhirnya dijawab, setelah membuat Rafael menunggu sangat lama. Karena entah kenapa, waktu seolah berputar lebih lama ketika ia menelepon nomor tersebut.
“Hallo?” jawab suara seorang pria dari seberang.
Jantung Rafael seolah melesak detik itu juga. Bahkan yang menjawab telepon seorang pria? Namun, kenapa suara pria tersebut seolah tidak asing bagi Rafael? Rafael seperti mengenali suara itu!
“Ini nomor Sunny?” balas Rafael sinis dan memang sudah mulai naik pitam karena cemburu.
“Iya. Ini Rafael?” balas dari seberang dan terdengar canggung.
“Kamu siapa?” sergah Rafael. “Kenapa dia sampai mengenaliku?” batinnya.
“Aku suami Sunny. Kamu mau ngobrol sama Sunny?” balas dari seberang dan terdengar masih cukup sabar.
“Kalian benar-benar sudah menikah?” tahan Rafael memastikan.
“Iya. Kemarin. Hari Minggu. Maaf membuatmu terkejut ....”
Rafael tak lagi mendengarkan penjelasan dari seberang. Ia langsung mengakhiri sambungan telepon di mana tak lama setelah itu, tubuhnya jatuh terduduk lemas di bangku tunggu.
Rafael memang tak lagi mengeluh perihal alasan Sunny yang tetap menikah dengan pria lain, bukan dirinya. Nanun, dari wajahnya yang murung dan tampak merah padam menampung kekecewaan sekaligus kekesalan, juga sampai dihiasi air mata. Air mata yang tak hentinya rebas kendati pria itu tidak menginginkannya.
“Ayolah!” seruan itu sukses mengusik Rafael. Seruan dari suara yang cukup tidak asing untuknya. Di area VIP, seharusnya situasi sepi. Namun, kenapa suara itu berteriak lantang? Dan ketika Rafael memastikan ke seberang depan, di sana, Fina tengah melangkah tergesa sambil sesekali mengipratkan kasar tahanan tangan Ipul. Ya, Ipul, sosok yang Rafael yakini tadi berseru!
Dengan keadaannya yang sedang sangat terluka sekaligus emosi lantaran kabar pernikahan Sunny, juga dendam khusus kepada Ipul, Rafael langsung beranjak dari duduknya sambil menyimpan asal ponselnya ke saku celana panjang warna hitam yang dikenakan. Rafael melangkah tegas dengan fokus tatapan penuh kebenciannya yang terus tertuju pada Ipul. Ya, Ipul. Pria yang jelas-jelas sudah Fina tolak, tetapi terus saja mengejar.
Fina sampai menengadah menatap Rafael yang tiba-tiba sudah ada di hadapannya. Di pertigaan lantai keberadaan mereka, tatapan Rafael yang dipenuhi amarah, terus tertuju pada Ipul.
Mula-mula, Rafael menarik asal sebelah lengan Fina kemudian menyimpan wanita itu di balik punggungnya. Rafael melakukannya tanpa mengurangi fokus pandangannya kepada Ipul. Fina saja sampai heran karenanya. Dan tak lama setelah itu, sebelah tangan Rafael sukses melayangkan bogem mentah pada wajah Ipul yang seketika itu tersungkur.
“Ya ampun! Setan! Gila kamu! Sakit banget!” racau Rafael.
Fina terbengong-bengong saking terkejutnya. Rafael yang sekarang terlihat sangat emosional. Buktinya, dari mulut Ipul saja sampai mengalir banyak darah segar. Dan menyadari hal tersebut, Fina yang takut keadaan semakin fatal, segera menahan Rafael yang sudah jongkok sedangkan sebelah tangan pria itu sudah mencengkeram kemeja bagian dada Ipul.
Fina menahan tangan Rafael yang menahan kemeja bagian dada Ipul. “Jangan, Raf! Daripada kamu mengotori tanganmu, lebih baik serahkan saja Ipul ke polisi!” ujarnya meyakinkan.
Tatapan Rafael terus tertuju pada manik mata Ipul. Ia menatap pria itu tanpa ampun. “Apakah selama ini dia terus mengganggumu?” tanyanya tanpa perubahan berarti.
“Iya. Bahkan gara-gara dia, bapakku masuk rumah sakit. Tapi aku enggak mau kalau kamu sampai mengotori tanganmu!” ucap Fina ketar-ketir.
Ipul masih menyeringai kesakitan dengan darah segar yang terus mengalir dari mulutnya. Fina yakin, gigi Ipul sampai ada yang patah.
Rafael masih menahan Ipul. “Di sebelah puskesmas, ada kantor polisi, kan?” tanyanya kemudian dan kemudian menatap Fina penuh kepastian.
Fina segera mengangguk kemudian berkata, “iya! Kita serahkan saja dia ke sana!”
“Apa-apaan kalian? Fin, jangan lupa, aku ini calon suamimu! Kamu sudah jadi janda, jangan kegatelan kenapa?” protes Ipul sambil berusaha melepaskan diri dari tahanan Rafael. Sial, pria gagah yang ia yakini berasal dari kota itu tak mau melepaskannya. Yang ada, pria itu justru nyaris memberinya bogem andai Fina tidak menahannya .
Fina menatap Rafael penuh kepastian seiring ia yang terus menggeleng. Di mana, dari wajah Rafael yang kembali menatapnya seolah dihiasi pertanyaan; kenapa kamu enggak mengizinkan aku memberinya pelajaran?
“Dia itu gila, Raf! Bahkan akhir-akhir ini dia sudah berulang kali mengatakan kepada orang-orang kalau aku mengandung anaknya! Dan kamu juga jangan sampai lupa, Raf, ... kakekmu sedang sakit!” ucap Fina.
Rafael melirik sinis sekaligus jijik Ipul.
Ipul yang awalnya menyeringai menahan sakit, segera tersenyum sarkastis membalas tatapan Rafael. “Fina begitu karena dia mencintaiku! Kami sudah sering tidur bareng, dan kamu hanya akan mendapat bekasku. Yakin, kamu masih mau sama Fina?!”
Tak lama setelah Ipul berucap, bogem mentah Rafael kembali mendarat di wajah pria itu. Kali ini tak hanya darah segar yang muncrat dari kedua lubang hidung Ipul. Sebab pria nekat berkulit hitam itu juga sampai tak sadarkan diri. Fina sendiri mendekap sebelah lengan Rafael kuat bersama wajah wanita itu yang sampai mengusek di sana. Fina benar-benar ketakutan dengan apa yang Rafael lakukan, tetapi Ipul memang sudah sangat keterlaluan. Pantas saja sebagian besar orang menganggap Fina gampangan, karena fitnah Ipul sangat keji sekaligus meyakinkan.
Yang Rafael rasakan sekarang, emosi berikut kekesalan akibat patah hatinya menjadi sedikit berkurang setelah ia menghajar Ipul. Pun meski napasnya menjadi terengah-engah. Baginya, orang seperti Ipul tak lebih baik dari sampah yang bahkan masih bisa didaur ulang! Orang seperti Ipul benar-benar harus diberi pelajaran keras agar jera. Tak terbayang olehnya jika ia menjadi Fina. Pantas saja bapak Fina sampai sakit. Ipul saja lebih berbahaya dari virus mematikan yang belum ada obatnya.
Bersambung ....
Ipul sudah pingsan. Ada dua pilihan untuk kalian yang juga kadung kesal. Karungin si Ipul terus buang ke Wuhan. Atau langsung dibuatin lubang buat jadi kuburan si Ipul. Wkwkwkwk
Jangan lupa jejak kalian, yaa. Terus ikuti dan dukung ceritanya!
Salam sayang,
Rositi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Nengnong5 ²²¹º
pengen nyusul ke tempat fina, gregetan pen nyate c ipul😒
2024-03-24
0
Abizar zayra aLkiaana
dasar sihh ipul lambe lemess
2023-05-24
2
N Wage
wuaduh!!!
bisa kena pasal kamu,kak😂😂😂😂😂😂
2023-05-05
0